Proses pembelajaran
yang dilakukan guru hendaknya melakukan proses pembelajaran yang melibatkan
siswa. Siswa aktif untuk dapat
mengetahui penerapan konsep, memahami kaidah, dan prinsip disiplin ilmu yang
dipelajari. Hal ini sejalan dengan apa
yang dikatakan Sardiman (2005: 95) bahwa belajar adalah berbuat dan sekaligus
proses yang membuat anak didik menjadi aktif.
Jadi dalam pembelajaran, siswalah
yang mendominasi aktivitas proses pembelajaran sedangkan guru hanya memberikan
acuan atau arahan kepada siswa atau sebagai fasilitator.
Pendapat di atas juga didukung oleh Sanjaya (2007: 132) yang
menyatakan bahwa belajar adalah berbuat,
memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Sedangkan aktivitas tidak terbatas
pada aktivitas fisik saja, tetapi juga
meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental.
Efektivitas merupakan derivasi dari kata efektif yang dalam bahasa Inggris
effective didefinisikan “producing a desired or intended result” (Concise
Oxford Dictionary, 2001) atau “producing the result that is wanted or intended”
dan definisi sederhananya “coming into use” (Oxford Learner’s Pocket
Dictionary, 2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) mendefinisikan efektif
dengan “ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya)” atau “dapat membawa
hasil, berhasil guna (usaha, tindakan)” dan efektivitas diartikan “keadaan
berpengaruh; hal berkesan” atau ” keberhasilan (usaha, tindakan)”.
The Liang Gie dalam Ensiklopedi
Administrasi (1989) mendefinisikan efektivitas sebagai berikut.
“Suatu keadaan yang
mengandung pengertian mengenai terjadinya efek atau akibat yang dikehendaki.
Jika seseorang melakukan suatu perbuatan dengan maksud tertentu yang memang
dikehendaki, maka orang itu dikatakan efektif kalau memang menimbulkan akibat
dari yang dikehendakinya itu.”
Efektivitas merujuk pada kemampuan
untuk memiliki tujuan yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Efektivitas juga berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau
hasil yang diperoleh, kegunaan atau manfaat dari hasil yang diperoleh, tingkat
daya fungsi unsur atau komponen, serta masalah tingkat kepuasaan
pengguna/client.
Selanjutnya, Steers (1985:176)
menyatakan
“sebuah
organisasi yang betul-betul efektif adalah orang yang mampu menciptakan suasana
kerja di mana para pekerja tidak hanya melaksanakan pekerjaan yang telah
dibebankan saja tetapi juga membuat suasana supaya para pekerja lebih
bertanggung jawab, bertindak secara kreatif demi peningkatan efisiensi dalam
usaha mencapai tujuan.”
Pernyataan
Steers di atas menunjukkan bahwa efektivitas tidak hanya berorientasi pada
tujuan melainkan berorientasi juga pada proses dalam mencapai tujuan. Jika
definisi ini diterapkan dalam pembelajaran, efektivitas berarti kemampuan
sebuah lembaga dalam melaksanakan program pembelajaran yang telah direncanakan
serta kemampuan untuk mencapai hasil dan tujuan yang telah ditetapkan. Proses
pelaksanaan program dalam upaya mencapai tujuan tersebut didesain dalam suasana
yang kondusif dan menarik bagi peserta didik.
Dalam
ranah kajian perilaku organisasi, Steers (1985) mengemukakan tiga pendekatan dalam memahami efektivitas.
Pendekatan-pendekatan tersebut antara lain pendekatan tujuan (the goal optimization approach),
pendekatan sistem (sistem theory approach),
dan pendekatan kepuasan partisipasi (participant
satisfaction model).
a.
Pendekatan Tujuan. Suatu organisasi berlangsung
dalam upaya mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu, dalam pendekatan ini
efektivitas dipandang sebagai goal attainment/goal optimization atau pencapaian
sasaran dari upaya bersama. Derajat pencapaian sasaran menunjukkan derajat
efektivitas. Suatu program dikatakan efektif jika tujuan akhir program
tercapai. Dengan perkataan lain, pencapaian tujuan merupakan indikator utama dalam
menilai efektivitas.
b.
Pendekatan Sistem. Pendekatan ini memandang
efektivitas sebagai kemampuan organisasi dalam mendayagunakan segenap potensi
lingkungan serta memfungsikan semua unsur yang terlibat. Efektivitas diukur
dengan meninjau sejauh mana berfungsinya unsur-unsur dalam sistem untuk
mencapai tujuan.
c.
Pendekatan Kepuasan Partisipasi. Dalam pendekatan
ini, individu partisipan ditempatkan sebagai acuan utama dalam menilai
efektivitas. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa keberadaan organisasi
ditentukan oleh kualitas partisipasi kerja individu. Selain itu, motif individu
dalam suatu organisasi merupakan faktor yang sangat menentukan kualitas
partisipasi. Sehingga, kepuasan individu menjadi hal yang penting dalam
mengukur efektivitas organisasi.
Dari tiga pendekatan
dalam menilai efektivitas organisasi di atas, bisa ditarik kesimpulan berkenaan
dengan efektivitas pembelajaran bahwa efektivitas suatu program pembelajaran
berkenaan dengan masalah pencapaian tujuan
pembelajaran, fungsi dari unsur-unsur pembelajaran, serta tingkat kepuasan dari
individu-individu yang terlibat dalam pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar