Pemeriksaan
kadar protein total dalam serum digunakan sebagai petunjuk status nutrisi serta
sebagai petunjuk awal yang penting dalam mendiagnosis adanya penyakit hati
(Hayden and Heyningen, 2001) dan penyakit ginjal (Lerma, 2008). Peningkatan
dari nilai normal dapat terjadi karena adanya penyakit inflamasi kronik, multiple myeloma, sarkoidosis, dehidrasi
dan distress pernafasan. Penurunan
dari normal dapat terjadi karena malnutrisi, malabsorbsi, penyakit hati berat,
kanker usus, luka bakar berat, penyakit Hodkin, gagal ginjal kronik dan kolitis
ulserativ (Sutedjo, 2008). Pemeriksaan protein dalam urin digunakan untuk
mengevaluasi fungsi ginjal serta digunakan sebagai penanda utama dan petunjuk
awal terjadinya penyakit atau kerusakan pada ginjal (Lerma, 2008).
Metode Lowry
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1951 (Lowry et al., 1951). Metode ini pada dasarnya terdiri dari 2 tahap reaksi
pembentukan warna. Berawal dari pemanfaatan alat spektrofotometer yaitu untuk
mengukur jumlah penyerapan zat suatu senyawa.
Penyerapan cahaya pada senyawa larutan tersebut, dalam spektrofotometri
dapat digunakan sebagai dasar atau pedoman dalam penentuan konsentrasi larutan
atau senyawa secara kuantitatif. Reaksi
pertama adalah pembentukan kompleks peptida-kuprum dalam suasana alkali dan
reaksi yang kedua adalah amplifikasi warna yang terbentuk dengan penambahan
pereaksi yang diperkenalkan oleh Folin and Ciocalteu (1927) pada penetapan
kadar tirosin dan triptopan, yaitu kompleks asam fosfomolibdat-fosfotungstat
atau disebut dengan pereaksi Folin-Ciocalteu.
Larutan Lowry
ada dua macam yaitu larutan A yang terdiri dari fosfotungstat-fosfomolibdad
(1:1) dan larutan Lowry B yang terdiri dari Na-carbonat 2% dalam NaOH 0,1 N, kupri
sulfat dan Na-K-tartat 2%.
Cara penentuannya seperti berikut:
1 ml larutan protein ditambah 5 ml Lowry B, digojong dan dibiarkan selama 10
menit. Kemudian ditambah 0,5 ml Lowry A digojong dan dibiarkan 20 menit.
Selanjutnya diamati OD-nya (Dennison C, 2002).
Dalam metode ini
terlibat 2 reaksi; Awalnya, kompleks Cu(II) - protein akan terbentuk
sebagaimana metode biuret, yang dalam suasana alkalis Cu(II) akan tereduksi
menjadi Cu(I). Ion Cu+ kemudian akan mereduksi reagen
Folin-Ciocalteu, kompleks phosphomolibdat phosphotungstat phosphomolyb
dotungstate, menghasilkan heteropoly molybdenum blue akibat reaksi oksidasi
gugus aromatik (rantai samping asam amino) terkatalis Cu, yang memberikan warna
biru intensif yang dapat dideteksi secara kolorimetri (Lowry, et al., 1951).
Metode Lowry
mengkombinasikan pereaksi biuret dengan pereaksi lain (Folin-Ciocalteauphenol)
yang bereaksi dengan residu tyrosine dan tryptophan dalam protein. Reaksi ini
menghasilkan warna kebiruan yang bisa dibaca di antara 500 – 750 nm, tergantung
sensitivitas yang dibutuhkan. Akan muncul puncak kecil di sekitar 500 nm yang
dapat digunakan untuk menentukan protein dengan konsentrasi tinggi dan sebuah
puncak besar disekitar 750 nm yang dapat digunakan untuk menentukan kadar
protein dengan konsentrasi rendah (Lowry, et al., 1951)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar