Nevid berpandangan bahwa kecemasan adalah suatu
keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan
tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan gelisah atau aprehensif bahwa
sesuatu yang buruk akan terjadi (Nevid, 2005, h. 163).
Pemaparan di atas menunjukkan karakteristik kecemasan secara umum, maka sekarang merujuk pada kriteria
kecemasan akademis sebagai bagian dari kecemasan menjelang ujian nasional.
Ottens (1991, h. 5-7) berpendapat bahwa ada empat karakteristik yang ada pada
kecemasan akademis.
a. Pola
kecemasan-yang menimbulkan aktivitas mental (pattern of anxiety engendering
mental activity).
Siswa
memperlihatkan pikiran, persepsi dan dugaan yang mengarah pada kesulitan
akademis yang dihadapi. Ada tiga aktivitas mental yang terlibat. Pertama dan
terpenting adalah kekhawatiran. Siswa menjebak diri sendiri ke dalam
kegelisahan dengan menganggap semua yang dilakukannya adalah salah. Kedua,
dialog diri (self-dialog) yang maladaptif. Siswa berbicara dengan dirinya
sepanjang hari, yang merupakan wujud dari dialog sadar. Pengingat diri
(self-reminder), instruksi diri (self-directives), menyelamati diri (self-congratulations), dan kesukaan akan sesuatu merupakan
bentuk-bentuk dari dialog sadar. Tetapi berbicara dalam hati pada siswa yang
cemas secara akademik seringkali ditandai dengan kritik-diri (self-criticism)
yang keras, penyalahan-diri (self-blame), dan kepanikan berbicara pada diri
sendiri (selftalk) yang mengakibatkan munculnya perasaan cemas dan memperbesar
peluang untuk merendahkan kepercayaan diri serta mengacaukan siswa dalam
memecahkan masalah. Ketiga, pengertian yang kurang maju dan keyakinan siswa mengenai
diri dan dunia mereka. Siswa memiliki keyakinan yang salah tentang pentingnya
masalah yang ada. Cara untuk menegaskan harga diri (self worth), mengetahui
cara yang terbaik untuk memotivasi dan mengatasi kecemasan, serta memisahkan
pemikiran-pemikiran salah yang menjamin adanya kecemasan akademis.
b. Perhatian
yang menunjukkan arah yang salah (misdirected attention).
Tugas
akademis seperti membaca buku, ujian, dan mengerjakan tugas rumah membutuhkan
konsentrasi penuh. Siswa yang cemas secara akademis membiarkan perhatian mereka
menurun. Perhatian dapat dialihkan melalui pengganggu eksternal (perilaku siswa
lain, jam, suara-suara bising), atau melalui pengganggu internal (kekhawatiran,
melamun, reaksi fisik).
c. Distress
secara fisik (physiological distress).
Perubahan
pada tubuh diasosiasikan dengan kecemasan-otot tegang, berkeringat, jantung
berdetak cepat, dan tangan gemetar. Selain perubahan pada tubuh, ada juga
pengalaman emosional dari kecemasan, biasanya disebut dengan perasaan
“sinking”, “freezing”, dan “cluthing”. Aspek fisik dan emosi dari kecemasan
menjadi kacau jika diinterpretasikan sebagai bahaya atau jika menjadi fokus
penting dari perhatian selama tugas akademis berlangsung.
d. Perilaku
yang kurang tepat (inappropriate behaviors).
Berulangkali,
siswa yang cemas secara akademis memilih berperilaku dengan cara menjadikan
kesulitan menjadi satu. Perilaku siswa mengarah pada situasi akademis yang
tidak tepat. Penghindaran (prokrastinasi) sangat umum dijumpai, karena dengan
menunjukkan tugas yang belum sempurna
dan performa siswa fungsinya yang bercabang (misalnya, berbicara dengan teman
ketika sedang belajar). Siswa yang cemas juga berusaha keras menjawab ertanyaan
ujian atau terlalu cermat mengerjakan untuk menghindari kesalahan dalam ujian.
Peneliti
menggunakan pola kecemasan yang menimbulkan aktivitas mental, perhatian yang
menunjukkan arah yang salah, distres secara fisik, dan perilaku yang kurang
tepat sebagai komponen yang digunakan dalam pembuatan skala kecemasan karena
menggambarkan kesesuaian dengan penelitian yang dilakukan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar