Minggu, 16 Oktober 2016

Interferensi pada Analisis Klinik


Interferensi secara umum merupakan penyimpangan, baik berupa kenaikan maupun pernurunan hasil analisis dari nilai sebenarnya akibat keberadaan entitas kimia lain dalam sampel. Interferensi berdasarkan sumber interferan dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu interferensi endogen dan interferensi eksogen. Interferensi endogen disebabkan adanya substansi yang secara alami terdapat dalam spesimen pasien, antara lain lipid, hemoglobin dan bilirubin. Interferensi eksogen disebabkan adanya substansi yang secara alami tidak terdapat dalam spesimen pasien, terutama berasal dari obat, racun, produk herbal, dan cairan intravena (Saibaba et al., 1998; Dimeski, 2008).
Evaluasi terhadap terjadinya interferensi perlu diperlakukan untuk menjamin keberhasilan pemeriksaan anilisis klinik. Beberapa metode untuk melakukan pengujian terhadap interferensi analisis, diantaranya berupa guideline yang dibuat oleh National Committee for Clinical Laboratory Standards (1986) dan International Federation of Clinical Chemistry (Kazmierczak and Catrou, 2000) serta desain eksperimen yang dibuat oleh Letellier and Desjerlais (1985). Metode-metode ini dapat menerangkan besarnya pengaruh interferan terhadap perubahan atau penyimpangan hasil analisis namun tidak menerangkan hubungan antara perubahan jumlah analit dan jumlah interferan serta korelasi keduanya dalam menimbulkan interferensi. Kroll et al. (1987) mengemukakan bahwa interferensi tidak hanya terjadi karena adanya interaksi dan reagen, tetapi juga karena adanya interaksi interferan dan analit.

Tidak ada komentar: