Terapi
kognitif perilakuan merupakan suatu bentuk psikoterapi yang mengintegrasikan
terapi kognitif dan perilakuan untuk membantu individu melakukan
perubahan-perubahan yang mendasarinya yang mengakibatkan terjadinya ganggua
emosi dan dapat diterapkan pada berbagai
jenis gangguan mood dan gangguan ansietas. Terapi kognitif perilakuan dapat
membantu individu untuk mengubah cara berpikirnya (kognitif)dan perilaku
negative menjadi lebih positif. Terapi kognitif perilakuan merupakan suatu
terapi yang melatih seseorang untuk berpikir mengenai dirinya , dunia dan orang
lainjuga bagaimana emosi seseorang berkaitan dengan pikiran dan perasaaannya
pada saat itu (nevid dkk.,2005).
Tehnik
kogmitif perilakuan dapat juga digunakan untuk mengurangi kecemasan. Salah
satunya juga dilakukan terhadap penderita kanker payudara yang telah menjalani
perawatan. Tehnik yang digunakan adalah serangkaian tritmen kognitif perilakuan
melalui kombinasi perilaku kognitif, dan edukasi (Quesnel, Savard, Simard,
Ivers, & Morin.,2003). Strategi
paling penting dalam terapi kognitif perilaku adalah homework atau tugas pekerjaan rumah. Hal ini termasuk membaca,
latihan menolong diri seperti rekaman pikiran dan pengalaman aktivitas. Sesi
terapi dapat dilihat sebagai sesi pelatihan, ketika individu menguji coba dan
menggunakan apa yang telah dipelajarinya(Froggatt,2006). Metede lain yang juga
digunakan dalam terapi kognitif perilakuan adalah self presentation (presentasi
diri) (Leake, friend & Wadhwa, 1999). Presntasi diri adalah suatu proses
untuk menentukan apa yang kita pikirkan tentang diri kita dan apa yang orang
lain pikirkan tentang diri kita( Brehm & Kassin, 1990).
Sebelum
proses terapi dimulai, terapis perlu terlebih dahulu menjelaskan susunan terapi
kepada subjek, yang meliputi penjelasan tentang sudut pandang teori modifikasi
perilaku dan teori terapi kognitif terhadap perilaku yang tidak adaptif, prinsip
yang melandasi prosedur modifikasi perilaku kognitif, dan tentang
langkah-langkah di dalam terapi. Penjelasan ini penting perannya untuk
meningkatkan motivasi individu dan menjalin kerjasama yang baik. Perlu pula
dijelaskan bahwa fungsi terapis hanyalah sebagai fasilitator timbulnya perilaku
yang dikehendaki, dan individu yang berperan aktif dalam proses terapi (Ivey,
1993). Oleh karena itu individu harus benar-benar terampil menggunakan
prinsip-prinsip terapi kognitif dan modifikasi perilaku dengan masalah yang
dialaminya, dan peran terapis penting dalam mengajak individu memahami
perasaannya dan teknik terapi yang efektif untuk terjadinya perubahan perilaku
yang dikehendaki.
Terkait dengan perlunya pemahaman tentang
prinsip-prinsip modifikasi perilaku-kognitif, Meichenbaum (dalam Ivey, 1993)
mengemukakan 10 hal yang harus diperhatikan seorang terapis dalam penggunaan
modifikasi perilaku-kognitif, yaitu:
1. Terapis perlu memahami bahwa perilaku
klien ditentukan oleh pikiran, perasaan, proses fisiologis, dan akibat yang
dialaminya. Terapis dapat memasuki sistem interaksi dengan memfokuskan pada
pikiran, perasaan, proses fisiologis, dan perilaku yang dihasilkan klien.
2. Proses kognitif sebenarnya tidak
menyebabkan kesulitan emosional, namun yang menyebabkan kesulitan emosional
adalah karena proses kognitif itu sendiri merupakan proses interaksi yang
kompleks. Bagian penting dari proses kognisi adalah meta-kognisi yaitu klien
berusaha untuk memberi komentar secara internal pada pola pemikiran dan
perilakunya saat itu. Struktur kognisi yang dibuat individu untuk
mengorganisasi pengalaman adalah personal schema. Terapis perlu memahami
personal schema yang digunakan oleh klien untuk lebih mamahami masalah yang
dialami klien. Perubahan personal schema yang tidak efektif adalah bagian yang
penting dari terapi.
3. Tugas penting dari seorang terapis adalah
menolong klien untuk memahami cara klien membentuk dan menafsirkan realitas.
4. Modifikasi perilaku-kognitif memahami
persoalan dengan pendekatan psikoterapi yang diambil dari sisi rasional atau
objektif.
5. Modifikasi perilaku-kognitif ditekankan
pada penjabaran serta penemuan proses pemahaman pengalaman klien.
6. Dimensi yang cukup penting adalah untuk
mencegah kekambuhan kembali.
7. Modifikasi perilaku-kognitif melihat bahwa
hubungan baik yang dibangun antara klien dan terapis merupakan sesuatu yang
penting dalam proses perubahan klien.
8. Emosi memainkan peran yang penting dalam
terapi, untuk itu klien perlu dibawa ke dalam suasana terapi yang mengungkap
pengalaman emosi.
9. Terapis perlu menjalin kerjasama dengan
pihak keluarga ataupun pasangan klien.
10. Modifikasi perilaku-kognitif dapat
diperluas sebagai proses pencegahan timbulnya perilaku maladaptif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar