Sample Design
Sample design adalah suatu
rencana mengenai cara pengambilan sampel dari populasi yang ditentukan. Sampel design seyogianya ditentukan dengan lengkap
sebelum data yang diperlukan dikumpulkan.
Macamnya:
a. Systematic sampling
Setiap individu yang akan
diselidiki diambil berdasarkan urutan tertentu dari populasi yang telah disusun
secara teratur. Urutan pengambilan tiap
individu dibuat sedemikian rupa sehingga setiap dua individu yang diambil
mempunyai perbedaan nomor yang tetap sesuai dengan banyak
anggota subpopulasi yang dibuat. Banyaknya
subpopulasi adalah suara
sesuai dengan ukuran sampel yang dikehendaki.
Misalnya kita menghendaki
sebuah sampel berukuran 85 dari sebuah populasi yang berukuran 850. Setelah setiap individu dari populasi itu diberi nomor
urut 001 sampai
dengan 850, maka
bagilah individu itu menjadi 85 kumpulan (subpopulasi) di mana setiap kumpulan terdiri dari
10 individu. Subpopulasi pertama berisi individu bernomor 001 sampai dengan 010, subpopulasi kedua berisi
individu dengan nomor 011 sampai dengan 020, dan seterusnya sampai sub populasi
yang ke-85 berisi
individu dengan nomor 841 sampai dengan 850.
Dari
subpopulasi pertama, kita gunakan “Tabel Bilangan Random” untuk mendapatkan
sebuah anggota dari sampel yang dikehendaki. Misalkan jatuh pada nomor 005,
maka dari subpopulasi kedua tinggal diambil individu bernomor 005 + 010 = 015,
dari kumpulan ketiga individu bernomor = 015 + 010 = 025 dan seterusnya.
Jika
dari subpopulasi pertama, individu yang diambil secara random jatuh pada nomor
003, maka individu berikutnya yang perlu diselidiki untuk sampel itu adalah
yang bernomor 013, 023, 033 ...... dan seterusnya.
Metode
“systematic sampling” dapat digunakan dalam keadaan (Teken, 1965: 71):
- Apabila
nama atau identifikasi dari satuan- satuan individu dalam populasi itu
terdapat dalam suatu daftar, sehingga satuan-satuan tersebut dapat diberi
nomor urut.
- Apabila
populasi itu mempunyai pola beraturan, seperti blok- blok dalam kota atau
rumah- rumah pada suatu jalan. Blok- blok dalam kota itu dapat diberi
nomor urut, sedang rumah- rumah pada suatu jalan biasanya sudah mempunyai
nomor urut.
b. Stratified Random Sampling
Populasinya
dibagi- bagi menjadi beberapa bagian/ subpopulasi/ stratum. Anggota- anggota
dari subpopulasi (stratum) dipilih secara random, kemudian dijumlahkan, jumlah
ini membentuk anggota sampel.
Penggunaan
metode “ Stratified Random Sampling” harus memenuhi tiga syarat yaitu (Teken,
1965: 78-79).
- Harus ada
kriteria yang akan dipergunakan sebagai dasar untuk menstratifikasikan
populasi itu kedalam stratum-
stratum (misalnya variabel yang akan diteliti).
- Harus ada
data pendahuluan dari populasi mengenai kriteria yang akan dipergunakan
untuk stratifikasi.
- Harus dapat
diketahui dengan tepat jumlah satuan- satuan individu dari setiap stratum
dalam populasi itu.
c. Quota Sampling
Sampel
diambil berdasarkan pertimbangan- pertimbangan tertentu dari penyelidik. Dalam
quota sampling, para pencacah diminta untuk berwawancara dengan sejumlah
individu yang mempunyai karakteristik (sifat- sifat) tertentu. Misalnya untuk
mengetahui pendapat umum tentang sesuatu hal yang sedang diselidiki, si
peneliti dapat berwawancara dengan 18 orang pedagang keturunan Cina yang
mempunyai rumah sendiri, 25 orang India yang tinggal di Indonesia dan yang
mempunyai toko tekstil, 76 orang Indonesia pensiunan dari pegawai negeri, dan
lain- lain yang semacam.
Penentuan
kelompok- kelompok yang diteliti tersebut biasanya ditentukan atas dasar
pertimbangan- pertimbangan dari si peneliti.
d. Cluster Sampling
Didalam
cluster sampling (sampling kelompok), populasinya dibagi menjadi beberapa
kelompok. Kemudian dari kelompok- kelompok tersebut dipilih secara random
sejumlah kelompok.
Sampel
yang diperlukan terdiri atas individu- individu (anggota) yang berada dalam
kelompok- kelompok yang telah dipilih secara random tersebut.
Dalam
cluster sampling kita tidak langsung memilih individu, melainkan memilih
kelompok. Yang termasuk sebagai anggota sampel adalah anggota yang berada dalam
kelompok yang terpilih itu. Jika kelompok- kelompok tersebut merupakan
pembagian daerah- daerah geografis, maka cluster sampling ini disebut juga area
sampling.
Misalkan
kita ingin memilih sebuah sampel berukuran 100 kepala keluarga dengan cara
cluster sampling dari populasi tentang perumahan disuatu desa yang mempunyai
1.000 kepala keluarga. Dari 1.000 kepala keluarga tersebut kita bagi menjadi
200 kelompok yang masing- masing terdiri atas 5 kepala keluarga yang
berdekatan. Jika dari 200 kelompok itu kita mengambil sebuah sampel random yang
terdiri atas 20 kelompok, maka dengan cara ini kita telah memperoleh sebuah
sampel dengan cara cluster sampling yang terdiri dari 20 x 5 kepala keluarga
atau 100 kepala keluarga.
e. Double Sampling
Dalam
double sampling, penelitian dimulai dengan sebuah sampel yang relatif berukuran
kecil. Jika hasilnya tidak dapat memberikan kepastian, maka sampel yang kedua
perlu diambil dan berdasarkan tambahan sampel kedua inilah sesuatu kesimpulan baru dibuat.
Misalkan
kita ingin meneliti sejumlah barang hasil produksi dengan rencana (ketentuan)
sebagai berikut:
Sebuah
sampel random berukuran 40 diambil dengan ketentuan, kita nyatakan produksi
berhasil baik jika terdapat yang rusak paling banyak satu, dan kita nyatakan
produksi jelek jika terdapat yang rusak 5 atau lebih. Jika dari sampel tersebut
yang rusak terdapat 2, 3 atau 4 buah, maka perlu diselidiki sebuah sampel lain
yang berukuran 70. Dalam hal sampel yang kedua diperlukan, maka kedua sampel
itu kita gabungkan dan dibuat keputusan, produksi dinyatakan baik jika terdapat
yang rusak maksimum 4 buah barang, dan produksi dinyatakan jelek jika terdapat
yang rusak 5 buah barang atau lebih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar