Suarsini dalam Rahmawati (2005) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah suatu pendekatan mengajar dimana siswa dan tingkat kemampuan yang
berbeda dikelompokkan dalam kelompok kecil, menggunakan aktivitas belajar untuk
meningkatkan pemahaman mereka terhadap suatu obyek. Tanggung jawab anggota
kelompok kecil ini tidak hanya untuk belajar yang diajarkan, tetapi juga untuk
membantu kawan sekelompok belajar, sehingga dapat menciptakan suatu atmosfer
prestasi. Para siswa bekerja membahas tugas sampai semua anggota kelompok
berhasil memahami sepenuhnya.
Ada beberapa definisi pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh para
ahli pendidikan. Menurut Slavin 1995 (dalam Rahayu, 1998:156) pembelajaran
kooperatif mengandung pengertian siswa belajar bersama, saling menyumbangkan
pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu
maupun kelompok. Selain definisi tersebut Cohen, 1994 (dalam Rahayu, 1998:156)
mengemukakan pembelajaran kooperatif meliputi belajar berkolaborasi, belajar
secara kooperatif, dan kerja kelompok. Hal itu menunjukkan arti sosiologis
yaitu penekanannya pada aspek tugas-tugas kolektif yang harus dikerjakan secara
kelompok. Guru berperan sebagai fasilitator dalam membimbing siswa
menyelesaikan materi tugas. Arends dalam Setjo (2006:8) menyatakan bahwa pembelajaran
yang menggunakan metode kooperatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1.
Siswa
bekerja dalam tim (team) untuk menuntaskan materi belajar.
2.
Tim
terdiri dari siswa-siswa yang mempunyai tingkat keberhasilan tinggi, sedang dan
rendah.
3.
Bila
memungkinkan, anggota tim merupakan campuran suku, budaya dan jenis kelamin.
4.
Sistem
penghargaan diorientasikan baik pada kelompok maupun individu.
Menurut Barba, 1995 (dalam Susanto, 1999:50) belajar kooperatif adalah
strategi pembelajaran kelompok kecil yang digunakan untuk:
1.
meningkatkan
kemampuan akademik melalui kolaborasi kelompok.
2.
memperbaiki
hubungan antar siswa yang berbeda latar belakang etnik dan kemampuannya.
3.
mengembangkan
ketrampilan untuk memecahkan masalah melalui kelompok.
4.
mendorong
proses demokrasi di kelas.
Dari beberapa definisi tentang kooperatif dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang didasarkan atas
kerjasama kelompok yang dilakukan untuk mencapai tujuan khusus, dalam
pembelajaran kooperatif siswa tidak cukup hanya mempelajari materi saja, tetapi
harus mempelajari ketrampilan kooperatif.
Nurhadi dkk. (2004:63), menyebutkan bahwa ada banyak alasan mengapa
pembelajaran kooperatif dikembangkan karena memiliki keunggulan sebagaimana
terurai sebagai berikut.
Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial,
mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati, memungkinkan para siswa saling
belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan,
memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen,
meningkatkan ketrampilan metakognitif, menghilangkan sifat mementingkan diri
sendiri atau egois dan egosentris, meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan
sosial, menghilangkan siswa dari penderitaan akibat kesendirian atau keterasingan,
dapat menjadi acuan bagi perkembangan kepribadian.yang sehat dan terintegrasi,
membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga dewasa, mencegah timbulnya
gangguan kejiwaan, mencegah terjadinya kenakalan di masa remaja, menimbulkan
perilaku rasional di masa remaja, dan berbagai ketrampilan sosial diperlukan
untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktikkan.
Di dalam Nurhadi dkk. (2004:61) dinyatakan bahwa dalam pembelajaran
kooperatif terdapat elemen-elemen yang saling terkait, adapun elemen-elemen
tersebut adalah adanya.
1. Saling
ketergantungan positif
Dalam
pembelajaran kooperatif siswa akan terdorong untuk saling membutuhkan dalam hal
positif diantaranya dalam hal mencapai tujuan, menyelesaikan tugas,
ketergantungan sumber, ketergantungan peran dan ketergantungan hadiah. Saling ketergantungan positif ini akan memungkinkan siswa
untuk saling memotivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal.
2. Interaksi
tatap muka
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa akan dituntut untuk
saling bertatap muka baik dengan guru maupun sesama siswa untuk berdialog.
Dalam interaksi ini memungkinkan siswa dapat saling menjadi sumber belajar
sehingga sumber belajar lebih bervariasi. Interaksi ini penting karena ada beberapa siswa yang merasa
lebih mudah belajar dari temannya.
3. Akuntabilitas
Individual
Penilaian
dalam pembelajaran kelompok tetap penilaian individual yang bertujuan untuk
mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil
penilaian individual akan disampaikan kepada kelompok untuk mengetahui siswa
anggota kelompok yang membutuhkan bantuan dan siswa yang dapat memberi bantuan.
Nilai kelompok diambil dari rerata hasil belajar seluruh
anggotanya.
4. Keterampilan
menjalin hubungan antar pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti
tenggang rasa, sikap sopan kepada teman, mengkritik ide bukan mengkritik teman,
berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan
berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya
diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar