Sabtu, 24 Agustus 2019

Ukuran Perusahaan (skripsi dan tesis)


Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diproksi dari total aktiva.
Menurut Riyanto (2001:22), kebanyakan perusahaan industri sebagian
besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed assets), akan
mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu
modal sendiri, sedangkan utang sifatnya sebagai pelengkap. Hal ini dapat
dihubungkan dengan adanya aturan struktur finansial konservatif
horisontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya
paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap plus aktiva lain yang
sifatnya permanen. Dan perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya
terdiri atas aktiva lancar akan mengutamakan kebutuhan dananya dengan
utang.
Menurut Brigham dan Houston (2001: 40), perusahaan yang tumbuh
dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Biaya
pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih besar daripada biaya
untuk penerbitan surat utang yang mendorong perusahaan untuk lebih
banyak mengandalkan utang. Namun pada saat yang sama perusahaan
yang tumbuh dengan pesat sering menghadapi ketidakpastian yang lebih
besar, yang cenderung mengurangi keinginan untuk menggunakan utang.
Ukuran perusahaan merupakan salah satu kriteria yang
dipertimbangkan oleh investor dalam strategi berinvestasi. Ukuran
perusahaan dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur besar kecilnya
perusahaan yang ditujukan pada total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata
penjualan dan rata-rata total aktiva.
Besar kecilnya ukuran perusahaan (firm size) akan mempengaruhi
akses perusahaan tersebut ke pasar modal sehingga akan mempengaruhi
kemampuan perusahaan untuk memperoleh dana yang dibutuhkannya.
Perusahaan besar dianggap telah memiliki posisi yang kuat dalam
likuiditas, solvabilitas dan rentabilitasnya sehingga mampu memiliki
profitabilitas yang tinggi, sementara perusahaan kecil kegiatan operasinya
belum stabil sehingga akan lebih sulit masuk ke pasar modal untuk
mendapatkan dana, akibatnya perusahaan kecil cenderung menghimpun
dana melalui pembiayaan internal. Hal ini disebabkan karena investor pada
umumnya tidak menyukai risiko sehingga tidak membeli saham dari
perusahaan kecil karena dianggap lebih beresiko daripada saham dari
perusahaan besar.
Menurut Riyanto (2001:299), suatu perusahaan besar yang sahamnya
tersebar luas, dimana setiap perluasan modal saham hanya akan
mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya
pengendalian dari pihak yang lebih dominan terhadap perusahaan yang
bersangkutan, yaitu pihak pemegang saham pengendali dimana pemegang
saham pengendali tersebut memiliki keputusan yang lebih besar dalam
mengendalikan manajemen perusahaannya, dibandingkan dengan
pemegang saham minoritas, sehingga keputusan yang diambil sering
mengabaikan keputusan kelompok pemegang saham. Sebaliknya
perusahaan kecil dimana sahamnya tersebar hanya dilingkungan kecil
maka penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh besar
terhadap kemungkinan hilangnya kontrol dari pihak pemegang saham
pengendali terhadap perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu,
perusahaan besar akan lebih berani untuk mengeluarkan atau menerbitkan
saham baru dalam pemenuhan kebutuhan dananya jika dibandingkan
dengan perusahaan kecil.
Perusahaan yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar kepada
pihak-pihak yang dapat membantu peningkatan kinerja perusahaan dan
ditangani dan diatur secara berbeda dengan perusahaan kecil. Ukuran
perusahaan yang lebih kecil yang menghasilkan keuntungan yang lebih
tinggi, kemungkinan bertahan yang lebih rendah dan memiliki kesulitan
untuk memasuki pasar.
Perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar luas akan lebih
berani mengeluarkan saham baru dalam dalam memenuhi kebutuhannya
untuk membiayai pertumbuhan perusahaan dibandingkan dengan
perusahaan yang kecil dimana sahamnya tersebar dilingkungan kecil
(Riyanto, 2001:296).

Tidak ada komentar: