Pada dasarnya teori Uses
and Gratifications ini berbeda dengan teori komunikasi sebelumnya seperti
teori Jarum Hipodermik yang mengasumsikan media punya pengaruh yang kuat pada
audiensnya. Menurut Severin dan Tankard (1979), upaya pendekatan dari teori
Uses and Gratifications adalah untuk menetapkan bahwa fungsi dari media massa untuk melayani
audien. Teori ini juga menggambarkan suatu perpindahan fokus dari perhatian
atau tujuan komunikator ke komunikan.
Pendekatan Uses
and Gratification berusaha menentukan fungsi-fungsi media massa bagi khalayaknya. Pada mulanya
pendekatan ini merupakan reaksi yang diberikan oleh Elihu Katz atas tuduhan
Bernard Berelson yang mengatakan bahwa bidang penelitian komunikasi telah
macet. (Severin and Tankard, 1979:250). Atas tuduhan tersebut, Katz mengatakan
bahwa bidang penelitian komunikasi yang macet adalah bidang penelitian
komunikasi sebagai alat persuasi, atau penelitian-penelitian yang menjawab
pertanyaan ‘apa yang dilakukan komunikasi massa
terhadap khalayaknya?’. Oleh karena itu Katz menyarankan untuk membalik
pertanyaan tersebut menjadi ‘apa yang dilakukan oleh khalayak terhadap
komunikasi massa ’.
(Severin and Tankard, 1979:320)
Teori uses and gratification adalah teori yang berusaha menentukan
fungsi-fungsi media massa
bagi khalayaknya. Teori ini dikenalkan pada tahun 1974 oleh Herbert Blumer dan
Elihu katz, dalam bukunya “The Uses of
Mass Communication : Current Perpectives on Gratification Research”. Teori
ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan
menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media ini adalah pihak
yang aktif dalam proses komunikasi.
Pengguna media berusaha untuk mencari sumber berita yang paling baik didalam
usaha untuk memenuhi atau memuaskan kebutuhannya. Artinya, teori uses and gratification mengasumsikan
bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.
Menurut para
pendirinya Blumler dan Katz, asumsi-asumsi dasar dari teori ini :
-
Khalayak dianggap aktif ,
artinya sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.
-
Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif
untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada
anggota khalayak.
-
Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber
lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah
bagian rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini
terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku yang
bersangkutan.
-
Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari
data yang diberikan anggota khalayak; artinya, orang dianggap cukup mengerti
untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.
-
Penilaian tentang arti kultural
dari media massa
harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.
(dalam Rakhmat, 1991:205)
Teori ini jelas merupakan kebalikan
dari teori peluru, dalam teori peluru media itu sangat aktif dan all powerfull sementara khalayak berada
dipihak yang pasif. Sementara dalam teori uses and gratification ini ditekankan
bahwa khalayak itu aktif untuk memilih media mana yang harus dipilih untuk
memuaskan kebutuhannya. Kalau dalam teori peluru terpaan media akan mengenai
khalayak sebab ia berada dipihak yang pasif, sementara dalam teori uses and gratification justru
kebalikannya.
Teori ini lebih menekankan pada
pendekatan manusiawi didalam melihat media, artinya manusia itu punya otonomi,
wewenang untuk memperlakukan media. Blumler dan Katz percaya bahwa ada banyak
alasan khalayak untuk menggunakan media. Konsumen media mempunyai kebebasan
untuk memutuskan bagaimana (lewat media mana) mereka menggunakan media dan
bagaimana media tersebut berdampak pada dirinya.
Kita bisa memahami hubungan orang
atau khalayak dengan media melalui pemanfaatan media oleh orang itu (uses) dan kepuasan yang diperoleh (Gratification). Gratifikasi yang
sifatnya umum antara lain pelarian dari rasa khawatir, peredaan rasa kesepian,
dukungan emosional, perolehan informasi dan kontak sosial. Alasan kenapa
khalayak aktif memilih media adalah karena masing-masing orang berbeda tingkat
pemanfaatan medianya, misalnya Program jurnalistik tentu akan lebih banyak
dipilih oleh mereka yang ingin mencari kepuasan dalam perolehan
informasi/berita dibanding dari khalayak yang ingin memperoleh suatu pelarian
dari rasa khawatir.
Teori Uses and Gratifications tidak tertarik pada apa yang dilakukan oleh
media pada audiensnya, tetapi tertarik pada apa yang dilakukan audiens terhadap
media. Seperti yang diungkapkan oleh D.A. Infante dan A.S. Rancer (1990), teori
ini didasarkan pada empat asumsi, yaitu:
Pertama, audien secara
aktif mencari dari media untuk memuaskan kebutuhan individualnya. Kedua,
audien secara aktif menggunakan media untuk memenuhi pengharapannya. Ketiga,
audien secara aktif menyeleksi media dan isinya untuk memuaskan kebutuhan
mereka. Dan keempat, audien sadar dan dapat menyatakan motif mereka
dalam menggunakan media. Dari sini timbul istilah uses and gratifications, penggunaan dan pemenuhan kebutuhan. Dalam
asumsi ini tersirat pengertian bahwa komunikasi massa berguna (utility); bahwa
komunikasi media diarahkan oleh motif (intentionality); bahwa perilaku media
mencerminkan kepentingan dan preferensi (selectivity); dan bahwa khalayak
sebenarnya kepala batu (stubborn) (Blumler, 1979 :265). Karena penggunaan media
hanyalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan psikologis, efek media
dianggap sebagai situasi ketika kebutuhan itu terpenuhi.
Jadi teori Uses and gratifications pada dasarnya merupakan kebalikan dari
teori-teori terdahulu. Dahulu audiens dianggap pasif seperti yang dinyatakan
oleh teori Jarum Hipodermik yang mengasumsikan bahwa audien itu pasif dan tidak
mampu untuk berfikir lain, atomistis, tidak terikat pada kelompok walaupun
terikat pada media massa .
Teori Jarum Hipodermik ini dibangun berdasarkan anggapan bahwa media massa merupakan senjata
yang ampuh, yang mampu melepaskan isinya tepat menuju sasarannya.
Pada teori Uses and Gratifications, audiens dalam menggunakan media memiliki
motivasi-motivasi tertentu, yaitu mencari pemenuhan atas kebutuhannya. Itu
adalah salah satu alasan mengapa audien aktif dan selektif dalam memilih media.
Biasanya pilihan itu dipengaruhi oleh predisposisi sosial dan psikologis. Katz,
Blumler, dan Gurevitch (1974:20), menguraikan alur pemikiran dari Uses and Gratifications sebagai berikut:
1. Faktor psikologis yang menimbulkan; 2. Kebutuhan yang melahirkan; 3. Harapan
terhadap; 4. media massa
atau sumber lain yang mengarah kepada; 5. Berbagai pola penggunaan media; 6.
yang menghasilkan kepuasan akan kebutuhan; 7. dan konsekuensi lain yang tidak
diinginkan.
Untuk lebih jelasnya, asumsi-asumsi yang dibangun dalam
pendekatan ini adalah:
1.
Pengguna media adalah
bertujuan. Artinya, kita menggunakan media adalah untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhan tertentu, dimana kebutuhan-kebutuhan tersebut muncul dari
lingkungan sosial kita.
2.
Khalayak media bersifat
selektif dalam memilih tipe media dan isi pesan untuk memenuhi kebutuhan
mereka. Maka, inisiatif dalam proses komunikasi terletak pada khalayak, dan
khalayak mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi media daripada kemampuan media massa mempengaruhi
khalayaknya.
3.
Terdapat sumber-sumber lain
untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan tersebut, dan media harus mampu bersaing
dengannya. Sumber-sumber di luar media tersebut adalah keluarga, teman-teman,
guru, komunikasi antar pribadi, dan kegiatan lainnya.
4.
Khalayak menyadari akan
kebutuhannya dan mampu mengungkapkannya apabila ditanyakan. Khalayak juga
menyadari akan alasan-alasan menggunakan media massa .
Pendekatan dengan menggunakan teori ini digunakan untuk
memudahkan pemahaman mengenai motif-motif yang mendorong audiens untuk
menggunakan media serta tingkat kepuasan yang telah dicapai.
Dari teori Uses and Gratification dapat diturunkan 2 konsep yaitu mengenai
kebutuhan dan kepuasan khalayak. Pada konsep kebutuhan dijelaskan bahwa
khalayak mempunyai motivasi dalam menggunakan media (seperti ;mengapa
menggunakan televisi, untuk alasan apa). Singkatnya dapat dikatakan bahwa dalam
kebutuhan ada suatu harapan untuk terpenuhinya kebutuhan yang menjadi faktor
yang menentukan motivasi penggunaan media (televisi). Sedangkan pada konsep
kepuasan, digambarkan dengan kondisi kepuasan yang didapat dari tayangan, bila
kebutuhan akan apa yang dicari dari tayangan tersebut terpenuhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar