Metode Importance Performance Analysis ditemukan oleh Matilla dan James
dan digunakan pada tahun 1977 untuk melakukan analisis tingkat kepuasan
pelanggan pada layanan organisasi atau produk. Dalam jangka waktu yang cukup
lama Importance Performance Analysis telah dimanfaatkan dalam menanggapi dan
mengembangkan strategi pemasaran, karena metode ini membantu perusahaan
dalam memahami keinginan dan kebutuhan pelanggan. IPA banyak digunakan
dalam banyak bidang dimana kepuasan pelanggan merupakan kunci dalam bisnis
yang berkembang termasuk layanan Pemerintah (Wong dkk., 2011), perguruan
tinggi (Silva dan Fernandes, 2012), dan layanan bank (Wu dkk., 2012).
Kepuasan pengguna merupakan persepsi pengguna, hal ini berhubungan
dengan harapan pengguna, kualitas produk, serta layanan dari organisasi. Metode
IPA dapat mengukur tingkat kepuasan pengguna dari hasil kuesioner pengguna
berdasarkan komponen atribut layanan dan produk yaitu: Tingkat Kepentingan
layanan dan produk tersebut kepada pengguna serta tingkat kinerja organisasi
dalam menyediakan layanan dan produk tersebut.
Teknik IPA menggabungkan ukuran kinerja dan kepentingan yang dirasakan
pengguna ke dalam plot dua dimensi untuk menfasilitasi interpretasi data (Martilla
dan James, 1977). Plot ini mengelompokkan atribut ke dalam empat kategori atau
kuadran untuk menetapkan dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas.
Empat kuadran biasanya diidentifikasi sebagai Prioritas utama (Kuadran I),
Pertahankan Prestasi (Kuadran II), Prioritas Rendah (Kuadran III), dan Berlebihan
(Kuadran IV).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar