Selasa, 22 November 2016

Prinsip-Prinsip Pembelajaran Tuntas (Skripsi dan Tesis)


Menurut Gentile & Lalley, mengemukakan bahwa kompetensi yang harus dicapai peserta didik dirumuskan dengan urutan yang hirarkis, Penilaian acuan patokan, dan setiap kompetensi harus diberikan feedback , Pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan yang diperlukan, Pemberian program pengayaan bagi peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar lebih awal (dalam Suprawoto , 2007: 7).
Menurut Kindsvatter, pembelajaran tuntas, metode pembelajaran yang sangat ditekankan adalah pembelajaran individual, pembelajaran dengan teman atau sejawat, dan bekerja dalam kelompok kecil. Berbagai jenis metode (multi metode) pembelajaran harus digunakan untuk kelas atau kelompok. Pembelajaran tuntas lebih efektif menggunakan pendekatan tutorial dengan sesion-sesion kelompok kecil, tutorial orang perorang, pembelajaran terprogram, buku-buku kerja, permainan dan pembelajaran berbasis komputer (dalam Suprawoto, 2007: 7).
Peran Peserta Didik sebagai subjek didik, fokus pada `Peserta didik dan yang akan dikerjakannya, kemajuannya bertumpu pada usaha serta ketekunannya secara individual, sedangkan peran guru pada pembelajaran tuntas, antara lain : menjabarkan KD (Kompetensi Dasar) ke dalam satuan-satuan (unit-unit) yang lebih kecil dengan memperhatikan pengetahuan prasyarat, menata indikator berdasarkan cakupan serta urutan unit, menyajikan materi dengan metode dan media yang sesuai, memonitor seluruh pekerjaan peserta didik, menilai perkembangan peserta didik dalam pencapaian kompetensi (kognitif, psikomotor, dan afektif), menggunakan teknik diagnostik, menyediakan sejumlah alternatif strategi pembelajaran bagi peserta didik yang mengalami kesulitan.
Sistem penilaian menggunakan ulangan/ujian berkelanjutan, yang ciri-cirinya adalah: ulangan dilaksanakan untuk melihat ketuntasan setiap Kompetensi Dasar, ulangan dapat dilaksanakan untuk satu atau lebih Kompetensi Dasar, hasil ulangan dianalisis dan ditindaklanjuti melalui program remedial, program pengayaan, ulangan mencakup aspek kognitif dan psikomotor, aspek afektif diukur melalui kegiatan inventori afektif seperti:pengamatan, kuesioner, dan sebagainya  (Suprawoto, 2007: 7).
Pendekatan belajar tuntas (mastery learning) dapat dilaksanakan dan mempunyai efek meningkatkan motivasi belajar intrinsik. Pendekatan ini mengakui dan mengakomodasi semua siswa yang mempunyai berbagai tingkat kemampuan, minat, dan bakat tadi asal diberikan kondisi-kondisi belajar yang sesuai. Adanya alokasi waktu khusus untuk remedial dan pengayaan dalam penerapan KTSP di sekolah-sekolah memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk menuntaskan belajarnya pada suatu kajian (Suhadi, 2009 : 1).
Pada pembelajaran yang menggunakan pendekatan belajar tuntas (mastery learning), siswa-siswa yang mengalami kesulitan mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan akan mendapatkan pelajaran tambahan agar mereka juga bisa sukses melewati kajian itu. Sedangkan bagi siswa yang berhasil tuntas menguasai kajian tersebut dapat diberikan program pengayaan. Satu hal penting yang harus diingat dalam penerapan pendekatan belajar ini adalah: Penggunaan komunikasi yang tepat memegang peranan sangat penting. Ini berkaitan dengan upaya agar siswa yang lamban tidak merasa rendah diri, dan siswa yang cepat menguasai suatu kajian tidak menjadi tinggi hati. Juga, kemungkinan efek bahwa mengulang-ulang suatu kajian dan kebutuhan waktu yang banyak untuk menguasai suatu materi ajar bagi siswa yang lamban sebagai sesuatu yang memalukan harus dihindarkan. Efek pendekatan belajar tuntas (mastery learning) justru harus dan dapat diarahkan oleh guru agar menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri siswa. Guru harus dapat meyakinkan bahwa semua siswa bisa menguasai suatu materi ajar, walaupun beberapa memerlukan alokasi waktu yang lebih banyak dan upaya yang lebih keras. Kebutuhan alokasi waktu yang berbeda-beda, dan upaya keras atau mudah yang diperlukan masing-masing siswa adalah suatu hal yang sangat alamiah dan lumrah (Suhadi, 2009 : 2).
Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam proses pembelajaran berbasis kompetensi dimaksudkan adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Dalam model yang paling sederhana, dikemukakan bahwa jika setiap peserta didik diberikan waktu sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan, dan jika dia menghabiskan waktu yang diperlukan, maka besar kemungkinan peserta didik akan mencapai tingkat penguasaan kompetensi. Tetapi jika peserta didik tidak diberi cukup waktu atau dia tidak dapat menggunakan waktu yang diperlukan secara penuh, maka tingkat penguasaan kompetensi peserta didik tersebut belum optimal (Purnomo, 2009: 2).
Menurut Block (Purnomo,, 2009: 3), menyatakan tingkat penguasaan kompetensi peserta didik sebagai berikut : Model ini menggambarkan bahwa tingkat penguasaan kompetensi (degree of learning) ditentukan oleh seberapa banyak waktu yang benar-benar digunakan (time actually spent) untuk belajar dibagi dengan waktu yang diperlukan (time needed) untuk menguasai kompetensi tertentu.
Konsep belajar tuntas mendasarkan pengembangan pengajarannya pada prinsip-prinsip sebagai berikut: Sebagian besar siswa dalam situasi dan kondisi belajar yang normal dapat menguasai sebagian terbesar bahan yang diajarkan. Tugas guru untuk merancang pengajarannya sedemikian rupa sehingga sebagian besar siswa dapat menguasai hampir seluruh bahan ajaran, guru menyusun strategi pengajaran tuntan mulai dengan merumuskan tujuan-tujuan khusus yang hendak dikuasai oleh siswa, wesuai dengan tujuan-tujuan khusus tersebut guru merinci bahan ajar menjadi satuan-satuan bahan ajaran yang kecil yang medukung pencapaian sekelompok tujuan tersebut, selain disediakan bahan ajaran untuk kegiatan belajar utama, juga disusun bahan ajaran untuk kegiatan perbaikan dan pengayaan. Konsep belajar tuntas sangat menekankan pentingnya peranan umpan balik, penilaian hasil belajar tidak menggunakan acuan norma, tetapi menggunakan acuan patokan., konsep belajar tuntas juga memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individual. Prinsip ini direalisasikan dengan memberikan keleluasaan waktu, yaitu siswayang pandai atau cepat belajar bisa maju lebih dahulu pada satuan pelajaran berikutnya, sedang siswa yang lambat dapat menggunakan waktu lebih banyak atau lama sampai menguasai secara tuntas bahan yang diberikan (Hikmah, 2009: 2).

Tidak ada komentar: