Berbagai
teori mengungkapkan pengukuran dimensi mengenai burnout, diantaranya berdasarkan gejala atau mengenai tahapan burnout itu sendiri. Menurut Maslach
(1993) mengungkapkan bahwa gejala-gejala burnout
dapat dikategorikan dalam 3 dimensi, yaitu:
a)
Kelelahan Emosional
Dimensi
yang ditandai dengan berkurangnya energi secara emosi dan perasaan sumber emosi
yang tidak mencukupi untuk menghadapi situasi, akibat banyaknya tuntutan atau
beban kerja yang diajukan pada dirinya yang kemudian menguras sumber-sumber
emosional yang ada. Juga ditandai dengan perasaan letih berkepanjangan baik
secara fisik (sakit kepala, flu, insomnia), mental (merasa tidak bahagia, tidak
berharga, rasa gagal) dan emosional (bosan, sedih, tertekan, marah) ketika
mengalami kelelahan, mereka akan merasakan energinya seperti terkuras habis dan
ada perasaan “kosong” yang tidak dapat diatasi lagi.
b)
Penarikan diri
Merupakan
perkembangan dari dimensi kelelahan pada saat seseorang melakukan coping
terhadap situasi yang memiliki banyak tuntutan. Penarikan diri ditunjukkan
dengan sikap tidak perduli dengan pekerjaan, kehilangan kepentingan dan arti
sebuah pekerjaan, menjauhnya individu dari lingkungan sosial, apatis, tidak
perduli terhadap lingkungan dan orang-orang disekitarnya. Perilaku yang muncul
adalah memperlakukan orang lain secara kasar, merawat orang lain sebagai objek,
menjaga jarak dengan penerima layanan, mengurangi kontak, bersikap sinis,
kurang perhatian dan kurang sensitif terhadap kebutuhan orang lain dan juga
sikap yang tidak mempunyai perasaan terhadap orang lain. Perilaku tersebut
ditunjukkan sebagai upaya melindungi diri dari perasaan kecewa, karena
penderitanya menganggap bahwa dengan berperilaku seperti itu, maka mereka akan
aman dan terhindar dari ketidak pastian dalam pekerjaan.
c)
Rendahnya hasrat
pencapaian prestasi diri
Rendahnya
penghargaan terhadap dirinya sendiri merupakan kecenderungan untuk mengevaluasi
perilaku dan prestasi secara negatif khususnya dalam bekerja dengan klien.
Dicirikan dengan individu tidak pernah merasa puas dengan hasil karyanya
sendiri, merasa tidak pernah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi diri
sendiri maupun orang lain, merasa tidak efektif atau kompeten dalam pekerjaan,
adanya perasaan gagal dalam bekerja dan menganggap tugas-tugas yang dibebankan
terlalu berlebihan sehingga tidak mampu untuk mencapai prestasi. Kondisi
tersebut akhirnya membuat individu merasa kehilangan kepercayaan terhadap
kemampuannya sendiri dan juga kehilangan kepercayaan dari orang lain akibat
perilakunya.
Sementara
itu, Baron danGreenberg (dalam Rahman,2007) juga mengemukakan empat aspek burnout, yaitu :
a.
Kelelahan fisik yang ditandaidengan serangan sakit kepala, mual, susah tidur,
dan kurangnya nafsu makan.
b.
Kelelahan emosional, ditandai dengan depresi, perasaan tidak berdaya, merasa
terperangkap dalam pekerjaannya, mudah marah serta cepat tersinggung.
c.
Kelelahan mental, ditandai denganbersikan sinis terhadap orang lain,bersikap
negatif terhadap orang lain, cenderung merugikan diri sendiri, pekerjaan,
organisasi dan kehidupan pada umumnya.
d.
Rendanya penghargaan terhadap diri sendiri, ditandai dengan tidak pernah puas
terhadap hasil kerja sendiri, merasa tidak pernah melakukan sesuatu yang bermanfaat
bagi dirinya maupun orang lain
Sedangkan
Maslach (dalam Lailaini et al., 2005) sebagai pencetus Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey
(MBI-HSS) mengemukakan tiga dimensi burnout
yaitu:
a. Kelelahan emosional (emotional exhaustion) yaitu habisnya sumber-sumber emosional dari
dalam individu yang ditandai perasaan frustasi, putus asa, sedih, perasaan
jenuh, mudah tersinggung, mudah marah tanpa sebab, mudah merasa lelah, tertekan
dan perasaan terjebak dalampekerjaan.
b. Depersonalisasi (depersonalization) yaitu kecenderungan individu untuk menjauhi
lingkungan sosialnya, bersikap sinis, apatis, tidak berperasaan, tidak peduli
terhadap lingkungan dan orang-orang sekitarnya. Dimensi ini menggambarkan burnout secara eksklusif untuk pekerjaan
di bidang pelayanan kemanusiaan (human
service).
c. Rendahnya
penghargaan atas diri sendiri (low personal
accomplishment) yaitu suatu tendensi individu untuk mengevaluasi kinerjanya
secara negatif. Individu yang menilai rendah dirinya sering mengalami
ketidakpuasan terhadap hasil kerja sendiri serta merasa tidak pernah melakukan
sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri maupunbagi orang lain.
MBI-HSS
terdiri dari 25 pernyataan yang dikhususkan untuk mengukur tingkat burnout di sektor human service seperti
konselor, psikolog, terapis, dan pekerja sosial (Chou, 2003). Untuk sektor
pendidikan, dikembangkan Maslach Burnout
Inventory-Educators Setting (MBI-ES) dengan dimensi yang masih sama dengan
MBI-HSS yaitu kelelahan emosional, depersonalisasi, dan personal accomplishment
(Bosley, 2004). Ketiga dimensi tersebut merefleksikan interaksi antara pekerja
dengan orang lain. Untuk sektor pekerjaan yang tidak termasuk Maslach Burnout Inventory-General Survey
(MBI-GS) yang juga terdiri dari tiga dimensi yaitu:
1. Kelelahan
emosional (emotional exhaustion)
Kelelahan emosional
merupakan dimensi yang paling mengindikasi adanya burnout. Kelelahan ini merujuk kepada perasaan berlebihan dan terkuras
secara fisik maupun emosional. Seseorang merasakan kepenatan, frustasi dan
tertekan pada pekerjaannya. Kelelahan emosional muncul dalam situasi di mana
terdapat banyak pekerjaan namun sumber untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut
hanya sedikit.
2. Sinisme
(Cynicism)
Dimensi sinisme
menggantikan dimensi depersonalisasi yang terdapat di MBI-HSS. Dimensi ini
digunakan dalam lingkungan kerja dengan tekanan yang tinggi dan dukungan
manajemen yang kurang. Sinisme menggambarkan ketidakpedulian atau perilaku
menjauh dari pekerjaan. Karyawan menjadi tidak peduli dengan apa yang dia
kerjakan dan mungkin hanya memandang pekerjaan sebagai suatu sumber
keuanganuntuk bertahan hidup. Dengan demikian karyawan cenderung mudah meninggalkan
organisasinya jika mereka menemukan insentif yang lebih baik di organisasi lain.
3. Kurangnya
Keberhasilan Profesional (Lack of
Professional Efficacy)
Keberhasilan
profesional digunakan untuk menjelaskan suatu kepuasanatas pencapaian di masa
lalu dan di masa sekarang. Dimensi ini lebih berfokus pada ekspektasi kerja dan
skill atau kompetensi seseorangdalam melakukan pekerjaannya. Karyawan yang
menunjukkan keberhasilan profesional seringkali menjadi top performers
diorganisasi mereka dan memiliki kepercayaan diri atas kemampuannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar