Fisika merupakan bagian dari
sains tentang dunia fisik seperti kimia,
geologi, dan astronomi. Tidak hanya bagian dari sains dunia fisik, fisika juga merupakan pengetahuan dasar sains
yang diperoleh dan dikembangkan dengan berlandaskan pada serangkaian penelitian
yang dilakukan oleh para saintis dalam mencari jawaban tentang berbaga gejala
alam serta penerapannya dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari. Oleh karena fisika merupakan ilmu yang
diperoleh dengan serangkaian penelitian maka seyogyanya dalam proses
pembelajaran, fisika dipandang sebagai
proses, bukan produk.
Pembelajaran fisika sebagai
suatu proses berarti bahwa siswa tidak hanya diberikan tentang prinsip/ konsep
dari suatu materi, lebih kepada
bagaimana proses dalam menemukan prinsip atau konsep itu. Nah, salah satu alternatif pendekatan dalam pembelajaran fisika
yaitu menggunakan pendekatan keterampilan proses. Mengenai pengertian pendekatan keterampilan
proses, Kurniati (2001: 11) mengungkapkan
bahwa pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan yang memberi kesempatan
kepada siswa agar dapat menemukan fakta, membangun konsep-konsep, melalui
kegiatan dan atau pengalaman-pengalaman seperti ilmuwan
Selain itu, Arikunto (2004 :33) memberi penjelasan
mengenai pendekatan keterampilan proses, yaitu bahwa:
“Pendekataan berbasis keterampilan proses adalah
wawasan atau anutan pengembangan
keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari
kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya keterampilan-keterampilan intelektual
tersebut telah ada pada siswa”.
Dari kedua pengertian
diatas, dapat disimpulkan bahwa
pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pembelajaran untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik siswa
dengan melakukan kegiatan belajar secara langsung
dalam menemukan fakta dan konsep.
Penerapan
pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran akan dapat mengembangkan
kemampuan berpikir anak. Anak akan aktif
dalam menggunakan pikirannya untuk menemukan berbagai konsep atau prinsip dari
suatu materi. Seperti yang dikemukakan
oleh Bruner (Hendrik, 2000: 14) bahwa dalam pengajaran dengan pendekatan
keterampilan proses penemuan anak akan menggunakan pikirannya untuk melakukan
berbagai konsep atau prinsip.
Keterampilan
proses merupakan asimilasi dari berbagai keterampilan intelektual yang dapat
diterapkan pada proses pembelajaran. Piaget (Duherti, 2000:13) mengemukakan
bahwa kemampuan berpikir anak akan berkembang bila dikomunikasikan secara jelas
dan cermat yang dapat disajikan berupa grafik, diagram, tabel, gambar atau
bahasa isyarat lainnya.
Menurut Tim Action Research Buletin Pelangi Pendidikan (1999 :
35), keterampilan proses terbagi menjadi
dua macam yaitu keterampilan proses dasar, dan keterampilan proses
terpadu. Masing-masing keterampilan
tersebut terdiri dari beberapa aspek.
Keterampilan dalam
keterampilan proses dibagi menjadi dua, yaitu :
(1) Keterampilan proses tingkat
dasar (Basic Science Proses Skill) meliputi observasi,
klasifikasi, komunikasi, pengukuran, prediksi, dan inferensi. (2)
Keterampilan proses terpadu (Intergated Science Proses Skill)
meliputi menentukan variabel, menyusun tabel data, menyusun grafik, memberikan
hubungan antar variabel, menyusun hipotesis, memproses data, dan menganalisis
penyelidikan. Semua keterampilan
tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa.
Dengan demikian, menerapkan pendekatan proses dalam proses
pembelajaran di kelas akan mengasah berbagai macam keterampilan siswa yang
sangat berguna apabila siswa melakukan penelitian/ penyelidikan secara ilmiah.
Adapun untuk pelaksanaan di
dalam kelas, pembelajaran dengan
pendekatan keterampilan proses dirancang
dengan beberapa tahapan. Dengan beberapa
tahapan-tahapan itu, diharapkan akan
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Tahapan-tahapan
pembelajaran berbasis keterampilan proses menurut Dimyati dan Mudjiono ( 1999 :
49),
“Pendekatan pembelajaran ini dirancang dengan tahapan: penampilan fenomena,
apersepsi, dan menghubungkan pembelajaran dengan pengetahuan awal yang dimiliki
siswa. Setelah itu, pembelajaran
dilanjutkan dengan demonstrasi atau eksperimen, kemudian siswa mengisi LKS, hal
itu dimaksudkan untuk memunculkan dampak siswa lebih aktif dan mengacu pada
indikator keberhasilan pembelajaran.
Terakhir, guru memberikan penguatan materi dan penanaman konsep dengan
tetap mengacu kepada teori permasalahan”.
Sesuai dengan pendapat dari Dimyati di atas, tahapan-tahapan dalam pendekatan proses bisa
dibagi menjadi tiga kegiatan. kegiatan
pendahuluan (pemberian motivasi,
apersepsi, dan penyajian
fenomena), kegiatan inti (demonstrasi/
eksperimen), dan kegiatan akhir
(penguatan materi dan penanaman konsep).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar