Blue
Print
Perbandingan proposional bobot
aspek tersebut sedapat mungkin didasari oleh teori atau hasil analisis factor
yang telah pernah dilakukan sebelumnya .Apabila tidak diperoleh laporan hasil
analisis factor,maka pembobotan aspek keperilakuan dapat dikembalikan pada
penilaian para ahli berdasarkan kepatutan akal (common sense) .Dalam banyak kasus ,bila tidak diperoleh alas an
untuk menggangap adanya sebagian aspek yang lebih signifikan disbanding aspek
lainya,maka perbandingan proposional aitem dibuat mengikuti saja perbandingan
banyaknya indicator setiap aspek,atau dapat juga semua aspek diberi bobot sama.
Penyajian muatan atau bobot aspek
secara proposiaonal dalam bentuk persentase dengan mudah dapat dieterjemahkan
ke dalam bilangan yang menunjukan banyaknya aitem pada masing-masing aspek yang
bersangkutan bilamana jumlah aitem secara keseluruhan telah ditetapkan oleh
spesifikasi skala.
Bahkan tabel kisi-kisi dapat dibuat
lebih mendetail dengan memuat proposi atau persentase aitem yang harus ditulis
dalam arah favorable(favorable) dan
aitem yang harus ditulis dalam arah unfavorable
(tidak favorable) ,kecuali kalu sudah ditentukan lebih dahulu bahwa jumlah
aitem favorable dan tidak favprabel dibuat kurang lebih sama banyak pada
masing-masing indicator.
Aitem
favorable dan Aitem tidak favorable
Aspek keperilakuan harus selalu
dirumuskan dalam arah favorable (favorable)
yaitu berisi konsep keperilakuan yang sesuai atau mendukung atribut yang
diukur.Begitu pula halnya indicator keperilakuan harus selalu dirumuskan dalam
kalimat favorable yaitu yang menggambarkan secara operasional perilaku yang
mendukung cirri aspek keperilakuanya .Hal tersebut tidak berlaku dalam
penulisan aitem.Aitem selain ditulis dalam arah favorable dapat juga ditulis
dalam arah tidak favorable ,yaitu yang isinya bertentanggan atau tidak mendukung
cirri perilaku yang dikehendaki oleh indicator keperilakuanya.
Aitem-aitem skala yang berupan
pernyataan memang dapat ditulis dalam salah-satu dari kedua arah tersebut.Aitem
ini disebut berarah favorable apabila isinya menggambarkan dukungan keberfihakan
atau menunjukkan kesesuaian dengan deskripsi keperilakuan pada
indikatornya(dalam beberapa bentuk skala,favorable berarti emndukung langsung
atribut yang diukur).Sebagai contoh,dalam pengukuran Semangat Kerja maka aitem
yang berbunyi.
Kaidah
Penulisan Aitem
Untuk menghasilkan aitem dengan
kualitas baik ,yaitu berfungsi selaras dan signifikan sebagai bagian dari skala
serta mendukung validitas konstrak yang dibangun,maka aitem harus ditulis
mengikuti indicator keperilakuan yang sudah dirumuskan dalam kisi-kisi dan
berpedoman pada kaidah penulisan.
Beberapa diantaranya kaidah penting
dalam penulisan yang perlu diperhatikan dan diikuti oleh penulis aitem adalah:
1.
Gunakan
kata dan kalimat yang sederhana,jelas dan mudah dimengerti oleh responden namun
tetap harus mengikuti tata tulis dan tata bahasa Indonesia yang baku.
Kalimat yang rumit hanya akan
menyulitkan subjek dalam memahami maksud aitem.Subjek mudah salah paham dan
akibatnya tentu saja jawaban yang ia berikan tidak akan memberikan gambaran
yang benar mengenai dirinya.Kalimat yang sulit difahami dapat mengurangi minat
dan kesungguhan subjek dalam menjawab.
Penggunaan Bahasa Indonesia baku
adalah keharusan kecuali pada skala-skala yang ditunjukan khusus bagi budaya
tertentu yang mengunakan bahasa daerah yang dipahami oleh subyek.
2.
Tulis aitem dengan berhati-hati sehingga tidak
menimbulkan penafsiran ganda terhadap kata dan istilah yamg digunakan.
Hindari
penggunaan istilah-istilah khusu yang dikenal hanya dalam lingkungan
terbatas.istilah yang tidak begitu populer mudah disalahartikan oleh
responden.Berikut ini adalah contoh aitem yang berisi istilah yang dapat
menimbulkan salah pengertian:
Saya akan menjadi pendengar yang baik,bila ada karyawan
yang mengeluh.
Problem
pada aitem di atas terletak pada makna istilah “pendengar yang baik” yang dapat
bersifat tidak favorabel.Bila yang dimaksudkan sebagai pendengar yng baik
adalah seseorang yang dapat menjadi tempat curahan dan memahami orang lain
dengan penuh empati,tentu aitem tersebut termasuk aitem yang
favorabel.sebaliknya bila yang dimaksud dengan pendengar yang baik adalah
seseorang yang hanya mau mendengarkan tanpa perlu memberi komentar atau
bersikap kritis ,sebagaiman istilah itu biasanya digunakan dalam pergaulan
kelompok tertentu ,maka aitem tersebut menjadi bersifat tidak favorabel .Dengan
demikian perbedaan respon akan menjadi tergantung perbedaan individual pada
aspek yang diukur.
3.
Ingat bahwa aitem harus selalu mengacu pada indikator
keperilakuan ,karena itu janggan menulis aitem yang langsung berkaitan dengan
atribut yang diukur.
Berikut
ini adalah salah satu aitem yang pernah ditulis oleh seseorang mahasiswa yang
dimaksudkan guna mengungapkan atribut Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun:
Saya merasa cemas akan kesepian setelah pensiun
Aitem
seperti di atas ,apabila dijawab oleh subyek dengan respon positif seperti
SESUAI atau YA mak harus langsung disimpulkan bahwa subyek merasa cemas ,begitu
pula apabila diperoleh jawaban negatif TIDAK harus diartikan bahwa subyek tidak
merasa cemas.Lalu apa guna aitem-aitem yang lain?inilah contoh aitem yang ditulis
langsung dan tidak tepat untuk digunakan dalam skala.hendaknya dibuat aitem
yang berupa suatu pernyataan tidak langsung mengenai kecemasan sebagai atribut
yang diukur ,tetapi berupa pernyataan mengenai indikator keperilakuanya
seperti:
Saya sulit untuk berkonsentrasi dengan pekerjaan bila
mengingat masa pensiun sudah dekat.
Yang
mengacu pada gangguan konsentrasi sebagai salah satu indikator kecemasan.Jawaban
YA pada aitem ini tentu saja baru merupakan sebagian banyak dari indikasi
kecemasan yang masih perlu didukung oleh jawaban terhadap aitem-aitem yang
lainnya. Begitu pula jawaban TIDAK baru merupakan salah satu pertanda saja dari
banyak indikasi tidak adanya kecemasan.
4. Selalu
perhatikan indikator perilaku apa yang hendak diungkap sehingga stimulus dan
pilihan jawaban tepat relevan dengan tujuan pengukuran
Biasanya
ketika penulis aitem telah mengahabiskan terlau banyak waktu mengerahkan
segenap kemampuan dan kreativitasnya dalam “menciptakan “aitem ,akan ada
semacam kecenderungan untuk kehilangan
arah sehingga secara tidak sadar mulai menulis aitem-aitem yang
sebenarnya kurang relevan dengan tujuan pengukuran.Penulisan aiem bukan
pekerjaan yang dapat selesai dengan sekali duduk.Oleh karena itu janggan
memaksakan diri bila mulai merasa lelah ,dan bila memusatkan pikiran pada aitem
janggan pernah melepaskan perhatian pda indikator keperilakuan yang hendak
diungkap.
5. Cobalah
menguji pilihan-pilihan jawaban yang yang telah ditulis .Adakah perbedaan arti
dan makna antara dua pilihan yang berbeda sesuai dengan indikator
keperilakuannya,apabila tidak ada beda makna yang jelas maka aitem yang
bersangkutan tidak memiliki daya beda.
Fungsi
aitem sebenarnya adalah membedakan individu pada aspek yang diukur berdasarkan
responnya terhadap aitem tersebut.Perhatikan contoh aitem yang pernah ditulis
untuk mengungapkan Semangat Kerja,berikut ini:
Pekerjaan saya menuntut berbagai macam kemampuan.
Dipandang
dari segi tingginya semangat kerja yang hendak diungkap,apkah perbedaan
individu yang menjawab YA dan yang menjawab TIDAK terhadap aitem di atas?Tidak
ada,karena individu yang memiliki swemangat kerja tinggi dan individu yang
tidak memiliki semngat kerja memiliki peluang yang sama besar untuk memiklih
jawaban mana saja.Hal ini atau karena terjadi karena isi aitem yang tidak
relevan denag tujuan ukur atau karena isi aitem lebih bersifat fakta atau dapat
dianggap fakta sehingga jawaban subyek lebih ditentuka n faktor lain,bukan oleh
faktor semangat kerjanya.Bandingkan denga aitem berikut:
Saya berangkat kerja dengan hati yang tidak mantap.
Yang
jelas akan mampu memancing respon berbeda.Karena aitem ini bersifat tidak
–favorabel maka subyek yang memilih jawaban YA berarti memiliki indikasi kurang
bersemangat kerja sedangkan individu yang memilih jawaban TIDAK berarti meiliki
pertanda semangat yang tinggi.
6. Perhatikan
bahwa isi aitem tidak boleh mengandung social desirability yang tinggi yaitu
aitem yang isinya sesuai dengan keingginan sosialnya umumnya atau tidak
dianggap baik oleh norma sosial.Aitem yang bermuatan social desirability
tinggicenderung akan disetujui atau didukung oleh semua orang semata-mata
karena orang berfikir normatif bukan karena isi aitem iru sesuai dengan
perasaan atau keadaan dirinya.
Sebagai contoh ,untuk pengukuran Asertivitas,suatu aitem
ditulis sebagai berikut:
Seseorang menyalakan rokok dalam bis ber AC yang sedang
anda tumpangi.
a)
Saya
tegur dengan sopan dan baik-baik
b)
Saya
tunjukkan bahwa saya sangat tergangu dan sanggat jengkel
Aitem
di atas nampaknya banyak mengandung muatan
social desirability.pilihan a
mencerminkan perilaku yang sanggat sesuai dengan norma sosial yang berlaku
dalam masyarakatsehingga cenderung dipilih oleh responden,namun bukan
disebabkan responden merasa isinya cocok denga dirinya tapi karena responden
merasa harus melakukan sesuatu dengan cara “baik” dan normatif.Contoh lain
adanya muatan social desirability
dalam aitem adalah:
Meskipun
untuk meningkatkan karier,saya tidak boleh berbuat curang kepada terhadap teman
sekerja.
(STS)-(TS)-(N)-(S)-(SS)
Terhadap
aitem yang seperti diatas ,tentu saja semua orang akan cenderung memilih
jawaban positif (S atau SS) karena itulah bentuk jawaban normatif yang sesuai
dengan yng dikehendaki masyarakat,sekalipun pada kenyataanya mungkin banyak
diantara mereka yang memberikan jawaban positif itu sengaja atau tidak sengaja
sering bertindak curang.
7. Untuk
menghindari stereotipe jawaban ,sebagian dari aitem perlu dibuatkan dalam arah
favorabel dan sebagian lain dibuat dalam arah tidak favorabel.
Hal ini terutama benar pada aitem-aitem skala yang format
responnya berupa pilihan dan berjenjang dari STS ke SS .Pada saat diformat ini
responden menyadari yang sikapnya konsisten akan segera menyadari bahwa
jawaban-jawaban yang telah diberikan nya selalu berada pada salah satu ujung
kontinum saja sehingga untuk aitem-aitem berikutnya ia cenderung menmpatkan
saja jawabanya mengikuti pola yang terjadi .Berbeda kalau arah aitem-aitem
bervariasi kadang favorabel kadang tidak,maka subyek akan membaca dengan teliti
setiap aitem sebelum mendapatkan jawabannya.
Semakin
sedikit aitem yang ada dalam skala akan semakin besar overlap yang terjadi.Sebaliknya ,semakin banyak jumlah aitem dalam
skala maka akibat yang ditimbulkan oleh Spurious
overlap semakin kecil dan tidak signifikan.Sebagai pegangan kasar,bilamana
jumlah aitem dalam skala lebih dari 30 buah maka umumnya efek spurious overlap tidak begitu besar dan
karenanya dapat diabaikan,sedangkan bila jumlah aitem dalam skala kurang dari
30 buah maka pengaruhnya menjadi subtansial sehingga perlu diperhitungkan
.Untuk itu ,agar kita memperoleh informasi yang lebih akurat mengenai korelasi
antara aitem dan skala ,diperlukan suatu rumusan koreksi terhadap efek spurious overlap.
Kategorisasi Berdasar Model Distribusi Normal
kategorisasi ini
didasari oleh asumsi bahwa skor individu dalam kelompoknya merupakan estimasi
terhadap skor individu dalam populasi dan asumsi bahwa skor individu dalam
populasinya terdistribusi secara normal.Dengan demikian kita dapat membuat
model batasan kategori skor teoretik yang terdistribusi menurut model normal
standart.
Sebagaimana
diketahui ,suatu distribusi normal standar terbagi atas enam bagian atau enam satuan deviasi standart.Tiga bagian
berada di sebelah kiri mean(bertanda negative )dan tiga bagian berada di
sebelah kanan mean (bertanda
positif).
Kategori jenjang
(ordinal)
Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan
individu ke dalam kelompok-kelompok yang posisinya berjenjang menurut suatu
kontinum berdasar atribut yang diukur.Kontinum jenjang ini contohnya adalah
dari rendah ke tinggi ,dari paling jelek ke paling baik,dari sangat tidak puas
ke sangat puas dan semacamnya.Banyaknya jenjang ktegori diagnosis yang akan
dibuat biasanya tidak lebih dari lima jenjang tapi juga tidak kurang dari
tiga.Mengelompokkan individu-individu ke dalam dua jenjang diagnosis
menjadi,misalnya “semangat kerja rendah”dan “semangat kerja tinggi”selain
kurang efisien juga akan menghadapi resiko kesalahan yang cukup besar bagi
skor-skor yang terletak di sekitar mean
kelompok.
Kategorisasi
bukan-jenjang (Nominal)
Tujuan
kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok
diagnosis yang tidak memiliki makna “lebih” dan “kurang”atau “tinggi”dan
“rendah”.Kasusu semacam ini dijumpai contohnya ketika pengelompokan individu
dilakukan berdasar skor Pola Asuh yang diterimanya(misalkan
Demokratis,Bebas,dan Otoriter),atau ketika dilakukan kategorisasi Orientasi Coping (Orientasi Problem,Orientasi
Emosi)atau pengelompokan Peran Jenis(kelompok Feminin,Maskulin,Androgini,dan Tidak
Tergolongkan).