Sistem
Informasi Sumber Daya Manusia memberikan informasi kepada seluruh manajer
perusahaan yang berkaitan dengan sumber daya manusia perusahaan. HRIS sebagai unit
organisasi yang terdiri dari personel yang mengolah data sumber daya manusia
dengan menggunakan teknologi komputer dan non komputer. Tiap perusahaan
memiliki sistem untuk mengumpulkan dan memelihara data yang menjelaskan sumber
daya manusia, mengubah data tersebut menjadi informasi, dan melaporkan
informasi itu kepada pemakai. Sistem ini dinamakan sistem manajemen sumber daya
manusia (human resource information system) atau HRIS (Erlina,
Cendrawati, dan Yunita. 2003).
Sistem
Informasi Sumber Daya Manusia (SISDM/HRIS) merupakan sebuah bentuk interseksi/pertemuan
antara bidang ilmu manajemen sumber daya manusia (MSDM) dan teknologi
informasi. Sistem ini menggabungkan MSDM sebagai suatu disiplin yang utamanya mengaplikasikan
bidang teknologi informasi ke dalam aktifitas-aktifitas MSDM seperti dalam hal
perencanaan, dan menyusun sistem pemrosesan data dalam serangkaian langkah-langkah
yang terstandarisasi dan terangkum dalam aplikasi perencanaan sumber daya perusahaan/enterprise
resource planning (ERP).
Pengembangan
sistem informasi manajemen dilakukan melalui beberapa tahap, dimana
masing-masing langkah menghasilkan suatu yang lebih rinci dari tahap
sebelumnya. Tahap awal dari pengembangan sistem umumnya dimulai dengan
mendeskripsikan kebutuhan pengguna dari sisi pendekatan sistem rencana
stratejik yang bersifat makro, diikuti dengan penjabaran rencana stratejik dan
kebutuhan organisasi jangka menengah dan jangka panjang, lazimnya untuk periode
3 sampai 5 tahun (Murdick dan Ross. 2006)..
1.
Tahap Perencanaan
Tahap
ini merupakan suatu rangkaian kegiatan sejak ide pertama yang melatarbelakangi
pelaksanaan pengembangan sistem tersebut dilontarkan. Dalam tahap perencanaan
pengembangan sistem harus mendapatkan perhatian yang sama besarnya dengan
merencanakan proyek-proyek besar lainnya, seperti perencanaan pengadaan
perangkat jaringan teknologi informasi (TI), rencana membangun gedung kantor 15
tingkat.
2.
Tahap Analisis
Ada
dua aspek yang menjadi fokus tahap ini, yaitu aspek bisnis atau manajemen dan
aspek teknologi. Analisis aspek bisnis mempelajari karakteristik organisasi
yang bersangkutan. Tujuan dilakukannya langkah ini adalah untuk mengetahui
posisi atau peranan teknologi informasi yang paling sesuai dan relevan di
organisasi dan mempelajari fungsi-fungsi manajemen dan aspek-aspek bisnis
terkait yang akan berpengaruh atau memiliki dampak tertentu terhadap proses
desain, konstruksi, dan implementasi.
3.
Tahap
Perancangan/Desain
Pada
tahap ini, tim teknologi informasi bekerja sama dengan tim bisnis atau
manajemen melakukan perancangan komponen-komponen sistem terkait. Tim teknologi
informasi akan melakukan perancangan teknis dari teknologi informasi yang akan
dibangun, seperti system basis data, jaringan komputer, teknik koversi data,
metode migrasi sistem, dan sebagainya. Sementara itu, secara paralel dan
bersama-sama tim bisnis atau manajemen, dan tim teknologi informasi akan
melakukan perancangan terhadap komponen-komponen organisasi yang terkait,
seperti: yang akan berpengaruh atau memiliki dampak tertentu terhadap proses
desain, konstruksi, dan implementasi.
Keluaran
dari proses analisis di kedua aspek ini adalah masalah-masalah penting yang
harus segera ditangani, analisis penyebab dan dampak permasalahan bagi
organisasi, beberapa kemungkinan skenario pemecahan masalah dengan kemungkinan
dan dampak risiko serta potensinya, dan pilihan alternatif solusi yang
direkomendasikan.
4.
Tahap Pembangunan
Fisik/Konstruksi
Berdasarkan
desain yang telah dibuat, konstruksi atau pengembangansistem yang sesungguhnya
(secara fisik) dibangun. Tim teknis merupakan tulang punggung pelaksanaan tahap
ini, mengingat semua hal yang bersifat konseptual harus diwujudkan dalam suatu
konstruksi teknologi informasi dalam skala yang lebih detail.
Dari
semua tahapan yang ada, tahap konstruksi inilah yang biasanya paling banyak
melihatkan sumber daya terbesar, terutama dalam hal penggunaan SDM, biaya, dan
waktu. Pengendalian terhadap manajemen proyek pada tahap konstruksi harus
diperketat agar penggunaan sumber daya dapat efektif dan efisien. Bagaimanapun,
hal ini akan berdampak terhadap keberhasilan proyek sistem informasi yang
diselesaikan secara tepat waktu. Akhir dari tahap konstruksi biasanya berupa
uji coba atas sistem informasi yang baru dikembangkan.
5.
Tahap Implementasi
Tahap
implementasi merupakan tahap yang paling kritis karena untuk pertarna kalinya
sistem informasi akan dipergunakan di dalam organisasi. Ada berbagai pendekatan
untuk implementasi sistem yang baru didesain. Pekerjaan utama dalam
implementasi sistem biasanya mencakup hal-hal sebagai berikut:
a.
Merencanakan waktu yang tepat untuk implementasi
b.
Mengumumkan rencana implementasi
c.
Mendapatkan sumberdaya perangkat keras dan lunak
d.
Menyiapkan database
e.
Menyiapkan fasilitas fisik
f.
Memberikan pelatihan dan workshop
g.
Menyiapkan saat yang tepat untuk cutover (peralihan sistem)
h.
Penggunaan sistem baru
Pemberian
pelatihan (training) harus diberikan kepada semua pihak yang terlibat sebelum
tahap implementasi dimulai. Selain untuk mengurangi risiko kegagalan, pemberian
pelatihan juga berguna untuk menanamkan rasa memiliki terhadap sistem baru yang
akan diterapkan. Dengan cara ini, seluruh jajaran pengguna akan dengan mudah
menerima sistem tersebut dan memeliharanya dengan baik di masa-masa mendatang.
6.
Tahap Pasca
Implementasi
Pengembangan
sistem informasi biasanya diakhiri setelah tahap implementasi dilakukan. Namun,
ada satu tahapan lagi yang harus dijaga dan diperhatikan oleh manajemen, yaitu
tahap pasca implementasi. Kegiatan yang dilakukan di tahap pasca implementasi
adalah bagaimana pemeliharaan sistem akan dikelola.
Seperti
halnya sumber daya yang lain, sistem informasi akan mengalami perkembangan di
kemudian hari. Hal-hal seperti modifikasi sistem, berpedoman ke sistem lain,
perubahan hak akses sistem, penanganan terhadap fasilitas pada sistem yang
rusak, merupakan contoh dari kasus-kasus yang biasanya timbul dalam
pemeliharaan sistem. Disinilah diperlukan dokumentasi yang memadai dan
pemindahan pengetahuan dari pihak penyusun sistem ke pengguna untuk menjamin
terkelolanya dengan baik proses-proses pemeliharaan sistem. Dari perspektif
manajemen, tahap pasca-implementasi adalah berupa suatu aktivitas di mana harus
ada personil atau divisi yang dapat melakukan perubahan atau modifikasi
terhadap sistem informasi sejalan dengan perubahan kebutuhan bisnis yang
dinamis.
Secara
keseluruhan sistem ERP bertujuan mengintegrasikan informasi yang diperoleh dari
aplikasi-aplikasi yang berbeda ke dalam satu sistem basisdata yang bersifat
universal. Secara mendetail keuntungan dari penggunaan Pengembangan Sistem
Informasi adalah:
1. Kemudahan
dalam pengelompokan informasi, karena sebagian besar informasi menggunakan
kode.
2. Mempercepat
pengisian dan akurasi data, sebab operator tidak perlu mengingat daftar kode
yang diperlukan untuk pengisian data, semua dapat diperoleh secara cepat oleh
sistem.
3. Tampilan
grafis dalam pemasukan data, sehingga membantu pemakai dalam pengoperasiannya.
4. Jumlah data yang direkam per transaksi lebih
sedikit dengan pengkodean.
5. Setiap
histori yang dimiliki oleh personel akan direkam selama atau sebanyak
6. jumlah data yang akan disimpan (ditentukan
oleh pihak manajemen kepegawaian).
7. Memudahkan
adanya pengolahan data dalam keterkaitan dengan bidang lainnya, misalkan kalkulasi
finansial (Davis dan Leitch. 2003)
Di
sisi lain kekurangan dari penggunaan Pengembangan Sistem Informasi adalah:
1.
penggunaan Pengembangan
Sistem Informasi lebih kaku dengan aturan-aturannya.
2.
Keterbatasan jumlah dan
tingkat kemampuan SDM yang menguasai teknologi informasi.
3.
Pengembangan sistem
informasi membutuhkan waktu yang lama karena konsentrasi karyawan harus terbagi
dengan pekerjaan rutin sehari-hari sehingga pelaksanaannya menjadi kurang
efektif dan efisien.
4.
Perubahan dalam
teknologi informasi terjadi secara cepat dan belum tentu perusahaan mampu
melakukan adaptasi dengan cepat sehingga ada peluang teknologi yang digunakan
kurang canggih (tidak up to date).
5.
Membutuhkan waktu untuk
pelatihan bagi operator dan programmer sehingga ada konsekuensi biaya yang
harus dikeluarkan.
6.
Adanya demotivasi dari
karyawan ditugaskan untuk mengembangkan sistem informasi karena bukan merupakan
core competency pekerjaan mereka.
7.
Kurangnya tenaga ahli
(expert) di bidang sistem informasi dapat menyebabkan kesalahan persepsi dalam
pengembangan distem dan kesalahan/resiko yang terjadi menjadi tanggung jawab
perusahaan (ditanggung sendiri).
Dalam
pelaksanaan perencanaan sumber daya manusia melalui pengembangan sistem
informasi tidak terpisah dari peran serta sistem manual dimana Proses tersebut
dilibatkan dalam penginputan data. Untuk selanjutnya peran serta kemampuan
intuitif pengambil kebijakan turut menjadi salah satu factor keberhasilan dalam
perencanaan sumber daya manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar