Model
pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan
perilaku pesrta didik secara adaptif maupun generatif, model pembelajaran
sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik (learning style) dan
gaya belajar guru (teaching style) yang keduanya disingkat menjadi (Style of
learning and teaching). (Sagala, 2003)
Saat
ini, dikalangan guru senantiasa berdengung istilah pembelajaran inivatif.
Dimana-mana, inovatif menjadi barang yang diburu guru untuk diketahui,
dipelajari, dipraktekkan dikelas, seolah-olah, tanpa inovatif dunia guru tidak
haru namanya. Bahkan, seminar, pelatihan dan lokakarya yang diselenggarakan
untuk guru selalu disesaki oleh serta yang berlabel guru.
Kata
inovatif dimakanai sebagai beberapa gagasan dan tehnik yang baru. Adapun kata
inovatif, berarti pembaharuan. Pembelajaran, merupakanterjemahan dari learning
yang artinya belajar. Jadi, pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang
dikemas guru atas dorongan gagasan baru untuk melakukan langkah-langkah belajar
dengan metode baru sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar (Suyatno, 2009).
Berdasarkan
definisi secara harfiah pembelajaran inovatif tersebut, tekandung makan
pembaharuan. Gagasan pembaharuan muncul sebagai akibat pembelajaran dirasakan
statis, klasik, dan tidak produktif dalam memecahkan masalah belajar. Oleh
sebab itu, dibutuhkan paradigma baru yang diyakini mampu memecahkan masalah
tersebut. Paradigma pembelajaran inovatif diyakini mampu memfasilitasi siswa untuk
mengembangkan kecakapan hidup dan siap terjun di masyarakat. Dengan begitu,
pembelajaran inovatif ditandai dengan prinsip-prinsip sebagai berikut.
a. Pembelajaran,
bukan pengajaran
b. Guru
sebagai fasilitator, bukan intrukstur
c. Siswa
sebagai subyek, bukan obyek
d. Multimedia,
bukan monomedia
e. Sentuhan
manusiawi, bukan hewani
f. Pembelajaran
induktif, bukan deduktif
g. Materi
bermakna bagi siswa, bukan sekedar dihafal
h. Keterlibatan
siswa partisipatif, bukan pasif.
Pembelajaran
inovatif lebih menyediakan proses yang mengarah pada penemuan hakikat siswa
sesuai fitrahnya sebagai manusia berpotensi. Oleh sebab itu, apapun fasilitas
yang dikreasi untuk menfasilitasi dan siapapun fasilitaator yang ajan menemani
siswa belajar, seyogyanya berorientasi pada tujuan belajar siswa. Tujuan
belajar yang orisinal muncul dari dorongan hati. Dalam menangani siswa,
pembelajaran inovatif haruskah seirama dengan karakteristik siswa sebagai
pembelajar. Bobbi de Porter manyatakan “bawalah dunia mereka ke dunia kita dan
hantarkan dunia mereka ke dunia kita”. Artinya, guru harus mampu menyesuaikan
diri terhadap warna dan sikap dasar siswa sehingga mampu membawa sisiwa ke
dunia yang dikehandaki berdasarkan tujuan pembelajaran. Dengan begitu, ikatan
emosi, empati dan saling ketergantungan anatar siswa dan guru terjadi dan
memunculkan dimensi keberhasilan belajar.
Belajar
sering kali diidentikkan oleh para penimba ilmu yakni siswa sebagai sesuatu hal
yang penuh tuntutan dan mutlak dilakukan karena melihat proses dan format
tempat belajarnya sendiri cenderung sangat formal dan menjemukan. Karena itulah
mengapa model pembelajaran yang cenderung membosankan tersebut harus dirubah
menjadi sesuatu yang menyenangkan tetapi bisa memotivasi siswa untuk antusias
mengikuti pelajaran dan partisipun akan terlahir dengan sendirinya. Serta
dengan adanya berbagai macam perubahan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah
untuk meningkatkan mutu pendidikan seperti penyempurnaan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maka menuntut agar
diimplementasikannya suatu model pembelajaran yang efektif, kreatif dan
inovatif yakni dengan menggunakan model pembelajaran inovatif.
Pembelajaran
inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student centered. Artinya,
pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi
pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman sebaya
(peer mediated instruction). Pembelajaran Inovatif membantu siswa untuk
menginternalisasi, membentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru.
Transformasi terjadi melalui kreasi pemahaman baru yang merupakan hasil dari
munculnya struktur kognitif baru. Pemahaman yang mendalam terjadi ketika
hadirnya informasi baru yang mendorong munculnya atau menaikkan struktur
kognitif yang memungkinkan para siswa memikirkan kembali ide-ide mereka sebelumnya.
Dalam
seting kelas pembelajaran inovatif, para siswa bertanggung jawab terhadap
pelajarannya, menjadi pemikir yang otonom, mengembangkan konsep terintegrasi,
mengembangkan pertanyaan yang menantang, dan menemukan jawabannya secara
mandiri. Tujuh nilai utama dalam pembelajaran ini yaitu: kolaborasi, otonomi
individu, generativitas, reflektivitas, keaktifan, relevansi diri, dan
pluralisme. Nilai-nilai tersebut menyediakan peluang kepada siswa dalam
pencapaian pemahaman secara mendalam.
a. Prinsip
Pembelajaran Inovatif
Berikut
ini asas pembelajaran inovatif yang dapat digunakan dalam pelaksanaan proses
pembelajaran dengan segala kompetensi yang akan dicapai berdasarkan mata
pelajaran apapun.
1) Berpusat
pada siswa
Student
centered mengandung pengertian pembelajaran menerapkan strategipedagogik yang
mengorientasikan siswa kepada situasi yang bermakna, kontektual, dunia nyata
dan menyediakan sumber belajar, bimbingan, petunjuk bagi pembelajar ketika
mereka mengembangkan pengetahuan tentangmateri pelajaran yang dipelajarinya
sekaligus keterampilan memecahkan masalah.
Paradigma
yang menempatkan guru sebagai pusat pembelajaran dan siswa sebagai objek,
seharusnya diubah dengan menempatkan siswa sebagai subyek yang belajar secara
aktif membangun pemahamannya dengan jalan merangkai pengalaman yang telah
dimilikinya dengan pengalaman baru yang dijumpai.
Pengalaman
nyata dari negara lain menunjukkan bahwa minat dan prestasi siswa bidang
matematika, saint, dan bahasa meningkat secara drastis pada saat mereka dibantu
untuk membangun keterkaitan antara informasi baru dengan pengalaman yang telah
mereka miliki atau mereka kuasai.
2) Berbasis
masalah
Pembelajaran
hendaknyadimulai dari masalah-masalah aktual, relevan, dan bermakna bagi siswa.
Pembelajaran yang berbasis materi aajar sering kali tidak relevan dan tidak
bermakna bagi siswa sehingga tidak menarik perhatian siswa. Pembelajaran yang
dibangun berdasarkan meteri ajar seringkali terlepas dari kejadia aktual di masyarakat.
Akibatnya, siswa tidak dapat menerapkan konsep yang dipelajari di dalam
kehidupan nyata sehari-hari.
Dengan
pembelajaran yang dimulai dari masalah, siswa belajar suatu konsep dan prinsip
sekaligus memecahkan masalah. Dengan demikian, sekurang-kurangnya ada dua hasil
belajar yang dicapaai, yaitu jawaban tehadap suatu masalah, dan cara memecahkan
suatu masalah. Kemamapuan tentang memecahkan masalah lebih dari sekedar akumulasi
pengetahuan, tetapi merupakan perkembangan kemampuan fleksibilitas dan strategi
kognitif yang membantu mereka menganalisis situasi tak terduga serta mampu
menghasilkan solusi yang bermakna. Bahkan , Gagne mengatkan bahwa kemampuan
pemecahan masalah merupakan hasil yang paling tinggi.
3) Terintegrasi
Seorang
yang belajar seharusnya tidak menggunakan “kaca mata kuda” yang tahu secara
mendalam disiplin ilmunya. Akan tetapi, sama sekali buta tentang kaitan ilmu
yang dipelajari dengan disiplin lain. Di dalam inovasi pembelajaran pendekatan
terintegrasi lebih diharapkan daripada pendekatan disiplin ilmu. Kelemahan
pendekatan disiplin ilmu adalah siswa tidak dapat melihat sistem, mereka akan terkotak
pada satu disiplin, sehingga tidak heran ketika guru ditanya: “apa fungsi air?”
di malah bertanya balik air itu apa? Memangnya ada banyak macam ait? Grur
tersebut menjawab ada dua macam air, yaitu air IPS dan air IPA yang fungsinya
berbeda.
4) Berbasis
masyarakat
Masyarakat
adalah sumber belajar yang paling kaya. Di masyarakat, segala bahan
pembelajaran tersedia dari ilmu sosial sampaipada ilmu eksakta. Masyarakat juga
merupakan cermin pembaharuan masyarakat selalu mengikuti perubahan zaman. Jadi,
pembelajaran inovatif tentunya harus berbasis masyarakat. Mengajak siswa untuk
mengimplementasikan yang dipelajari dari dalam kelas ke konteks masyarakat atau
sebaliknya mengambil masalah-masalah yang terjadi di masyarakat sebagai bahan
untuk belajar ketrampilan dan pengetahuan yang lebih dalam merupakan proses
pembelajaran yang bermakna. Siswa akan lebih cepat menyimpan meteri
pembelajaran kedalam memorinya jika materi itu berbasis pengalaman nyata di
masyarakat.
5) Memberikan
pilihan
Setiap
orang bersifat unik, berbeda dengan orang lain. Siswa yang belajar juga
demikian. Mereka memiliki variasi pada gaya belajar, kecepatan belajar, pusat
perhatian dan sebagainya. Menyamaratakan siswa selama proses belajar-mengajar
mungkin akan berdampak pada hasil belajar. Pembelajaran yang inovatif member perhatian
pada keragaman karakteristik siswa itu. Atas dasar itu maka pembelajaran bukan
dilakukan seperti yang diinginkan oleh guru, tetapi lebih pada apa yang
diinginkan oleh siswa.
Untuk
itu pembelajaran harus menyediakan alternatif yang dipilih siswa. Proses
belajar adalah proses akti yang harus dilakukan oleh siswa. Keharusan
menyediakan juga berkait dengan karakteristik subtansi ilmu yang disampaikan
dan pengaruh strategi yang digunakan terhadap retensi siswa. Ketrampilan
psikomotor , ketrampilan kognitif, ketrampilan sosial serta ketrampilan
memecahkan masalah serta sikap memilih strategi pembelajaran yang berbeda-beda
untuk mencapai tujuannya.
6) Tersistem
Seringkali
hasil belajar bersifat hierarki, begitu pila substansi materi pelajarannya.
Materi tertentu membutuhakan kebutuhan lain sebagai prasyarat yang harus
dikuasai terlebih dahulu sebelum seseorang dapat mempelajari materi tersebut.
Begitu pula ketrampilanketrampilan tertentu terutama psikomotor bersifat
prosedural, memiliki langkah-langkah yang harus dilakukan secara sekuensial
sebelum menuntaskannya dengan baik. Suatu pengetahuan prosedural mustahil dilakukan
tanpa dilaksanakan secara berurutan. Setiap langkah pengetahuan prosedural
merupakan prasyarat bagi langkah selanjutnya.
7) Berkelanjutan
Berkelanjutan
mengandung pengertian “never ending process” . setiap proses pembelajaran yang
dilakukan meletakkan dasar bagi pembelajaran berikutnya. Setiap konsep yang
diperoleh pada pembelajaran sebelumnyaharus dirangkai secarakontinyu debgan konsep
baru yang diperoleh sehingga membentuk jalinan konsepdidalam benak seseorang
(Suyatno, 2009)
Belajar
sebagai proses tentu tidak pernah sepotong-potong atau bagian dari penggalan
saja. Belajar nerupakan rangkaian pemahaman terhadap sesuatu secara
terus-menerus. Untuk itu, pembelajaran inovatif berorientasi pada pembelajaran
yang berkelanjutan sampai pada tingkat kedalaman dan keluasaan materi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar