Selasa, 22 November 2016

Kesulitan dan Kekeliruan Siswa dalam Pengajaran Matematika (Skripsi dan Tesis)


Dalam mengajar, guru dihadapkan dengan sekelompok siswa yang mempunyai taraf kemampuan yang berbeda-beda mengenai daya serap terhadap pelajaran yang diberikan. Mengingat adanya keragaman antara individu yang satu dengan yang lainnya, maka hal ini akan mengakibatkan proses belajar yang berbeda. Jadi seorang guru dalam melaksanakan pengajaran mutlak harus memperhatikan perbedaan individu. Oleh karena itu guru hendaknya memaklumi jika ada siswa yang cepat menerima dan memahami terhadap pelajaran yang diberikannya atau bahkan sebaliknya. Sehingga tidak cukup dengan sekali menerangkan tetapi harus diberikan bimbingan khusus.
Ruseffendi mengatakan: “Setelah siswa menjawab sebuah pertanyaan ia bisa memeriksanya apakah jawabannya itu benar atau tidak melalui jawaban benarnya yang sudah disediakan” (Ruseffendi, 1988 : 27). Selain itu siswa dapat melihat kesalahan yang diperbuat, juga kesalahan yang serupa cenderung tidak akan terulang kembali dengan adanya arahan jawaban pada lembar jawab siswa.
Balnadi Sutadipura mengemukakan:
“Besar kemungkinan, bahwa kita akan menghindari diri dari suatu kesalahan jika sebelumnya kita telah mengetahui kesalahan itu. Oleh karena itu, yang penting sekali untuk anak didik kita ialah menunjukan kepada mereka bukan saja apa kesalahannya itu, melainkan pula apa sebabnya hal itu salah” (Balnadi Sutadipura, 1985 : 140).

Mengenai kesulitan dan kekeliruan siswa dalam pengajaran matematika di sekolah, terutama di Sekolah Menengah Pertama, Movhovits-Hazard, Zaslausky dan Imbar mengatakan:
“Terdapat enam kategori kekeliruan siswa dalam pengajaran matematika, yaitu: menggunakan data yang salah, salah menafsirkan bahasa, menarik kesimpulan yang salah, penyimpangan teori atau definisi, tidak meneliti kebenaran jawaban akhir, dan kesalahan teknis” (Rosnawati, 1991 : 15).

Tidak ada komentar: