a.
Kelebihan Obat Tradisional
Dibandingkan obat-obat modern, memang OT/TO memiliki beberapa kelebihan,
antara lain : efek sampingnya relatif rendah, dalam suatu ramuan dengan
komponen berbeda memiliki efek saling mendukung, pada satu tanaman memiliki
lebih dari satu efek farmakologi serta lebih sesuai untuk penyakit-penyakit
metabolik dan degeneratif (Katno, 2003).
1)
Efek samping OT relatif kecil bila digunakan secara
benar dan tepat OT/TO akan bermanfaat dan aman jika digunakan dengan tepat,
baik takaran, waktu dan cara penggunaan, pemilihan bahan serta penyesuai dengan
indikasi tertentu.
2)
Adanya efek komplementer dan atau sinergisme dalam
ramuan obat tradisional/komponen bioaktif tanaman obat Dalam suatu ramuan OT
umumnya terdiri dari beberapa jenis TO yang memiliki efek saling mendukung satu
sama lain untuk mencapai efektivitas pengobatan. Formulasi dan komposisi ramuan
tersebut dibuat setepat mungkin agar tidak menimbulkan kontra indikasi, bahkan
harus dipilih jenis ramuan yang saling menunjang terhadap suatu efek yang
dikehendaki.
Sebagai ilustrasi dapat dicontohkan bahwa suatu
formulasi terdiri dari komponen utama sebagai unsur pokok dalam tujuan
pengobatan, asisten sebagai unsur pendukung atau penunjang, ajudan untuk
membantu menguatkan efek serta pesuruh sebagai pelengkap atau penyeimbang dalam
formulasi. Setiap unsur bisa terdiri lebih dari 1 jenis TO sehingga komposisi
OT lazimnya cukup komplek.
Untuk sediaan yang berbentuk cairan atau larutan,
seringkali masih diperlukan zat-zat atau bahan yang berfungsi sebagai
Stabilisator dan Solubilizer. Stabilisator adalah bahan yang berfungsi
menstabilkan komponen aktif dalam unsur utama, sedangkan solubilizer untuk
menambah kelarutan zat aktif.
3)
Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek
farmakologi Zat aktif pada tanaman obat umunya dalam bentuk metabolit sekunder,
sedangkan satu tanaman bisa menghasilkan beberapa metabolit sekunder; sehingga
memungkinkan tanaman tersebut memiliki lebih dari satu efek farmakologi.
Efek tersebut adakalanya saling mendukung (seperti
pada herba timi dan daun kumis kucing), tetapi ada juga yang seakan-akan saling
berlawanan atau kontradiksi. Seperti pada akar kelembak (Rheum officinale) yang
telah diketahui mengandung senyawa antrakinon bersifat non polar dan berfungsi
sebagai laksansia (urus-urus/pencahar); tetapi juga mengandung senyawa tanin
yang bersifat polar dan berfungsi sebagai astringent/pengelat dan bisa
menyebabkan konstipasi untuk menghentikan diare. Lain lagi dengan buah mengkudu
(Morinda citrifolia) yang pernah populer karena disebutkan dapat untuk
pengobatan berbagai macam penyakit.
Kenyataan seperti itu disatu sisi merupakan
keunggulan produk obat alam / TO/ OT; tetapi disisi lain merupakan bumerang
karena alasan yang tidak rasional untuk bisa diterima dalam pelayanan kesehatan
formal. Terlepas dari itu semua, sebenarnya merupakan ‘lahan subur’ bagi para
peneliti bahan obat alam untuk berkiprah memunculkan fenomena ilmiah yang bisa
diterima dan dipertangungjawabkan kebenaran, keamanan dan manfaatnya.
4)
Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit
metabolik dan degeneratif Sebagaimana diketahui bahwa pola penyakit di
Indonesia (bahkan di dunia) telah mengalami pergeseran dari penyakit infeksi
(yang terjadi sekitar tahun 1970 ke bawah) ke penyakit-penyakit metabolik
degeneratif (sesudah tahun 1970 hingga sekarang).
Hal ini seiring dengan laju perkembangan tingkat
ekonomi dan peradaban manusia yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu
dan teknologi dengan berbagai penemuan baru yang bermanfaat dalam pengobatan
dan peningkatan kesejahteraan umat manusia. Pada periode sebelum tahun 1970-an
banyak terjangkit penyakit infeksi yang memerlukan penanggulangan secara cepat
dengan mengunakan antibiotika (obat modern). Pada saat itu jika hanya
mengunakan OT atau Jamu yang efeknya lambat, tentu kurang bermakna dan
pengobatannya tidak efektif.
Sebaliknya pada periode berikutnya hinga sekarang
sudah cukup banyak ditemukan turunan antibiotika baru yang potensinnya lebih
tinggi sehingga mampu membasmi berbagai penyebab penyakit infeksi. Akan tetapi
timbul penyakit baru yang bukan disebabkan oleh jasad renik, melainkan oleh
gangguan metabolisme tubuh akibat konsumsi berbagai jenis makanan yang tidak
terkendali serta gangguan faal tubuh sejalan dengan proses degenerasi. Penyakit
ini dikenal dengan sebutan penyakit metabolik dan degeneratif,yang termasuk
penyakit metabolik antara lain : diabetes (kecing manis), hiperlipidemia
(kolesterol tinggi), asam urat, batu ginjal dan hepatitis; sedangkan penyakit
degeneratif diantaranya : rematik (radang persendian), asma (sesak nafas),
ulser (tukak lambung), haemorrhoid (ambaien/wasir) dan pikun (Lost of memory).
Untuk menanggulangi penyakit tersebut diperlukan pemakain obat dalam waktu lama
sehinga jika mengunakan obat modern dikawatirkan adanya efek samping yang
terakumulasi dan dapat merugikan kesehatan.
Oleh karena itu lebih sesuai bila menggunakan obat
alam/OT, walaupun penggunaanya dalam waktu lama tetapi efek samping yang
ditimbulkan relatif kecil sehingga dianggap lebih aman.
b.
Kelemahan Produk Obat Alam / Obat Tradisional
Disamping berbagai keuntungan, bahan obat alam juga memiliki beberapa
kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat tradisional
(termasuk dalam upaya agar bisa diterima pada pelayanan kesehatan formal).
Adapun beberapa kelemahan tersebut antara lain : efek farmakologisnya yang
lemah, bahan baku
belum terstandar dan bersifat higroskopis serta volumines, belum dilakukan uji
klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme (Katno, 2003).
Menyadari akan hal ini maka pada upaya pengembangan OT ditempuh berbagai
cara dengan pendekatan-pendekatan tertentu, sehingga ditemukan bentuk OT yang
telah teruji khasiat dan keamanannya, bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah
serta memenuhi indikasi medis; yaitu kelompok obat fitoterapi atau fitofarmaka
Akan tetapi untuk melaju sampai ke produk fitofarmaka, tentu melalui beberapa
tahap (uji farmakologi, toksisitas dan uji klinik) hingga bisa menjawab dan
mengatasi berbagai kelemahan tersebut.
Efek farmakologis yang lemah dan lambat karena rendahnya kadar senyawa
aktif dalam bahan obat alam serta kompleknya zat balast/senyawa banar yang umum
terdapat pada tanaman. Hal ini bisa diupayakan dengan ekstrak terpurifikasi,
yaitu suatu hasil ekstraksi selektif yang hanya menyari senyawa-senyawa yang
berguna dan membatasi sekecil mungkin zat balast yang ikut tersari.
Sedangkan standarisasi yang komplek karena terlalu banyaknya jenis
komponen OT serta sebagian besar belum diketahui zat aktif masing-masing
komponen secara pasti, jika memungkinkan digunakan produk ekstrak tunggal atau
dibatasi jumlah komponennya tidak lebih dari 5 jenis TO. Disamping itu juga
perlu diketahui tentang asal-usul bahan, termasuk kelengkapan data pendukung
bahan yang digunakan; seperti umur tanaman yang dipanen, waktu panen, kondisi
lingkungan tempat tumbuh tanaman (cuaca, jenis tanah, curah hujan, ketinggian
tempat dll.) yang dianggap dapat memberikan solusi dalam upaya standarisasi TO
dan OT. Demikian juga dengan sifat bahan baku
yang higroskopis dan mudah terkontaminasi mikroba, perlu penanganan pascapanen
yang benar dan tepat (seperti cara pencucian, pengeringan, sortasi, pengubahan
bentuk, pengepakan serta penyimpanan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar