Sebagai suatu sistem, pelayanan farmasi rumah sakit terdiri dari
komponen-komponen yang saling bergantungan dan saling mempengaruhi
satu sama lain, dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(WHO, 1996).
a. Masukan
Masukan dari sistem pelayanan farmasi rumah sakit terdiri dari
atas data pola penyakit, standar diagnosis dan terapi, formularium,
pengembangan rumah sakit, sumber dana dan sumber tenaga.
Data dari pola penyakit dari pasien yang berkunjung, akan
dipengaruhi oleh tingkat sosio ekonomi, pendidikan, kebudayaan,
lingkungan dan perilaku masyarakat. Dengan mengetahui pola
penyakit dari waktu kewaktu, dapat membantu perencanaan,
pengadaan, stok dan penyaluran perbekalan farmasi rumah sakit.
Dengan demikian maka jenis bahan farmasi atau obat dapat
disesuaikan dengan pola penyakit yang ada, sehingga persediaan dapat
dibagi menjadi persediaan rutin, persedian untuk keadaan darurat dan
persediaan bahan farmasi atau obat yang jarang digunakan, jumlah masing-masing bahan disesuaikan dengan kebutuhan yang
diperkirakan sehingga dapat diharapkan akan terjadi suatu efisiensi.
Standar diagnosis dan terapi dibuat oleh kelompok profesi
(dokter) dan dapat digunakan oleh kelompok profesi tersebut sehingga
sangat membantu dalam penyederhanaan persediaan farmasi rumah
sakit. Bila obat yang diresepkan dokter tidak tersedia di farmasi maka
menggatian obat yang sejenis dapat dilakukan dengan berpedoman
pada standar yang telah disetujui.
Formularium merupakan standar obat yang dipakai di rumah
sakit dengan tujuan mencapai efisiensi melalui mencegah duplikasi
obat, pemilihan obat berdasarkan kebutuhan rumah sakit dan
memperhitungkan rasio, manfaat dan resiko. Penetapan standar
diagnosa dan terapi beserta formularium rumah sakit merupakan tugas
dari komite farmasi dan terapi.
Pengembangan rumah sakit akan mempengaruhi penggunaan
perbekalan farmasi atau obat. Perbekalan farmasi harus menunjukan
kearah masa yang akan datang. Sebagai sumber dana, peran farmasi
cukup besar dalam pemasukan sumber dana untuk rumah sakit,
sehingga pengembangan farmasi perlu mendapat perhatian.
b. Proses
Proses dalam pengelolaan perbekalan farmasi terdiri atas
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, penyaluran,
penghapusan, informasi obat dan pengawasan. Proses perencanaan dibuat dengan memperhatikan stok
minimum, BOR, LOS, Formularium, pola penyakit dan hal-hal lain
seperti obat-obatan untuk kasus darurat medik, ledakan penyakit.
Seleksi obat harus dari jalur yang resmi, sehingga kualitas obat bisa di
pertanggung-jawabkan. Bila ada masalah reaksi obat hal tersebut dapat
di telusuri dan dapat dimintakan pertanggung-jawaban dari distributor
atau pabrik.
Prosedur pengadaan harus sesuai dengan peraturan yang berlaku
sehingga mutu obat dapat terjamin, sedangkan secara ekonomis harga
sesuai dengan standar yang berlaku. Riwayat penggunaan obat sangat
di perlukan untuk menetapkan suatu pola kebijakan pengadaan.
Pengadaan barang dapat dilakukan dengan prosedur pemesanan dan
pembelian atau produksi.
Pesanan yang diantar harus segera diperiksa dan disimpan di
tempat yang aman. Kesesuaian pesanan dan barang yang di terima
harus terbukti berdasarkan jumlah, jenis, spesifik dan mutu. Tim
pemeriksaan secara organisasi harus berbeda dengan tim pengadaan.
Fungsi penyimpanan mempertahankan mutu obat sehingga tidak
terjadi kerusakan selama penyimpanan, mempermudah pencarian obat
di gudang, sehingga tidak kehilangan letak obat, mempermudah stok
opname dan pengawasan, mencegah bahaya akibat penyimpanan yang
salah. Ada 2 macam gudang yaitu gudang terbuka, yang digunakan
untuk menyimpan barang yang perputaranya cepat, mulai saat barang tersebut diterima sampai disalurkan kembali kepada pemakai. Gudang
ini sebagai perantara antara gudang induk dengan pemakai. Sedangkan
yang kedua adalah gudang tertutup, yang tertutup bagai pegawai
rumah sakit ataupun bagi lalulintas barang. Barang yang keluar masuk
harus melalui prosedur tertentu. Petugas gudang bertanggung-jawab
terhadap keamanan gudang dan stok obat di gudang.
Penyaluran obat untuk pasien rawat jalan pada dasarnya sama
dengan farmasi biasa, peranan farmasi masalah sebagai suatu mata
rantai terakhir dari suatu sistem distribusi dari pabrik farmasi kepada
konsumen melalui PBF (Pedagang Besar Farmasi) dan berfungsi
sebagai pengecer melayani kebutuhan konsumen.
Fungsi penghapusan terdiri dari penelitian barang dan
pelaksanaan penghapusan, sehingga barang tersebut tidak tercatat lagi
pada tata usaha barang. Pada umumnya barang yang dihapus dari
daftar pembukuan harus memenuhi kriteria dinyatakan rusak (kadar
luarsa), sudah tua ditinjau dari segi klinis dan ekonomis, hilang atau
surut karena sebab lain.
Informasi obat harus diberikan kepada semua pihak terkait
seperti tenaga medis, paramedis, tenaga administrasi, pasien dan
keluarga pasien atau masyarakat. Sedangkan pemberian informasi
dapat dilakukan beberapa cara seperti, viatelepon, konsultasi, majalah,
pendidikan dan latihan, penyuluhan, penyampaian hasil penelitian,
data dan literatur obat baru. Pengawasan dalam pengelolaan perbekalan farmasi rumah sakit
dilaksanakan dengan cara pengawasan melekat yaitu dilaksanakan oleh
atasan langsung (Kepala Instalasi Farmasi) dengan cara inspektif,
verifikatif, maupun dengan investigatif. Pemeriksaan dapat insidentil
ataupun berkala sesuai dengan kebutuhan. Untuk pemeriksaan fisik
obat-obatan dilakukan dengan metode acak oleh apoteker.
c. Luaran
Luaran dari sistem pelayanan farmasi rumah sakit terdiri atas
pemberian obat secara rasional, mutu pelayanan kesehatan, biaya
pelayanan kesehatan dan perilaku rasional.
Pemberian obat secara rasional harus memenuhi kriteria tepat
indikasi, tepat penderitaan, tepat obat, tepat dosis dan waspada
terhadap efek samping obat. Atas dasar ini diharapkan pemberian obat
dengan biaya yang rendah dapat memberikan efektifitas tinggi dan
dampak negatif obat yang rendah.
Mutu pelayan kesehatan yang meningkat, dapat dilihat dari mutu
pelayanan medis atau kepuasan pasien, mutu pelayanan administrasi
yang menyangkut aturan dan prosedur pelayanan, mutu tentang
menajemen yang menyangkut perencanaan, pengorganisasian, proses
kegiatan dan pengawasan dan mutu pelayanan kesehatan secara
keseluruhan.
Perilaku pengguanaan obat yang rasional, dengan pengelolaan
perbekalan farmasi yang baik melalui proses standarisasi diagnosa dan terapi, formularium yang ditetapkan oleh KFT (Komite Farmasi dan
Terapi) dan pemberian informasi yang menandai serta proses
pengawasan, diharapkan perilaku rasional dalam penggunaan obat
akan meningkat. Peningkatan perilaku rasional dalam penggunaan obat
diharapkan dapat terjadi pada semua pihak yang terkait dengan
penggunaan obat yaitu kelompok profesi medis, manajemen maupun
masyarakat. Masyarakat pengguna jasa menyerahkan pilihan obat
kepada kelompok profesi. Kelompok profesi dapat menerapkan proses
pemberian obat secara rasional, sedangkan kelompok manajemen
menyediakan obat yang dibutuhkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar