Tampilkan postingan dengan label validitas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label validitas. Tampilkan semua postingan

Selasa, 12 Agustus 2014

Faktor-faktor yang Melemahkan Validitas Alat Ukur

Validitas ,dalam pengertiannya yang paling umum, adalahketepatan dan kecermatan instrument dalam menjalankan fungsi ukurnya.Artinya,validitas menunjuk pada sejauh mana skala itu mampu mengungkap dengan akurat dan teliti data mengenai atribut yang ia dirancang untuk mengukurnya.Skala yang hanya mampu mengungkap sebagian dari atribut lain,dikatakan sebagai skala yang fungsinya tidak valid .Karena validitas sanggat erat berkaitan dengan tujuan ukur,maka skala hanya dapat menghasilkan data yang valid untuk satu tujuan ukur yang spesifik pula.
 Validitas adalah karakteristik utama yang harus dimiliki oleh setipa alat ukur.Apakah suatu skala berguna atau tidak sangat ditentukan oleh tingkat validitasnya.Oleh karena itu ,sejak tahap awal perancanganya skala sampai dengan tahap adminitrasi dan pemberia skornya,usaha-usaha untuk menegakkan validitas harus selalu dilakukan.Dalam rangka itulah perancang skala perlu mengenali beberapa factor yang dapat mengancam validitas skala psikologi.Faktor-faktor termasud,antara lain,adalah:

1.       1. Konsep Teoritik Tidak Cukup Difahami
Untuk mengukur “sesuatu” maka sesuatu itu  harus dikenali terlebih dahulu denagn baik.Bila konsep mengenai atribut yang hendak diukur tidak dikenali dengan baik maka perancang skala mungkin memiliki gambaran yang tidak komprehensif atau bahkan keliru mengenai atribut yang bersangkutan.Gambaran ynag tidak tepat akan melahirkan aspek dan indicator keperilakuan yang juga tidak tepat,yang pada akhirnya bila dijadikan acuan dalam penulisan aitem akan menghasilkan aitem-aitem yang tidak valid.
Kurang difahaminya batas-batas atau definisi yang tepat mengenai kawasan (domain) atribut yang diukur mengakibatkan kawasan ukur yang diinginkan menjadi tumpang tindih (overlap) dengan kawasan ukur atribut lain sehingga skala yang nantinya dihasilkan ternyata mengukur banyak hal yang tidak relevan dengan tujuan semula.Ketidaktepatan identifikasi kawasan ukur dapat pula mengakibatkan skala menjadi tidak cukup komprehensif dalam atribut yang dikehendaki .Hal itu terjadi dikarenakan sebagian dari komponen atau dimensi yang membangun teori menjadi konstrak mengenai atribut yang bersangkutan tidak ikut teridentifikasikan.
2.      Aspek Keperilakuan Tidak Operasional
Kejelasan konsep mengenai atribut yang hendak diukur besertakonstraknya memudahkan dalam perumusan  indicator-indikatornya keperilakuan yang juga jelas dan mudah difahami oleh penulis aitem.
Indicator keperilakuan diciptakan berdasarkan batasan konseptual mewngenai atribut yang diukur menjadi rumusan operasional yang terukur (measurable) .Bila perumusan ini tidak cukup operasional atau ternyata masih menimbulkan penafsiran ganda mengenai bentuk-bentuk perilaku yang diinginkan,atau sama sekali tidak mencerminkan konsep yang akan diukur,maka akan melahirkan aitem-aitem yang tidak valid.Pada gilirannya,aitem-aitem yang tidak valid tidak akan menjadi skala yang valid.
3.       Penulisan Aitem Tidak Mengikuti Kaidah
Aitem yang sukar dimengerti maksudnya oleh fihak responden karena terlalu panjang atau karena kalimatnya tidak benar secara tata bahasa,aitem yang mendorong responden untuk memilih jawaban tertentu saja,aitem yang memncing reaksi negative dari pihak responden,aitem yang mengandung muatan social desirability tinggi,dan aitem yang memiliki cacat semacamnya hamper dapat dipastikan adalah hasil dari penulisan aitem yang mengabaikan kaidah-kaidah penulisan yang standart ,Aitem-aitem seperti itu tidak akan berfungsi sebagaimana diharapkan.
4.      Adminitrasi Skala Tidak Berhati-hati
Skala yang isinya telah dirancang dengan baik san aitem-aitemnya sidah ditulis dengan prosedur yang benar namun disajikan atau diadminitrasikan kepada responden dengan cara sembarangan dapat menghasilkan data yang tidak valid mengenai keadaan responden.
Adminitrasi skala memerlukan berbagai persiapan dan antisipasi dari pihak penyaji.Beberapa di antara banyak hal yang berkaitan dengan kehati-hatian adminitrasi ini adalah:
a.       Penampilan skala (validitas tampang)
Skala psikologi bukan sekedar sekumpulan aiem-aitem yang diberkas menjadi satu.Dari segi penampilan harus dikemas dalam bentuk yang berwibawa sehingga mampu menimbulkan respek dan apresiasi dari pihak respondennya .Sekalipun harus tetap tampil sederhana,namun skala psikologi perlu dikemas indah,dicetak jelas dengan p[ilihan huruf yang tepat,dengan tata letak (lay –out)  yang menarik,serta mengunakan desain lembar jawaban yang dapt memudahkan subjek dalam memeberikan jawaban.Penampilan skala yang sederhana tapi anggun dapat lebih memotivasi subjek untuk memberikan jawaban dengan serius sehingga diharapkan akan dapat memperoleh data yang valid.
b.       Situasi Ruang
Situasi ruang menunjuk pada kondisi di dalam tempat pelaksanaan penyajian atau adminitrasi skala.Ruang perlu disiapkan dengan baik.Ruang harus cukup nyaman,cukup pencahayaan,dan tidak bising.Sedapat mungkin masing-masing subjek duduk menghadap satu meja yang leluasa untuk membaca dan memahami isi skala dan meresponya .Tidak boleh ada gangguan atau kehadiran orang ketiga yang dapat mempengaruhi respon subjek.
c.        Kondisi Subyek
Skalas psikologi hanya boleh disajikan pada subyek yang kondisinya –baik secara fisik maupun psikologis-memenuhi syarat.Janggan mengharapkan jawaban yang valid apabila responden harus membaca dan menjawab skala dalam keadaan sakit,lelah,tergesa-gesa,tidak berminat,merasa terpaksa,dan semacamnya.
5.      5. Pemberian Skor Tidak Cermat
Sekalipun disediakan kunci “skor” ,namun kadang –kadang masih terjadi kesalahan dari fihak pemeriksa dikarenakan salah dalam penghitungan skor atau keliru cara penggunaan kunci jawaban.Pada skala yang menggunakan konversi skor,kesalahan dapat terjadi sewaktu mengubah skor mentah menjadi skor derivasi karena salah lihat pada tabel konversi.
6.      6. Keliru Interpretasi
Penafsiran terhadap hasil ukur skala merupakan bagian penting dari proses diagnosis psikologi .Bagaimana pun bagusnya kualitas psikometrik skala yang digunakan apabila diinterpretasikan secara tidak benar tentu akan sia-sia dan kesimpulan diagnosisnya akan tidak tepat.
Sekalipun disediakan norma penilaian sebagi acuan interpretasi terhadap skor skala namun harusselalu diingat bahwa skor yangdiperoleh dari pengukuran psikologi tidak sempurna reliabilitas dan validitasnya sehingga tetap dituntut kecermatan interpretasi.