John A. Martilla dan John C. James
mengembangkan sebuah konsep Importance Performance Analysis (IPA) yang
sebenarnya berasal dari konsep Satisfaction Quality.Konsep ini berisi
bagaimana menterjemahkan apa yang diinginkan oleh pelanggan diukur dalam kaitannya dengan apa yang
harus dilakukan oleh penyedia jasa agar menghasilkan produk berkualitas, baik
yang berwujud maupun tidak berujud (Supranto, 2001). Bila pada konsep Satisfaction
Quality hanya menganalisa tentang kesenjangan atau gap yang terjadi antara
keinginan atau harapan pelanggan dengan kinerja yang telah diberikan badan usaha,
pada Importance Performance Analysis kita menganalisa tentang tingkat
kepentingan dari suatu variabel dimata pelanggan dengan kinerja badan usaha
tersebut. Dengan demikian badan usahaakan lebih terarah dalam melaksanakan
strategi bisnisnya sesuai dengan prioritas kepentingan pelanggan yang paling
dominan. Analisa diawali dengan sebuah kuisioner yang disebarkan kepada
pelanggan. Responden diminta untuk menilai tingkat kepentingan/harapan berbagai
atribut dan kepuasan tingkat kinerja penyedia jasa pada masing-masing atribut
tersebut. Dalam penelitian ini digunakan dua variable X dan Y, dimana X
merupakan tingkat kinerja terhadap layanan yang memberikan kepuasan pelanggan
dan Y merupakan tingkat kepentingan/harapan pelanggan. Dalam hal ini digunakan
lima tingkat Skala Linkert untuk penilaian tingkat kepentingan pelanggan, yang
terdiri dari:
a.
Sangat penting, diberi bobot
5
b.
Penting, diberi bobot 4
c.
Cukup penting, diberi bobot
3
d.
Kurang penting, diberi bobot
2
e.
Tidak penting, diberi bobot
1
Untuk kinerja nyata diberikan lima kriteria penilaian dengan bobot sebagai berikut :
1. Sangat baik diberi bobot 5, yang berarti pelanggan sangat puas
2. Baik diberi bobot 4, yang berarti pelanggan puas
3. Cukup baik diberi bobot 3, yang berarti pelanggan cukup puas
4. Kurang baik diberi bobot 2, yang berarti pelanggan kurang puas
5. Tidak baik diberi bobot 1, yang berarti pelanggan tidak puas
Kemudian nilai rata-rata tingkat kepentingan
dan kinerja perusahaan akan dianalisis di Importance Performance Matrix. Berdasarkan
hasil penilaian tingkat kepentingan dan hasil penilaian kinerja maka akan
dihasilkan suatu perhitungan mengenai tingkat kesesuaian. Berikut ini Gambar 2.3
Importance Performance Matrix:
1
Atribut
untuk
Ditingkatkan
|
2
Atribut
untuk Dipertahankan
|
||
3
Atribut
untuk Dipertahankan
|
4
Atributes
untuk dikurangi
|
|
|
Gambar
2.3. Importance/Performance Matric
Sumber :
Rangkuti (2006)
1. Kuadran pertama (I), memerlukan penanganan yang perlu
diprioritaskan oleh tingkat manajemen karena kepentingan tinggi, sedangkan
tingkat kepuasan rendah.
2. Kuadran kedua (II), menunjukan daerah yang
harus dipertahankan karena tingkat kepentingan tinggi, sedangkan tingkat
kinerja juga tinggi.
3. Kuadran ketiga (III), sebagai daerah
prioritas rendah karena tingkat kepentingan rendah sedangkan tingkat kepuasan
kinerja juga rendah. Pada
kuadran ini terdapat beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi pelanggan. Namun perusahaan harus selalu menampilkan
sesuatu yang lebih baik di antara kompetitor yang lain.
4. Kuadran keempat (IV), dikategorikan sebagai
daerah berlebihan karena terdapat faktor yang bagi pelanggan tidak penting,
akan tetapi oleh perusahaan dilaksanakan dengan sangat baik. Selain itu
dikarenakan tingkat kepentingan rendah sedangkan tingkat kepuasan kinerja
tinggi sehingga bukan menjadi prioritas yang dibenahi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar