Minggu, 02 Desember 2012

Judul Skripsi Hubungan Internasional: Eksistensi Gerakan Pergerakan Masyarakat


Eksistensi sendiri diartikan sebagai ada secara material jika diartikan secara harfiah. Eksistensi dapat dijaga jika kebudayaan, nilai, dan norma dalam bentuk apapun diturunkan terus menerus pada generasi berikutnya. Eksistensi suatu gerakan maupun institusi sangat berkaitan erat dengan strategi yang dijalankannya. Eksistensi merupakan perwujudan dari sesuatu atau merupakan suatu bentuk perjuangan untuk tetap berada (struggle for existence)
Gerakan Pergerakan Masyarakat adalah sebuah sistem yang memerlukan input tertentu (dapat diperolah dari sumber internal maupun eksternal) untuk dirubah menjadi output tertentu atau aktivitas tertentu. Secara umum gerakan pemberontakan memerlukan input berupa rekruitmen anggota, tempat perlindungan, informasi, dan makanan yang diperoleh dari lingkungan internal, juga memerlukan publisitas, materi, dan pendanaan yang biasanya diperoleh dari lingkungan luar pergerakan.
Sebagaimana prinsip organisasi pada umumnya, sebagai strategi internal Gerakan Pergerakan Masyarakat cenderung mengorganisasi personel, keuangan, logistik, inteligen, dan komunikasi untuk dirubah menjadi aktivitas tertentu untuk mendapatkan tujuan yang diinginkannya seperti pengakuan keberadaannya. Output dari gerakan pemberontakan dapat berupa aktivitas sabotase, tindak kekerasan terhadap individu atau kelompok masyarakat tertentu, demonstrasi, serangan skala kecil dan besar, atau bahkan pengerahan kekuatan militer besar-besaran
Sebagai organisasi, Gerakan Pergerakan Masyarakat juga menjalankan strategi tertentu. Strategi merupakan sebuah cara atau teknik dalam mencapai sesuatu yang akan dicapai dengan mengatasi permasalahan yang dihadapi organisasi. Konsep strategi dalam situasi konflik lebih lanjut didefinisikan sebagai teori permainan. Teori permainan menjelaskan bahwa individu atau lembaga (pemain) merumuskan sasaran dengan rasional serta mempergunakan sumberdaya yang ada untuk melawan kekuatan yang menjadi lawannya dalam suatu konflik. Keberhasilan pencapaian tujuan satu pihak adalah kekalahan bagi yang lain, oleh karena itu masing-masing pemain akan berusaha mencegah lawannya mencapai keberhasilan dan mencapai tujuannya sendiri. Segala upaya masing-masing pihak merupakan ancaman bagi yang lainnya. Hasil akhir dari suatu strategi yang dijalankan dalam suatu konflik sama dengan hasil dalam suatu permainan yaitu menang, kalah, dan seri. Dengan kata lain strategi suatu organisasi menyangkut hidup mati (eksistensi) organisasi itu sendiri.
Strategy is the great work of organization. In situations of life and death, it is the Tao of survival or extinction. Its study cannot be neglected”

Strategi yang dijalankan oleh Gerakan Pergerakan Masyarakat uga menganut prinsip ekonomi efisiensi dan ketepatan. Hal didasarkan pada permasalahan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki dan besarnya kekuatan pemerintahan yang harus dihadapi. Dengan kata lain, Gerakan Pergerakan Masyarakat arus memperhitungkan hasil yang didapatkannya dengan biaya yang dikeluarkannya. 
Secara umum Gerakan Pergerakan Masyarakat lebih lemah dari pemerintahan khususnya dalam hal persenjataan kecuali mampu mendapatkan dukungan dari negara lain yang sangat kuat, sehingga tujuan dan upaya gerakan pemberontakan untuk memperoleh kemenangan klasik (penaklukan) justru merupakan upaya bunuh diri. Strategi terbaik bagi Gerakan Pergerakan Masyarakat dengan sumber daya terbatas adalah memfokuskan diri untuk mempertahankan keberadaanya dan melakukan upaya untuk memperbesar biaya atau pengorbanan yang dilakukan oleh pemerintah dalam memerangi mereka dengan tetap menyebarkan ideologi perlawananannya, dengan kata lain gerakan perlawanan harus “bermain secara aman” (playing it safe). Strategi seperti ini seringkali diwujudkan dalam bentuk bersembunyi dan menghindar dari bentrokan langsung dengan pemerintah.



[1] Clarence L. Barnhart. T, 1956, hal 85
[2] Gibson, 1998, hal 34
[3] Nathan Leites a, 1971, p 33-51
[4] Jemerny M. Wein Stein, I2007, hal 42-45
[5] Ralph M. Goldman, , 1972, hal 337.
[6] Nathan Leites and Charles Wolf, Op. cit, 61-65

Tidak ada komentar: