Dalam
memandang dampak masa pubertas, dunia seorang remaja meliputi perubahan fisik,
kognitif serta perubahan sosial (Santrock, 2002).
a.
Perkembangan fisik
Perkembangan fisik remaja berlangsung sangat cepat
oleh karena kematangan hormon seks. Menurut Dariyo (2004) perubahan fisik
remaja merupakan terjadinya perubahan secara biologis yang ditandai dengan
kematangan organ seks primer maupun sekunder yang dipengaruhi oleh kematangan
hormon seksual.
Papalia, Olds dan Felman (2005) mengungkapkan
karakteristik perubahan fisik seksual primer dan sekunder pada remaja putra dan
putri. Tanda pubertas pada remaja putra diawali dengan berkembangnya testes dan scrotum. Pada remaja putra karakteristik perubahan fisik antara
lain pertumbuhan penis dan kelenjar prostat, munculnya bulu kemaluan,
pertumbuhan badan, ejakulasi pertama dengan mengeluarkan sperma, tumbuh bulu
wajah dan bulu ketiak.
Karakteristik seks primer pada remaja putri antara
lain ovarium, tuba fallopi, uterus dan vagina. Pertumbuhan seks primer pada
remaja putri tidak dapat diamati secara jelas karena pertumbuhan organ-organ
seks yang bersifat internal. Perubahan fisik pada remaja putri meliputi
pertumbuhan payudara, pertumbuhan bulu kemaluan, pertumbuhan badan, menarche, tumbuhnya bulu ketiak. Disisi
lain, karakteristik seks sekunder pada remaja putra dan putri ditandai dengan
perubahan suara dan tekstur kulit dan
perkembangan otot tubuh.
Santrock (2002) menyatakan bahwa kematangan fisik yang
lebih awal pada anak perempuan meningkatkan kerentanan remaja putri atas
sejumlah masalah. Remaja putri yang lebih cepat matang pada akhir masa remaja
mengalami perubahan yang cenderung menguntungkan karena remaja tersebut
memiliki tubuh dan kecantikan yang lebih ideal. Perubahan tersebut mengundang
respon dari remaja laki-laki yang mengarah pada berkencan lebih dini dan
pengalaman-pengalaman seksual lebih awal.
b.
Perkembangan kognitif
Setiap individu akan mengalami proses pertumbuhan struktur dan skema
mentalnya dari yang bersifat sederhana sampai yang bersifat kompleks. Ini
terjadi karena faktor perkembangan yaitu perubahan struktur mentalnya dan faktor
belajar yaitu perubahan isi mental (Dariyo, 2004).
Menurut Santrock (2002) ciri pemikiran remaja masih
bersifat egosentris. Keegoisan remaja nampak bahwa mereka menganggap dirinya
sebagai individu yang unik dan berbeda dengan orang lain. Pemikiran mereka
semakin abstrak, sistematis, logis dan idealis, lebih mampu menguji pemikiran
diri sendiri, pemikiran orang lain dan apa yang orang lain pikirkan tentang
diri mereka. Hal ini merupakan ciri-ciri dari pemikiran operasional formal
menurut Jean Piaget yang berlangsung antara usia 11 tahun hingga 15 tahun
(Santrock, 2002). Kemampuan kognitif mengembangkan hipotesa terbaik dalam memecahkan
masalah dan menarik kesimpulan secara sistematis untuk menentukan pola
pemecahan masalah tersebut disebut Piaget sebagai hypothetical-deductive reasoning (Santrock, 2002).
c.
Perkembangan sosial
Sebagai individu yang berkembang, remaja mulai
mengadakan hubungan dengan berbagai tipe individu lain. Pergaulannya mulai
berkembang luas tidak hanya dengan anggota keluarga dan orang tua tetapi juga
dengan teman-teman sebayanya dan masyarakat di sekitarnya (Dariyo, 2004).
Mereka berusaha untuk melepaskan diri dari kekuasaan orang tua dengan maksud
untuk menemukan dirinya dan tidak bergantung pada orang lain.
Seorang remaja akan berupaya untuk mencari dan
membentuk persahabatan dengan teman kelompok sebayanya sebagai bentuk pembelajaran
dan mengembangkan ketrampilan sosialnya. Dalam persahabatan tersebut, intimacy (kekariban) dan loyalty (kesetiaan) merupakan ciri-ciri
utama dalam menjalin hubungan dengan teman-temannya (Berk, 2006). Remaja putri
cenderung membangun kebersamaan dengan teman dan menilai persahabatan sebagai
bentuk dukungan emosional dan pengutaraan diri. Keberhasilan remaja dalam
menghadapi krisis akan meningkatkan dan mengembangkan kepercayaan dirinya,
sehingga remaja tersebut akan mampu untuk mewujudkan jati diri atau identitas
dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar