Senin, 14 November 2016

Karakteristik Kecemasan


Nevid berpandangan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan gelisah atau aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi (Nevid, 2005, h. 163).
Pemaparan di atas menunjukkan  karakteristik kecemasan secara  umum, maka sekarang merujuk pada kriteria kecemasan akademis sebagai bagian dari kecemasan menjelang ujian nasional. Ottens (1991, h. 5-7) berpendapat bahwa ada empat karakteristik yang ada pada kecemasan akademis.
a.    Pola kecemasan-yang menimbulkan aktivitas mental (pattern of anxiety engendering mental activity).
Siswa memperlihatkan pikiran, persepsi dan dugaan yang mengarah pada kesulitan akademis yang dihadapi. Ada tiga aktivitas mental yang terlibat. Pertama dan terpenting adalah kekhawatiran. Siswa menjebak diri sendiri ke dalam kegelisahan dengan menganggap semua yang dilakukannya adalah salah. Kedua, dialog diri (self-dialog) yang maladaptif. Siswa berbicara dengan dirinya sepanjang hari, yang merupakan wujud dari dialog sadar. Pengingat diri (self-reminder), instruksi diri (self-directives), menyelamati diri (self-congratulations),  dan kesukaan akan sesuatu merupakan bentuk-bentuk dari dialog sadar. Tetapi berbicara dalam hati pada siswa yang cemas secara akademik seringkali ditandai dengan kritik-diri (self-criticism) yang keras, penyalahan-diri (self-blame), dan kepanikan berbicara pada diri sendiri (selftalk) yang mengakibatkan munculnya perasaan cemas dan memperbesar peluang untuk merendahkan kepercayaan diri serta mengacaukan siswa dalam memecahkan masalah. Ketiga, pengertian yang kurang maju dan keyakinan siswa mengenai diri dan dunia mereka. Siswa memiliki keyakinan yang salah tentang pentingnya masalah yang ada. Cara untuk menegaskan harga diri (self worth), mengetahui cara yang terbaik untuk memotivasi dan mengatasi kecemasan, serta memisahkan pemikiran-pemikiran salah yang menjamin adanya kecemasan akademis. 
b.    Perhatian yang menunjukkan arah yang salah (misdirected attention).
Tugas akademis seperti membaca buku, ujian, dan mengerjakan tugas rumah membutuhkan konsentrasi penuh. Siswa yang cemas secara akademis membiarkan perhatian mereka menurun. Perhatian dapat dialihkan melalui pengganggu eksternal (perilaku siswa lain, jam, suara-suara bising), atau melalui pengganggu internal (kekhawatiran, melamun, reaksi fisik).
c.    Distress secara fisik (physiological distress).
Perubahan pada tubuh diasosiasikan dengan kecemasan-otot tegang, berkeringat, jantung berdetak cepat, dan tangan gemetar. Selain perubahan pada tubuh, ada juga pengalaman emosional dari kecemasan, biasanya disebut dengan perasaan “sinking”, “freezing”, dan “cluthing”. Aspek fisik dan emosi dari kecemasan menjadi kacau jika diinterpretasikan sebagai bahaya atau jika menjadi fokus penting dari perhatian selama tugas akademis berlangsung.
d.   Perilaku yang kurang tepat (inappropriate behaviors).
Berulangkali, siswa yang cemas secara akademis memilih berperilaku dengan cara menjadikan kesulitan menjadi satu. Perilaku siswa mengarah pada situasi akademis yang tidak tepat. Penghindaran (prokrastinasi) sangat umum dijumpai, karena dengan menunjukkan  tugas yang belum sempurna dan performa siswa fungsinya yang bercabang (misalnya, berbicara dengan teman ketika sedang belajar). Siswa yang cemas juga berusaha keras menjawab ertanyaan ujian atau terlalu cermat mengerjakan untuk menghindari  kesalahan dalam ujian. 
Peneliti menggunakan pola kecemasan yang menimbulkan aktivitas mental, perhatian yang menunjukkan arah yang salah, distres secara fisik, dan perilaku yang kurang tepat sebagai komponen yang digunakan dalam pembuatan skala kecemasan karena menggambarkan kesesuaian dengan penelitian yang dilakukan

Tidak ada komentar: