Interferensi
secara umum merupakan penyimpangan, baik berupa kenaikan maupun pernurunan
hasil analisis dari nilai sebenarnya akibat keberadaan entitas kimia lain dalam
sampel. Interferensi berdasarkan sumber interferan dapat dikelompokkan menjadi
2, yaitu interferensi endogen dan interferensi eksogen. Interferensi endogen
disebabkan adanya substansi yang secara alami terdapat dalam spesimen pasien,
antara lain lipid, hemoglobin dan bilirubin. Interferensi eksogen disebabkan
adanya substansi yang secara alami tidak terdapat dalam spesimen pasien,
terutama berasal dari obat, racun, produk herbal, dan cairan intravena (Saibaba
et al., 1998; Dimeski, 2008).
Evaluasi
terhadap terjadinya interferensi perlu diperlakukan untuk menjamin keberhasilan
pemeriksaan anilisis klinik. Beberapa metode untuk melakukan pengujian terhadap
interferensi analisis, diantaranya berupa guideline
yang dibuat oleh National Committee for
Clinical Laboratory Standards (1986) dan International Federation of Clinical Chemistry (Kazmierczak and
Catrou, 2000) serta desain eksperimen yang dibuat oleh Letellier and Desjerlais
(1985). Metode-metode ini dapat menerangkan besarnya pengaruh interferan
terhadap perubahan atau penyimpangan hasil analisis namun tidak menerangkan
hubungan antara perubahan jumlah analit dan jumlah interferan serta korelasi
keduanya dalam menimbulkan interferensi. Kroll et al. (1987) mengemukakan bahwa interferensi tidak hanya terjadi
karena adanya interaksi dan reagen, tetapi juga karena adanya interaksi interferan
dan analit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar