Senin, 27 Juli 2009

Judul Skripsi Hubungan Internasional: TEORI PEMILIHAN UMUM DALAM SUATU KARAKTERISTIK PEMILIH DAN KARAKTERISTIK FIGUR CALON PEMIMPIN



Dalam penjelasan fenomena pemilihan umum seperti yang dijabarkan di bawah ini lebih melihat bagaimana faktor-faktor karakteritik pemilih dan karakteristik figur calon pemimpun akan mempengaruhi jalannya pemilhan umum. Suatu kemenangan calon pemimpin merupakan suatu perwujudan dari fenomena bahwa pemenang pemilu merupakan pihak yang mendapatkan dukungan mayoritas rakyat. Hal ini berlaku juga bagi pihak yang pada akhirnya disebut sebagai pihak yang kalah adalah pihak yang tidak mendapatkan mayoritas dukungan suara. Hal ini disebabkan pihak yang kalah dianggap tidak dapat menjadi jembatan antar suara rakyat dan pemerintah sedangkan pemenang pemilu merupakan tokoh/organisasi yang dianggap mampu menyuarakan keinginan rakyat atau sebagai alat artikulasi suara rakyat .
Oleh karenanya dalam pemilu maka suara mutlak adalah suara pemilih yang dalam hal ini adalah rakyat. Dalam setiap negara akan memiliki karakteristik pemilih yang berbeda pula. Hal ini seiring dengan perbedaan secara sosiologi politik dari karakteristik rakyat. Misalkan; Iran yang lebih menonjul dipengaruhi adanya kubu reformis dan konservatif; Venezuela yang dipengaruhi oleh masyarakat lapisan atas dan bawah dan di Bolivia yang dipengaruhi oleh suatu gerakan masyarakat petani (cocaleros) yang bergabung dengan kelompok pekerja lainnya.
Menurut Bone dan Ranney, rakyat dapat dibagi menjadi enam golongan berdasarkan aktivitas politiknya. Pertama aktivis partai politik, kelompok ini merupakan kumpulan dari orang-orang yang secara teratur mencurahkan tenaga dan pikirannya pada aktivitas politik seperti pemimpin partai politik dan pemimpin LSM politik, kelompok ini hanya berjumlah lebih kurang 0,25% dari populasi masyarakat dewasa. Kedua kontributor organisasi politik, terdiri dari orang-orang yang merupakan anggota aktif partai politik atau LSM politik, kelompok ini berjumlah kurang lebih 5% dari populasi orang dewasa. Ketiga pemimpin opini politik, kelompok ini merupakan orang-orang yang dalam kesehariannya menjadi pemimpin diskusi politik dengan keluarganya, kerabatnya, dan rekan-kerjanya, mereka umumnya berjumlah kurang lebih 25% dari populasi orang dewasa. Keempat pemilih, kelompok ini lah yang benar-benar sadar dan selalu menggunakan hak politiknya untuk melakukan dan mengikuti pemilihan umum, mereka umumnya berjumlah kurang lebih 25-35% dari populasi orang dewasa. Kelima bukan pemilih, kelompok ini terdiri dari orang-orang yang sangat jarang bahkan hampir tidak pernah menggunakan hak pilihnya namun masih memiliki ketertarikan pada percaturan politik yang terjadi, mereka umumnya berjumlah kurang lebih 30-40% dari populasi orang dewasa. Keenam kelompok apatis, kelompok ini benar-benar acuh tak acuh terhadap aktivitas politik yang terjadi di masyarakat, mereka umumnya berjumlah kurang lebih 3-7% dari populasi orang dewasa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku dalam memilih selain faktor umum seperti status sosio ekonomi, agama, pengaruh keluarga, dan lain-lain juga dipengaruhi oleh tiga hal utama. Pertama identitas partai, dalam suatu sistem demokrasi biasanya rakyat sudah mengelompokkan diri Kedua orientasi isu, terminologi ini digunakan untuk menggambarkan kecenderungan keberpihakan masyarakat pemilih terhadap isu-isu tertentu. Dukungan pemilih terhadap kandidat presiden juga dipengaruhi oleh bagaimana kandidat menyikapi isu tersebut. Ketiga orientasi kandidat, terminologi ini digunakan untuk menggambarkan kualitas instrumental kandidat seperti kemampuan kandidat dalam diplomasi luar negeri, pembangunan ekonomi dan sebaginya menurut pandangan para pemilih serta menggambarkan kualitas simbolik kandidat tersebut berdasarkan sifat kesehariannya (bukan berdasar apa yang dilakukannya) seperti kerendahan hati, kesederhanaan, dan sebagainya.
Keterwakilan rakyat terhadap tokoh sangat tergantung pada karakter (orientasi kandidat) dari tokoh ini sendiri dan analisa karakterisasi tokoh dapat menggunakan teori “the importance of individual and role variables”. Analisa ini mengarahkan kita bagaimana karakterisasi tokoh dapat mempengaruhi pengambilan keputusan atau bahkan tanpa terlibat langsung dalam proses pengambilan keputusan. Peran individu dalam momen sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari fungsi-fungsi individu (kualitas simbolik) mereka yaitu bakat, penampilan, dan latar belakang.
“Lacking a clear-cut conception of relative potency, many observers find it easier to fall back on the notion that each moment of history is function of individuals – their talents, outlooks, and background – who made it, than to consider the possibility that the action of the moment arrases out of consideration which any individual – or at least any within a wide range of talent, outlooks, and background – would have found impelling. Thus research tend to focus upon the attitude and capabilities they bring to that rules than on the attitude demands and behavioral which that rules makes of them “

Kunci analisa terhadap behavioural individu ditekankan pada dua hal yaitu sifat-sifat yang melekat dan menjadi karaterisitik individu tersebut serta tekanan atau tuntutan yang ditimbulkan dari posisi politik individu . Karateristik individu meliputi latar belakang pendidikan, kelas sosial, karir politik, kesehatan fisik .
“By an individual variable is meant any aspect of an factors which characterizes him prior to his assumption of policy making responsibilities and which did not necessarily characterize any other person who might have occupied through election, appointment or other means....A role variables refers to any aspect of the actor derived from his policy making responsibilities and which is expected to characterize any person who fills the same position”.

Hal lain yang perlu diingat dalam penggunaan analisa berdasarkan profil individu mempunyai variasi pada setiap kasus dimana karateristik yang sama dalam kondisi lingkungan yang berbeda atau kebalikannya, karaterisitik berbeda dengan lingkungan sama belum tentu akan memberikan hasil yang tidak sama. Masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi suatu hasil pemilihan umum. Namun satu hal pasti adalah pemilihan umum merupakan proses berpolitik yaitu mendapatkan atau melanggengkan kekuasaan. Suatu cara yang bisa disebut dengan ”permainan politik” akan selalu dijalankan untuk mendapatkan atau melanggengkan kekuasaan. namun apabila rakyat ”pintar”, apapun permainan politik yang dijalankan maka pemilih akan menggunakan akal terang untuk melihat bagaimana calon pemimpinnya.

Tidak ada komentar: