Teknik atau metode bimbingan adalah metode
yang paling umum dalam latihan, di mana
siswa dituntun dengan berbagai cara melalui pemolaan gerak. Dalam penggunaannya
metode ini mempunyai beberapa tujuan,
dan yang paling utama adalah untuk mengurangi kesalahankesalahan dan memastikan
bahwa pola yang tepat sudah dilakukan.
Penggunaan metode bimbingan terutama
arnat penting dalam cabangcabang olahraga yang berbahaya seperti senam di mana
bantuan yang diberikan akan memperkecil timbulnya bahaya, atau dalam renang di
mana siswa pemula yang masih takut dapat ditolong dengan alat-alat yang
dipergunakan. Demikian juga untuk olahraga-olahraga yang menggunakan peralatan
yang mahal dan juga berisiko tinggi, seperti belajar mengendarai mobil atau
menerbangkan pesawat.
1) Jenis
Belajar Terbimbing
Metode bimbingan terdiri dari berbagai
macam jenis tergantung dari setting pembelajarannya. Beberapa bentuk bimbingan
sedikit longgar, sehingga hanya memberikan kepada siswa sedikit bantuan untuk
tampil. Contohnya adalah pada pembelajaran sepak bola atau menari yang pelatihnya
hanya memberikan tanda-tanda verbal untuk menolong siswa-nya mengerti tentang
tugas yang dilakukan. Bentuk lain dari bimbingan ada yang lebih ketat dan
bersifat langsung kontak dengan siswanya, baik pelatih atau guru yang melakukannya atau hanya berupa
peralatan.
Setiap metode tentunya memberi siswa
beberapa jenis bantuan sementara selama proses latihan berlangsung. Harapannya
adalah bahwa tanpa bantuan tersebut, kelak si siswa akan mampu melakukannya
lagi dengan lebih baik lagi. Beberapa penelitian mengenai metode ini telah
memberikan gambaran yang jelas mengenai kapan, pada kondisi apa, dan pada jenis keterampilan yang bagaimana metode
ini paling baik di gunakan.
2) Efektivitas
Metode Latihan Terbimbing
Eksperimen klasik yang memberikan banyak
informasi dan wawasan ke dalam proses-proses yang terlibat dalam latihan
terbimbing telah dilaksanakan tiga dekade lalu oleh Annett (Schmidt, 1991). Dia
mengharuskan subyek penelitiannya untuk
belajar menghasilkan sejumlah tertentu penekanan pada pengungkit tangan. Selama
pergerakan satu grup subyek menerima tuntunan visual tambahan pada monitor yang
menampilkan jumlah tekanan yang baru saja dilakukan dihubungkan dengan sasaran
tekanan, sedangkan grup yang lain tidak. Selama latihan bimbingan itu
memudahkan penampilan. Akan tetapi, pada test retensi dengan bimbingan yang
dilepaskan, grup yang dibimbing ternyata tampil buruk, dengan beberapa subyek
menekan begitu kuatnya pada alatnya sampai rusak. Dengan begitu siswa yang
telah belajar tugas gerak yang dimaksud dengan alat itu tidak dapat tampil
tanpanya.
Hal ini menampilkan prinsip penting dari
latihan terbimbing. Bimbingan efektif untuk menampilkan sesuatu ketika
bimbingan itu memang ada terus selama
latihan. Jika kehadirannya dihilangkan, maka penampilan yang bagus karena
kehadirannya praktis hilang juga ketika bimbingan itu dihilangkan. Dari kenyataan tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa metode latihan dengan menggunakan bimbingan kurang
dapat dipertanggungjawabkan.
Namun demikian bukan berarti bahwa
latihan terbimbing tidak bisa lagi digunakan dalam proses latihan gerak.
Keuntungannya tetap ada jika metode bimbingan ini diterapkan pada dua kondisi
di bawah ini:
a)
Latihan Dini. Dalam latihan yang sangat dini, ketika siswa
sedang mengembangkan gagasan tugas yang paling primitif, prosedur bimbingan
dapat menjadi berguna. Prosedur itu akan dapat menolong menampilkan gambaran
dasar dari suatu keterampilan, memberikan petunjuk kasar tentang apa yang harus
dilakukan, dan memulai siswa menunjukkan cara yang tepat untuk membuat upaya
pertamanya. Untuk menghindarinya, maka
prosedur ini harus segera diubah secepat mungkin, yaitu pada titik di mana si
siswa dapat melakukan tugas itu secara independen.
b)
Tugas Berbahaya. Kekecualian lain untuk menggunakan prosedur
bimbingan adalah pada situasi yang berbahaya. Bimbingan fisik, seperti sabuk
penopang yang sering digunakan oleh pesenam dalam mempelajari rakan baru, dapat
mencegah terjadinya cedera. Jika alat yang diperlukan tidak tersedia, maka guru
atau pelatih harus memberikan bimbingan fisik pada saat-saat kritis. Ketika
siswa tadi menambah kemampuannya, maka tingkat bantuannya dapat secara bertahap
dikurangi, dengan ketentuan ia masih siap jika sewaktu-waktu bantuannya
diperlukan. Dalam hal ini, prosedur demikian mempunyai nilai manfaat lain,
yaitu di antaranya untuk mengurangi rasa
takut atau keraguan dari si siswa. Kepercayaan siswa bahwa dirinya tidak akan
cedera dapat menambah keefektifan dalam konsentrasi pada pola gerakan yang
sedang dipelajari.
b. Latihan
Padat dan Terdistribusi
Dikaitkan dengan penggunaan waktu dalam
proses latihan, maka metode latihan yang lain dapat ditentukan, yaitu latihan
padat (massed practice) dan latihan terdistribusi (distributed practice).
Latihan padat menunjukkan sedikitnya waktu istirahat di antara ulangan.
Misalnya, jika tugas latihan mempunyai lama waktu pelaksanaan 30 detik, latihan
padat akan menjadwalkan istirahat pada setiap ulangannya hanya sedikit sekali
(misalnya 5 detik) atau tidak istirahat sama sekali. Sedangkan di pihak lain, penggunaan
metode latihan terdistribusi akan memerlukan istirahat di antara ulangannya
minimal selama waktu pelaksanaannya, misalnya 30 detik atau lebih lama.
Tidak ada garis pembatas yang jelas
antara latihan padat dan distribusi ini. Patokannya bahwa latihan padat
biasanya mengurangi waktu istirahat di antara latihan atau ulangan, sedangkan
latihan ter-distribusi mempunyai istirahat lebih panjang.
Dinyatakan bahwa perbedaan nyata dari
kedua latihan tersebut adalah keterlibatan rasa capai atau lelah pada salah satunya.
Akibatnya, kelelahan itu menurunkan penampilan pada ulangan berikut dan mungkin
malah mengganggu proses belajar yang biasanya terjadi pada tahap ini.
c. Keseluruhan
Vs Bagian
Beberapa keterampilan terdiri dari
beberapa gerakan yang sangat kompleks. Dari kenyataan tersebut cukup jelas
bahwa alangkah sulitnya bagi guru untuk menampilkan semua aspek keterampilan
tersebut sekaligus kepada siswa sebab siswa pun akan merasa dijejali terlalu
banyak informasi dan tugas dan kemungkinannya
tidak akan mampu mengingatnya sama sekali. Terhadap tugas yang demikian,
tentunya guru atau pelatih harus mampu menyesuaikan prosedur dan pendekatan
yang tepat.
Pendekatan yang sering digunakan
manakala mepghadapi gejala tersebut, biasanya guru akan membagi tugas tersebut
di atas ke dalam unitunit yang bermakna yang dapat dipisah-pisahkan (metode bagian). Tujuan dari prosedur demikian adalah untuk
menyatukan unti-unit latihan ini ke dalam keterampilan keseluruhan pada
penampilan berikutnya. Tentunya hal tersebut tidak semudah memperkirakannya
sebab terdapat banyak hal yang membuat menggabungkan kembali unit-unit itu
menjadi keterampilan utuh cukup sulit
dilakukan. Oleh karena itu, pertanyaan yang harus diajukan adalah bagaimana
menciptakan sub-sub unit dari keterampilan tersebut dan bagaimana subsub
tersebut harus dilatih untuk transfer yang maksimum terhadap keterampilan yang
utuh.
Adalah hal yang mudah membagi-bagi suatu
keterampilan ke dalam bagian-bagian. Kita bisa memisahkan teknik lompat jauh
menjadi sub-sub unit seperti awalan,
tolakan, melayang di udara, dan mendarat. Bahkan setiap sub unit tadi dapat
juga dibagi-bagi lagi. Tetapi pertanyaan yang nyata adalah apakah bagian-bagian
tersebut, yang dilatih secara terpisah-pisah, akan efektif untuk mempelajari
keterampilan utuh? Berapa banyak waktu, jika ada, yang harus dihabiskan pada
latihan bagian, dan akankah waktu ini menjadi lebih efektif bila digunakan
untuk melatih tugas yang utuh?
Jawaban untuk pertanyaan tersebut cukup
jelas pada penglihatan awal. Sebab bagian yang dilatih secara terpisah itu
nampak sama seperti bagian dalam tugas yang utuh, maka transfer dari tugas per
bagian ke tugas keseluruhan akan nampak mudah. Pandangan ini bisa jadi benar
dalam kasus tertentu, tetapi terdapat situasi-situasi di mana transfer itu jauh
dari sempurna. Perbedaan-perbedaan dalam efektivitas latihan bagian ini
tergantung pada beberapa hal.
1) Keterampilan
Serial.
Dalam banyak keterampilan serial,
masalah yang dihadapi siswa adalah mengorganisir satu set kegiatan ke dalam
urutan yang tepat. Melatih subtugas khusus biasanya efektif dalam mentransfer
ke dalam rangkaian keseluruhan. Transfer bagian paling baik berlaku pada
tugas-tugas serial yang panjang, di mana aksi (kesalahan) dari satu bagian
tidak mempengaruhi aksi dari bagian berikutnya. Dengan demikian, jika
bagian-bagian dari keterampilan itu tidak terlalu erat kaitannya satu sama
lain, maka tidak ada masalah jika guru menggunakan metode ini. Siswa dalam hal
ini akan memungkinkan untuk berkonsentrasi pada bagian yang paling susah dan
mengabaikan yang paling mudah, sehingga waktu latihan lebih efisien.
Masalahnya, banyak juga suatu
keterampilan dalam olahraga terdiri dari bagian-bagian yang kaitan antara satu
bagian dengan bagian yang lain demikian eratnya; sehingga kegagalan di satu bagian akan
mempengaruhi keberhasilan bagian yang berikutnya. Jika demikian halnya, maka
metode bagian tidak dapat digunakan pada keterampilan semacam ini.
2) Keterampilan
Diskrit.
Setiap keterampilan biasanya mengandung
nuansa serial, yang mana bagian-bagian tertentu darinya berangkai dengan
bagian-bagian lain. Seperti gerakan memukul dalam softball, yang berisi
melangkah, memutar pinggul, dan mengayun lengan. Pada beberapa titik,
bagian-bagian individual ini, ketika dilihat
secara terpisah, hilang maknanya sebagai bagian itu. Jika keterampilan
demikian yang hendak dipelajari, maka metode keseluruhan akan cukup bermakna.
Beberapa eksperimen mengenai metode ini
mengatakan bahwa penggunaan metode bagian untuk keterampilan diskrit secara
terpisah tidak menghasilkan transfer yang baik, terutama jika keterampilan
tersebut bersifat cepat dan balistik. Kenyataan ini menunjukkan bahwa gerakan
yang cepat biasanya berinteraksi secara
kuat antara bagian-bagiannya.
3) Prinsip
Kekhususan.
Menurut konsep motor program, aksi yang
cepat dikontrol secara openloop, dengan keputusan tentang struktur aksi
tersebut telah diprogram terlebih dahulu.
Menampilkan hanya satu bagian dari aksi semacam ini, khususnya jika bagian itu
mempunyai dinamika yang berbeda ketika
ditampilkan secara terpisah, memerlukan penggunaan program yang berbeda, yaitu yang bertanggung jawab hanya
untuk bagian itu. Jadi melatih program bagian ini hanya menyumbang pada
peningkatan penampilan pada bagian itu secara terpisah, tetapi tidak akan
menyumbang apa-apa terhadap penghasilan gerakan keseluruhan, yang didasarkan
pada motor program yang berbeda.
4) Bagian
Progresif.
Beberapa latihan bagian dapat sangat
menolong, terutama jika elemenelemen aksi itu banyak jumlahnya dan memberikan kesulitan untuk siswa dalam merangkaikannya
secara tepat. Metode latihan bagian yang lama bisa bermanfaat dalam mempelajari
aksi yang demikian. Akan tetapi untuk meminimalkan masalah-masalah belajar yang
tidak mudah ditransfer dari bagian ke keseluruhan, banyak guru menggunakan latihan bagian progresif. Dalam metode ini
bagian-bagian dari suatu keterampilan yang kompleks diberikan secara terpisah,
tetapi bagian-bagian tadi diintegrasikan ke dalam bagian-bagian yang lebih
besar, dan akhirnya menjadi keseluruhan, ketika keseluruhan bagian-bagian itu
dikuasai.
Pada prinsipnya, metode progresif ini
mengikuti jalur demikian. Pada tahap satu, latihan hanya melibatkan satu bagian
dari suatu keterampilan. Pada tahap dua, bagian pertama tadi digabung dengan
bagian kedua, sehingga menampilkan latihan pola gerak yang berbeda. Pada tahap
tiga, bagian satu dan bagian dua tadi digabung lagi dengan bagian tiga, yang
menunjukkan pola gerak yang semakin meningkat kompleksitasnya. Demikian
seterusnya hingga seluruh bagian yang tersisa akhirnya tergabung secara keseluruhan. Pada tahapan
terakhir, tentunya seluruh bagian tadi sudah tergabungkan, sehingga latihan
yang dimaksud sudah menunjukkan
keutuhannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar