Dinamika kota yang berbeda-beda menyebabkan kota dalam
perkembangannya terdapat perbedaan. Bentuk morfologi kota sangat bervariasi. Dari waktu ke waktu
bentuk morfologi kota
selalu berubah sedangkan batas administrasi tetap. Menurut Northam dalam Yunus
(1999), ada tiga macam kemungkinan hubungan yakni:
1. Under Bounded City adalah batas fisik kekotaan berada jauh di luar batas administrasi kota .
Gambar 1. Bentuk morfologi kota
2. True Bounded City adalah batas fisik kota
koinsiden dengan batas administrasi kota .
Gambar 2. Bentuk morfologi kota
3. Over Bounded City adalah batas fisik kekotaan berada di dalam batas administrasi kota .
Gambar 3. Bentuk morfologi kota
Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa suatu kota
dapat mempunyai luas fisik kota
lebih kecil dari wilayah administrasi atau sebaliknya dapat melewati batas
administrasi kota
atau sama dengan batas administrasi kota .
Menurut Babcok dalam Yunus (1994), faktor utama yang mempengaruhi mobilitas
fungsi maupun penduduk adalah poros transportasi yang menghubungkan daerah
pusat kegiatan (Central Business District) dengan daerah luarnya.
Menurut Russwurn,1980 menggolongkan ekspresi keruangan (spatial expresions) dari
kenampakan kekotaan menjadi empat kenampakan utama dan enam kenampakan
kombinasi. Dengan demikian ada 10 macam ekspresi keruangan kenampakan kota yang dikemukakannya,
yaitu:
1. Bentuk konsentris (Uni nodal/concentric)
2. Bentuk simpul multi (Conctellation/multi nodal)
3. Bentuk memanjang (Lineair)
4. Bentuk terserak (Dispersed)
5. Bentuk konsentris bersimpul multi
6. Bentuk konsentris memanjang
7. Bentuk konsentris terserak
8. Bentuk memanjang bersimpul multi
9. Bentuk bersimpul multi berserak
10. Bentuk linear terserak.
Untuk mengetahui ekspresi kenampakan
keruangan kenampakan kota
dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini.
Bentuk kipas (Fan
shaped cities):
1. Hambatan-hambatan alami (natural contraints),
misalnya perairan, pegunungan.
2. Hambatan-hambatan artificial constraints seperti
saluran buatan, zoning, ring roads.
Bentuk kipas paling mungkin
terjadi pada kota-kota pelabuhan yang terletak di dataran rendah dan daerah
belakangnya relatif datar, selain itu bentuk kipas ini juga terjadi pada kota yang berkembang di
delta sungai yang besar.
Bentuk Bentuk Terbelah (split cities):
Bentuk-bentuk areal perkotaan
yang tidak kompak pada pokoknya merupakan satu daerah perkotaan yang mempunyai
areal kekotaan terpisah-pisah oleh kenampakan topografis maupun kenampakan
agraris. Daldjoeni (1992) memberikan salah satu contoh yaitu bentuk kota yang terbelah.
Sebenarnya jenis kota
ini merupakan kota
yang kompak, namun berhubung ada perairan yang cukup lebar membelah kotanya
maka seolah-olah kota
tersebut terdiri dari 2 bagian yang terpisah. Dua bagian ini dihubungkan oleh
jembatan-jembatan baik besar maupun kecil serta “ferry”.
Bentuk pita (ribbon
shaped cities):
Transportasi sering
mengambil peran dominan dalam perkembangan bentuk fisik kota . Pada bentuk kota yang berbentuk pita menunjukkan adanya
peranan jalur transportasi yang sangat
dominan dalam mempengaruhi perkembangan areal ke samping. Sepanjang lembah
pegunungan dan sepanjang jalur transportasi darat utama adalah bagian-bagian
yang memungkinkan terciptanya bentuk ini.
Pola jalan di dalam kota merupakan salah satu
unsur morpologi kota .
Lay out of street merupakan komponen paling nyata manifestasinya dalam
menentukan periodesasi pembentukan kota
di barat (Daldjoeni, 1992), bahkan di kota-kota yang mengalami perubahan
dominasi transportasi. Pola jaringan yang tidak teratur diantaranya tercipta
karena keadaan topografi kotanya yang mengharuskan demikian.
Untuk mengetahui kota berbentuk kipas, kota terbelah dan kota berbentuk pita dapat
dilihat pada Gambar 5 berikut ini.
Gambar 5. Bentuk kota
Tidak ada komentar:
Posting Komentar