Kata tradisional
dalam obat tradisional berarti bahwa segala aspeknya (jenis bahan, cara
menyiapkan, takaran serta waktu dan cara penggunaan) harus sesuai dengan
warisan turun-temurun sejak nenek moyang kita. Penyimpangan terhadap
salah satu aspek kemungkinan dapat menyebabkan ramuan OT tersebut yang asalnya
aman menjadi tidak aman atau berbahaya bagi kesehatan. Pada hal jika
diperhatikan, seiring perkembangan jaman banyak sekali hal-hal tradisional yang
telah bergeser mengalami penyempurnaan agar lebih mudah dikerjakan ulang oleh
siapapun. Misalnya tentang peralatan untuk merebus jamu, dulu masih menggunakan
kwali dari tanah liat sekarang sudah beralih ke panci dari aluminium, untuk
menumbuk sudah menggunakan alat-alat dari logam dan tidak lagi menggunakan alu
dari kayu atau batu, dan lain sebagainya. Disamping itu perlu disadari pula
bahwa memang ada bahan ramuan OT yang baru diketahui berbahaya, setelah
melewati beragam penelitian, demikian juga adanya ramuan bahan-bahan yang
bersifat keras dan jarang digunakan selain untuk penyakit-penyakit tertentu
dengan cara-cara tertentu pula (Katno, 2003).
Secara toksikologi bahan yang berbahaya adalah
suatu bahan (baik alami atau sintesis, organik maupun anorganik) yang karena
komposisinya dalam keadaan, jumlah, dosis dan bentuk tertentu dapat
mempengaruhi fungsi organ tubuh manusia atau hewan sedemikian sehingga
mengganggu kesehatan baik sementara, tetap atau sampai menyebabkan kematian.
Suatu bahan yang dalam dosis kecil saja sudah menimbulkan gangguan, akan lebih
berbahaya daripada bahan yang baru dapat mengganggu kesehatan dalam dosis
besar. Akan tetapi bahan yang aman pada dosis kecil kemungkinan dapat berbahaya
atau toksis jika digunakan dalam dosis besar dan atau waktu lama, demikian juga
bila tidak tepat cara dan waktu penggunaannya.
Jadi tidak benar, bila dikatakan OT/TO itu tidak
memiliki efek samping, sekecil apapun efek samping tersebut tetap ada; namun
hal itu bisa diminimalkan jika diperoleh informasi yang cukup. Ada beberapa contoh, antara lain mrica
(Piperis sp.) pada satu sisi baik untuk diabetes, tetapi mrica juga berefek
menaikkan tekanan darah; sehingga bagi penderita diabet sekaligus hipertensi
dianjurkan tidak memasukkan mrica dalam ramuan jamu/OT yang dikonsumsi. Kencur
(Kaempferia galanga) memang bermanfaat menekan batuk, tetapi juga berdampak
meningkatkan tekanan darah; sehingga bagi penderita hipertensi sebaik-nya tidak
dianjurkan minum beras-kencur. Demikian juga dengan brotowali (Tinospora sp.)
yang dinyatakan memiliki efek samping dapat mengganggu kehamilan dan menghambat
pertumbuhan plasenta.
Walaupun demikian efek samping TO/OT tentu tidak bisa
disamakan dengan efek samping obat modern. Pada TO terdapat suatu mekanisme
yang disebut-sebut sebagai penangkal atau dapat menetralkan efek samping
tersebut, yang dikenal dengan SEES (Side
Effect Eleminating Subtanted). Sebagai contoh di dalam kunyit terdapat
senyawa yang merugikan tubuh, tetapi di dalam kunyit itu juga ada zat anti
untuk menekan dampak negativ tersebut. Pada perasan air tebu terdapat senyawa
Saccharant yang ternyata berfungsi sebagai antidiabetes, maka untuk penderita
diabet (kencing manis) bisa mengkonsumsi air perasan tebu, tetapi dilarang
minum gula walaupun gula merupakan hasil pemurnian dari tebu. Selain yang telah
disebutkan diatas, ada beberapa tanaman obat/ramuan yang memang berefek keras
atau mempunyai efek samping berbahaya terhadap salah satu organ tubuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar