Konsep kehilangan dan berduka (duka cita) telah secara
luas dipublikasikan di berbagai textbook
maupun jurnal sejak 50 tahun yang lalu. Dari pemikiran klasik Bowlby (1980)
tentang perasaan cinta dan kehilangan (attachment
and loss) sampai dengan penjelasan mengenai kepedihan (poignant) dari C.S. Lewis (1994). Perawat jarang sekali mendalami
perasaan duka cita yang sedang dialami oleh pasiennya, meskipun duka cita
adalah sebuah pengalaman universal dalam diri manusia.
Duka cita bermakna kesedihan yang mendalam disebabkan
karena kehilangan seseorang yang dicintainya (misal kematian). Menurut Cowles
dan Rodgers (2000), duka cita dapat digambarkan sebagai berikut:
1.
Duka cita dilihat sebagai suatu keadaan yang dinamis
dan selalu berubah-ubah. Duka cita tidak berbanding lurus dengan keadaan emosi,
pikiran maupun perilaku seseorang. Duka cita adalah suatu proses yang ditandai
dengan beberapa tahapan atau bagian dari aktivitas untuk mencapai beberapa tujuan,
yaitu : (1) menolak (denial); (2)
marah (anger); (3) tawar-menawar (bargaining); (4) depresi (depression); dan (5) menerima (acceptance) (TLC, 2004) . Pekerjaan duka
cita terdiri dari berbagai tugas yang dihubungkan dengan situasi ketika
seseorang melewati dampak dan efek dari perasaan kehilangan yang telah
dialaminya. Duka cita berpotensi untuk berlangsung tanpa batas waktu.
2.
Pengalaman duka cita bersifat individu dan dipengaruhi
oleh banyak faktor, kemudian dapat mempengaruhi aspek kehidupan lainnya. Duka
cita lebih dari sekedar tetesan air mata, ia memanifestasikan dirinya sendiri
dalam kesadaran, fisik, tingkah laku, jiwa, psikologis, dan kehidupan sosial
seseorang, seperti halnya perilaku emosional.
3.
Duka cita bersifat normatif namun tidak ada kesepakatan
universal yang bisa menjelaskan sejauh mana kondisi normalnya. Perawat
seringkali merasakan adanya sesuatu yang membatasi duka cita pasien sehingga
tidak sesuai dengan apa yang perawat pikirkan; penghalang tersebut berasal dari
latar belakang sosial budaya klien yang mendorong terciptanya berbagai macam
respon duka cita (Cowles& Rodgers, 2000). Dengan memanfaatkan literatur
dari berbagai disiplin ilmu sebagai basis analisis, Cowles and Rodgers (1991)
mendefinisikan duka cita sebagai “suatu proses dinamis, menyebar, dan sangat
individual dengan komponen yang bersifat normatif”. Atribut duka cita yang
dikembangkan mencakup hal-hal sebagai berikut : dinamis, proses, individual,
menyebar, dan normatif (Cowles dan Rodgers, 2000). Namun atribut-atribut tersebut
belum menghasilkan suatu variabel yang dapat diukur. Menurut Reed (2003), perlu
dilakukan eksplorasi lebih lanjut tentang berbagai aspek duka cita yang lebih
spesifik dan operasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar