Tampilkan postingan dengan label teknik sipil. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label teknik sipil. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 27 Juli 2019

Manajemen Konstruksi (skripsi dan tesis)


Manajemen konstruksi (construction management) adalah bagaimana agar
sumber daya yang terlibat dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh manajer proyek secara tepat. Sumber daya dalam proyek konstruksi dapat dikelompokkan menjadi manpower, material, machines, money, method.
Manajemen pengelolaan setiap proyek konstruksi sipil meliputi delapan fungsi dasar manajemen (Ervianto, 2002), yaitu: Penetapan tujuan (goal setting), Perencanaan (planning), Pengorganisasian (organizing), Pengisian staff (staffing), Pengarahan (directing), Pengawasan  (supervising), Pengendalian (controling) dan Koordinasi (coordinating)

Pengertian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


Sebagaimana kita ketahui dalam suatu perusahaan yang bergerak di bidang
konstruksi memiliki organisasi yang  terstruktur secara utuh dan menyeluruh akan terdiri dari bagian-bagian yang saling berinteraksi baik secara fisik seperti halnya pimpinan, pelaksana pekerjaan, ahli, material / bahan, dana, informasi, pemasaran dan pasar itu sendiri. Mereka saling bahu-membahu
melaksanakan berbagai macam kegiatan yang dilakukan dalam suatu proses pekerjaan yang saling berhubungan karena adanya interaksi dan ketergantungan, segala aktivitas dalam sebuah perusahaan menunjukan adanya sistem didalam-nya. Dengan demikian disimpulkan, bahwa pengertian tentang sistem adalah suatu proses dari gabungan berbagai komponen /
unsur / bagian / elemen yang saling berhubungan, saling berinteraksi dan saling ketergantungan satu sama lain yang dipengaruhi oleh aspek lingkungan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai (Tarore dan Mandagi, 2006).
Manajemen merupakan suatu ilmu pengetahuan tentang seni memimpin
organisasi yang terdiri atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian terhadap sumber-sumbar daya yang terbatas dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran yang efektif dan efisien
(Abrar Husein, 2008). Secara sistematis fungsi manajemen menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk itu perlu diterapkan fungsi-fungsi dalam manaje-men itu sendiri seperti perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan dan pengendalian (controlling).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ditinjau dari segi keilmuan dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Penerapan K3 dijabarkan ke dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disebut SMK3
(Soemaryanto, 2002). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disebut SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor. 09 / PER / M / 2008) Menurut Peraturan Menteri No PER. 05 /
MEN /1996, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan prosedur, proses
dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Manfaat penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) bagi perusahaan menurut Tarwaka (2008)
adalah:
1. Pihak manajemen dapat mengetahui kelemahan-kelemahan unsur sistem
operasional sebelum timbul gangguan operasional, kecelakaan, insiden dan
kerugian-kerugian lainnya.
2. Dapat diketahui gambaran secara jelas dan lengkap tentang kinerja K3 di perusahaan.
3. Dapat meningkatkan pemenuhan terhadap peraturan perundangan bidang K3.
4. Dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran tentang K3,
khususnya bagi karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan audit.
5. Dapat meningkatkan produktivitas kerja. 

Peraturan dan prosedur keselamatan kerja (skripsi dan tesis)


Peraturan dan prosedur keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang dapat meminimalisasi kecelakaan yang diakibatkan adanya kondisi tidak
aman (Pipitsupaphol, 2003) karena dapat memberikan gambaran dan batasan yang jelas terhadap penerapan program keselamatan kerja pada proyek konstruksi. Mohamed (2002) mengungkapkan bahwa peraturan dan prosedur keselamatan kerja yang diterapkan oleh perusahaan hendaknya mudah dipahami dan tidak sulit untuk diterapkan pada proyek konstruksi, ada sangsi
yang tegas bila peraturan dan prosedur keselamatan kerja dilanggar, dan ada perbaikan secara berkala sesuai dengan kondisi proyek konstruksi.
Permasalahan yang sering muncul adalah perusahaan menerapkan peraturan dan prosedur yang tidak sesuai dengan keadaan proyek konstruksi, maupun sulit diterapkan pada pekerjaan, sehingga hal tersebut mendorong pekerja untuk melanggar peraturan dan prosedur keselamatan kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan

Komitmen top manajemen (skripsi dan tesis)


Menurut Reason (1997), program keselamatan kerja hendaklah dimulai dari awal, dalam hal ini dimulai dari tingkat teratas organisasi (top management)
perusahaan tersebut. Untuk memulai program keselamatan kerja, top management dapat merumuskan suatu kebijakan yang menunjukkan
komitmen terhadap masalah keselamatan kerja. Langkah awal ini selanjutnya akan menentukan pengambilan kebijakan berikutnya dalam hal
keselamatan kerja. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya (Cheyne et al., 1998; Mohamed 2002; Pipitsupaphol, 2003) menunjukkan bahwa faktor
komitmen merupakan salah satu faktor utama budaya keselamatan kerja, dimana tanpa dukungan dari pihak manajemen sangatlah sulit untuk mencapai
keberhasilan dalam menjalankan program keselamatan kerja

Budaya keselamatan kerja (skripsi dan tesis)


Budaya keselamatan kerja merupakan salah satu komponen penting dari budaya organisasi yang membahas keselamatan kerja individu, pekerjaan dan
hal-hal yang diutamakan oleh organisasi mengenai keselamatan kerja. Budaya keselamatan kerja menurut Uttal (1983) merupakan gabungan dari nilainilai dan kepercayaan-kepercayaan yang berinteraksi dengan struktur organisasi dan sistem pengendalian yang membentuk norma-norma perilaku (dikutip dari
Cooper, 2000). Sedangkan menurut Turner (1992), budaya keselamatan kerja merupakan kumpulan kepercayaan, norma, sikap, peraturan dan  praktek-praktek sosial serta teknis yang ditujukan untuk mengurangi kondisi yang dapat membahayakan pekerja, manajer, pelanggan dan anggota masyarakat.

Perilaku pekerja terhadap keselamatan kerja (skripsi dan tesis)


Perilaku tidak aman pekerja dapat berupa kesalahan atau kelalaian yang dilakukan manusia. Reason (1990) membagi perilaku ini menjadi tiga tingkatan, yaitu: skill-based error, kesalahan yang berhubungan dengan keahlian dan kebiasaan pekerja; rule-based error, kesalahan dalam memenuhi standard dan prosedur yang berlaku; dan knowledge-based error,
kesalahan dalam mengambil keputusan karena kurangnya pengetahuan. Selain itu, Reason juga menambahkan violation atau pelanggaran sebagai
salah satu bentuk kesalahan yang sering dilakukan oleh pekerja.
Pada penelitian ini faktor perilaku pekerja terdiri dari delapan indikator, yaitu: (1) melaporkan kecelakaan yang terjadi, (2) mengingatkan pekerja lain tentang
bahaya dan keselamatan kerja, (3) menggunakan perlengkapan keselamatan kerja, (4) meletakkan material dan peralatan pada tempat yang ditentukan,
(5) mengikuti semua prosedur keselamatan kerja, (6) mengikuti semua instruksi dari atasan, (7) bergurau dengan rekan kerja waktu bekerja, (8) melakukan gerakan berbahaya seperti berlari, melempar, dan melompat.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (skripsi dan tesis)

 Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja juga dapat diartikan sebagai suatu usaha atau kegiatan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, serta mencegah semua bentuk kecelakaan yang mungkin terjadi. Keselamatan kerja berlaku disegala tempat kerja, baik di darat, di laut, di permukaan air, di dalam air maupun di udara.Tempattempat kerja demikian tersebar pada kegiatan ekonomi, pertanian, industri pertambangan, perhubungan pekerjaan umum, jasa dan lain-lain. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja mengingat resiko bahayanya adalah penerapan teknologi, terutama teknologi canggih dan mutakhir. Hal ini akan memacu pekerja untuk meningkatkan motivasi dan produktivitas dari tenaga kerja. Lokasi proyek merupakan salah satu lingkungan kerja yang mengandung resiko cukup besar terjadi kecelakaan. Tim manajemen sebagai pihak yang bertanggung jawab selama proses pembangunan harus mendukung dan mengupayakan programprogram yang dapat menjamin agar dapat meminimalisir bahkan menghilangkan kecelakaan kerja. Hubungan antara pihak yang berkewajiban memperhatikan masalah keselamatan dan kesehatan kerja adalah kontraktor dengan pekerja. Kewajiban kontraktor dan rekan kerjanya adalah mengasuransikan pekerjanya selama masa pembangunan berlangsung. Pada rentang waktu pelaksanaan pembangunan, kontraktor sudah selayaknya tidak mengizinkan pekerjanya untuk beraktivitas, bila terjadi hal-hal berikut: 
1. Tidak mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja, 
2. Tidak menggunakan peralatan pelindung diri selama bekerja, 
3. Mengizinkan pekerja menggunakan peralatan yang tidak aman. 
Kesehatan kerja adalah suatu keadaan atau kondisi badan/tubuh yang terlindungi dari segala macam penyakit atau gangguan yang diakibatkan oleh pekerjaan yang dilaksanakan. Dalam dunia pekerjaan segala kendala kerja harus dihindari, sementara produk-tivitas yang optimal merupakan keinginan setiap pengusaha konstruksi, dengan demikian sasaran keuntungan akan dapat dicapai. Salah satu kendala dalam proses kerja adalah penyakit kerja. Penyakit kerja membawa dampak kerugian bagi perusahaan berupa pengurangan waktu kerja dan biaya untuk mengatasi penyakit kerja tersebut. Sehingga bagi pengusaha konstruksi, pencegahan jauh lebih menguntungkan daripada penanggulangannya. Dengan melihat pengertian masingmasing dari keselamatan kerja dan kesehatan kerja, maka keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai kondisi dan faktor-faktor yang berdampak pada kesehatan karyawan, pekerja kontrak, personel kontraktor, tamu dan orang lain di tempat kerja. (Balandatu, 2000

Profil Produktivitas (skripsi dan tesis)


Dalam hubungan produktivitas dikenal pola umum yang
menggambarkan profil kecenderungan naik turunnya
produktivitas tenaga kerja (direct labor) selama tahap
kontruksi. Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai
berikut :
1. Mobilisasi :Pada tahap awal ini yang berlangsung10-15% dari masa konstruksi, produktivitas berkurang (±10%). Hal ini karena para pekerja memerlukan masa pengenalan dan peyesuaian pekerjaan. juga pada masa menanjak (build up) sering kali sulit mengikuti secara tepat kenaikan jumlah kegiatan dengan kenaikan jumlah pekerja yang diperlukan sehingga menimbulkan pengaturan yang kurang efisien.
2. Periode Puncak :Pada masa ini dicapai produktivitas optimal, jumlah tenaga kerja tidak bertambah dan telah terbiasa dengan pekerjaan maupun kondisi medan atau lapangan yang dihadapi.
3. Periode Menurun : Pada masa menjelang akhir
konstruksi, produtivitas cenderung menurun,
terutama disebabkan oleh :
 Kurang tepatnya perencanaan. Misalnya masa kontrak kerja belum berakhir sadangkan pekerjaan sudah menipis, sehingga terjadi kelebihan tenaga kerja.
 Sikap mental atau semangat yang mengendur, karena melihat pekerjaan mulai berkurang dan belum tentu tersedia lapangan kerja yang berikutnya.
 Terlambatnya demobilisasi, sering dijumpai penyelia ingin menahan pekerja yang berlebihan dengan menunggu sampai hasil kerjanya meyakinkan

Tenaga Kerja Konstruksi (skripsi dan tesis)

Yang perlu ditinjau disini adalah produktivitas tenaga kerja : kualitas dan kuantitas kerja, efisiensi rencana kerja, jam kerja, kondisi lingkungannya dan lain-lain.
Berikut ini adalah fungsi dan tugas dari tenaga kerja berdasarkan keahliannya:
1. Mandor adalah orang yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu. Mandor membawahi langsung
pekerja-pakerja atau tukang-tukang.
2. Kepala tukang adalah orang yang mempunyai keahlian dalam bidang pertukangan untuk jenis pekerjaan tertentu dan memberi petunjuk-petunjuk
kepada para tukang yang berhubungan dengan jenis pekerjaan tersebut.
3. Tukang adalah orang yang langsung mengerjakan pekerjaan dilapangan dalam bidang tertentu sesuai petunjuk kapala tukang. Orang-orang ini biasanya memiliki sedikit keterampilan.
4. Pekerja (Buruh) adalah orang yang membantu tukang atau kepala tukang untuk semua jenis pekerjaan tanpa harus memiliki keahlian atas
pekerjaan tertentu.
Produtivitas tenaga kerja mencerminkan manfaat tenaga kerja, intensitasnya menunjukkan jumlah kerja.Adapun pengertian produktivitas menurut ILO “penelitian kerja dan produktivitas” adalah perbandingan antara jumlah yang dihasilkan dan jumlah tiap sumber tenaga kerja yang dipakai selama produksi berlangsung. Secara umum dapat dikatakan bahwa produktivitas tenaga kerja
adalah volume pekerjaan yang dihasilkan oleh seorang pekerja atau oleh satu tim pekerja (kelompok pekerja) selama tenggang waktu tertentu.
Bila dilihat dari bentuk hubungan kerja antara pihak yang bersangkutan, maka tenaga kerja proyek khususnya tenaga kerja konstruksi dibedakan menjadi 2
yaitu:
a. Tenaga kerja borongan, tenaga kerja berdasarkan ikatan kerja yang ada antara perusahaan penyedia tenaga kerja (labour supplier) dengan kontraktor
untuk jangka waktu tertentu.
b. Tenaga kerja langsung (direct hire), tenaga kerja yang direkrut dan menandatangani ikatan kerja perorangan dengan perusahaan kontraktor.
Umumnya diikuti dengan latihan, sampai dianggap cukup memiliki kemampuan dan kecakapan dasar.
Produktivitas tenaga kerja besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan proyek antara lain pada aspek jumlah tenaga kerja dan fasilitas yang diperlukan. Apabila pada suatu daerah tenaga kerja tersedia cukup banyak, biaya upah kerja menjadi murah sehingga pada situasi seperti ini adalah tidak memerlukan teknologi tinggi.

Keselamatan kerja (skripsi dan tesis)

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan
tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. (Ridley, 2004). Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat
makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. (Armanda, 2006).
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja. (Ramli, 2010). Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun
1992 Bagian 6 Tentang Kesehatan Kerja, pada Pasal 23 berisi:
1) Kesehatan kerja disenggelarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal.
2) Kesehatan kerja meliputi perlindungan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja.
3) Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga oleh karena latar belakang peristiwa itu tidak terdapat adanya unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai pada yang paling berat. (Austen dan Neale, 1991).

Faktor produktivitas tenaga kerja (skripsi dan tesis)

Menurut Iman Soeharto Variabel-variabel yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja lapangan dapat dikelompokan menjadi:
1. Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu Kondisi fisik ini berupa iklim, musim, atau keadan cuaca. Misalnya adalah temperatur udara panas dan dingin, serta hujan dan salju. Pada daerah tropis dengan kelembaban udara yang tinggi dapat mempercepat rasa lelah tanaga kerja, sebaliknya di daerah dingin, bila musim salju tiba, produktivitas tanaga kerja lapangan akan menurun. Untuk kondisi fisik lapangan kerja seperti rawa- rawa, padang pasir atau tanah
berbatu keras, besar pengaruhnya terhadap produktivitas. Hal ini sama akan dialami di tempat kerja dengan keadaan khusus seperti dekat dengan unit yang sedang beroperasi, yang biasanya terjadi pada proyek perluasan instalasi yang telah ada, yang sering kali dibatasi oeh bermacam-macam peraturan keselamatan dan terbatasnya ruang gerak, baik untuk pekerja maupun peralatan. Sedangkan untuk kekurang lengkapnya sarana bantu seperti
peralatan akan menaikkan jam orang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Sarana bantu diusahakan siap pakai dengan jadwal pemeliharaan yang tepat.
2. Sistem manajemen proyek yang dimaksud dengan supervisi adalah segala sesuatu yang berhubungan langsung dengan tugas pengelolaan para tenaga kerja, memimpin para pekerja dalam pelaksanaan tugas, termasuk menjabarkan perencanaan dan pengendalian menjadi langkah-langkah pelaksanaan janngka pendek, serta mengkoordinasikan dengan rekan atau
penyelia lain yang terkait. Keharusan memilikki kecakapan memimpin anak buah bagi penyelia, bukanlah sesuatu hal yang perlu dipersoalkan lagi. Melihat lingkup tugas dan tanggung jawabnya terhadap pengaturan pekerjaan dan penggunaan tenaga kerja, maka kualitas penyelia besar pengaruhnya terhadap produktivitas secara menyeluruh
3. Skill dan pendidikan termasuk pengaruh faktor lingkungan dan keluarga terhadap pendidikan formal yang diambil tenaga kerja. Kemampuan tenaga kerja untuk menganalisis situasi yang terjadi dalam lingkup pekerjaannya dan sikap moral yang diambil pada keadaan tersebut.
4. Kesesuain upah dalam meningkatkan produktivitas karyawan dalam melaksanakan pekerjaan diperlukan adanya motivasi kepada para tenaga kerja, yaitu salah satunya dengan memperhatikan upah yang sesuai. Apabila upah tenaga kerja diabaikan oleh perusahaan maka akan menimbulkan
masalah bagi perusahaan, membuat malas para tenaga kerja, mogok kerja, atau melakukan usaha untuk pindah ke perusahaan lain. Tapi sebaliknya apabila perusahaan mempunyai upah dan kesejahteraan tenaga kerja yang direncanakan dengan baik maka itu dianggap faktor yang dapat
memotivasi tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas.
5. Kesehatan Pekerja
Penelitian menunjukan bahwa kesehatan pekerja juga mempengaruhi produktivitas tenaga kerja di lapangan, dalam arti semakin sehat atau pekerja dalam kondisi yang prima, dapat mempengaruhi produktivitas tenaga kerja di lapangan.
6. Pengalaman
Kurva pengalaman atau yang sering dikenal dengan learning curve. Didasarkan atas asumsi bahwa seseorang atau sekelompok orang yang mengerjakan pekerjaan relatif sama dan berulang-ulang, maka akan memperoleh pengalaman dan peningkatan keterampilan.
7. Usia
Usia juga dapat mempengaruhi tingkat produktivitas tenaga kerja, karena didalam usia produktif kerja relatif memiliki tenaga yang lebih untuk meningkatkan produktivi

Material (skripsi dan tesis)

Pada pekerjaan pasangan dinding, material merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan karena sangat mempengaruhi nilai produktivitas. Dalam penelitian ini material dikategorikan jadi dua yaitu bata ringan, dan mortar. Keunggulan utama bata ringan ini terletak pada beratnya yang ringan (400-600 kg/m³), dapat dipotong dengan gergaji biasa, sambungan-sambungan dapat di rekatkan dengan mortar sehingga hasil dinding sangat rata dan teratur. Dari segi ekologi bata ringan ini dapat dinilai baik dalam daya menanggulangi bising dan panas yang tinggi.
Dilihat dari sejarahnya sebenarnya bata ringan bukanlah produk baru karena bata ringan ini ditemukan pada tahun 1923. Bata ringan untuk saat ini banyak dipakai di kawasan Eropa dan Asia. Untuk wilayah Amerika lebih dari 40% pembangunan menggunakan bata ringan. Keuntungan bata ringan yang mempunyai efisiensi sumber daya yang tinggi dalam penerapannya dilapangan berdasarkan hasil wawancara, bahwa dalam pemakaiannya material bata ringan ini sangat mempengaruhi disain struktur bangunan menjadi jauh lebih ringan, pemakaian tulangan yang lebih kecil dan berdampak pada pemakaian bahan-bahan lain yang jauh lebih hemat misalnya: Semen yang dipergunakan untuk pondasi, kolom, balok serta bagian lain dari bangunan yang memakai semen sebagai bahan utamanya menjadi berkurang banyak. Waste material (sisa material) menjadi lebih sedikit karena bata ringan ini tidak mudah pecah dan dikarenakan mempunyai bentuk yang dapat disesuaikan dengan keperluan di lapangan maka dalam penempatannya di lapangan pun lebih mudah untuk dipantau. Dalam bangunan tinggi pemakaian tower crane akan menimbulkan polusi udara yang berasal dari asap sisa pembuangan generator (genset), dan polusi suara yang ditimbulkan oleh generator itu sendiri.
Karena bata ringan mempunyai berat sepertiga dari bata, maka tower crane yang sama dapat mengangkut material bata ringan ini lebih banyak daripada bata biasa sehingga selain menghemat dalam bahan bakar juga mengurangi polusi udara dan suara yang ditimbulkan oleh generator tower crane tersebut.
Pemakaian tulangan yang lebih sedikit tentunya akan menghemat pemakaian bahan material besi tulangan yang akan dipakai secara keseluruhan untuk proyek dan tentunya secara tidak langsung mengurangi polusi udara dan suara yang dihasilkan dari proses pengolahan tulangan tersebut dilapangan (pengelasan, pemotongan)

Tahapan kegiatan pada siklus proyek (skripsi dan tesis)

Tahapan kegiatan pada siklus proyek dapat berbeda karena pola penanganan
dan pengelolaannya cukup berbeda. Siklus proyek menggambarkan urutan
langkah-langkah sejak proses awal hingga berakhirnya proyek. Tahapan
kegiatan dalam siklus proyek konstruksi adalah :
a. Tahap konseptual gagasan : tahapan ini terdiri atas kegiatan perumusan
gagasan, kerangka acuan, studi kelayakan awal, indikasi awal dimensi,
biya dan jadwal proyek.
b. Tahap studi kelayakan : studi kelayakan dengan tujuan mendapatkan
keputusan tentang kelanjutan investasi pada proyek yang akan
dilakukan. Informasi dan data dalam implementasi perencanaan
proyek lebih lengkap dari langkah di atas sehingga penentuan
dimensi dan biaya proyek lebih akurat lagi dengan tinjauan terhadap
aspek-aspek social, buadaya, ekonomi, finansial, legal, teknis dan
administrative yang lebih komprehensif.
c. Tahap detail desain : tahapan ini terdiri atas kegiatan, pendalaman
berbagai aspek persoalan, design engineering dan pengembangan,
pembuatan jadwal induk dan anggaran serta mentukan perencanaan
sumber daya, pembelian dini, penyiapan perangkap dan penentuan
peserta proyek dengan program lelang.
d. Tahap pengadaan : tahapan ini adalah memilih kontraktor pelaksana
dengan menyertakan dokumen perencanaan, aturan teknis
danadministrasi yang lengkap, produk tahapan detail desain. Dari
proses ini diperoleh penawaran yang kompetitif dari kontraktor
dengan tingkat akuntabilitas dan transparansi yang baik.
e. Tahap implementasi : tahap ini terdiri atas kegiatan, design engineering
yang rinci, pembuatan spesifikasi dan kriteria, pembelian peralatan
dan material, fabrikasi dan konstruksi, inspeksi mutu, uji coba, start
up, demobilisasi dan laporan penutup proyek. Tujuan akhir proyek
adalah mendapatkan kinerja biaya, mutu, waktu dan keselamatan
kerja paling maksimal, penjadwalan dan pengendalian yang lebih
cermat serta terperinci dari proses sebelumnya.
f) Tahap operasi dan pemeliharaan : tahap ini terdiri atas kegiatan operasi
rutin dan pengamatan prestasi akhir proyek serta pemeliharaan
fasilitas bangunan yang dapat digun

Keterlambatan Proyek (skripsi dan tesis)

Proyek sering mengalami keterlambatan. Bahkan bisa dikatakan hampir
80% proyek mengalami keterlambatan. Jeleknya, keterlambatan proyek sering berulang pada aspek yang dipengaruhi maupun faktor yang mempengaruhi. Waktu (Time) adalah salah satu constraint dalam Project Management di samping biaya (Cost), dan kualitas (Quality). Keterlambatan proyek akan berdampak pada aspek lain dalam proyek. Sebagai contoh, meningkatnya biaya untuk effort mempercepat pekerjaan dan bertambahnya biaya overhead proyek.
Dampak lain yang juga sering terjadi adalah penurunan kualitas
karena pekerjaan “terpaksa” dilakukan lebih cepat dari yang seharusnya
sehingga memungkinkan beberapa hal teknis “dilanggar” demi mengurangi
keterlambatan proyek. Keterlambatan proyek akan menyebabkan kerugian
bagi pihak Pemilik Proyek yang tidak sedikit.
Kehilangan kesempatan / opportunity karena proyek belum bisa
menghasilkan profit sudah sering terjadi. Kejadian ini umunya menjadi
sumber konflik baru bagi Penyedia Jasa dan Pemilik Proyek itu bagi Pemilik
Swasta. Bagi proyek pemerintah, misalnya pada proyek rumah sakit, maka
kerugian akan mengarah pada kerugian non-materiil seperti tertundanya
penggunaan ruang operasi yang sifatnya urgent sehingga pasien harus
dirujuk ke rumah sakit lain jika tidak operasinya ditunda.
Keterlambatan proyek dapat dilihat dalam dua hal seperti yang
telah disebutkan di atas yaitu aspek yang terpengaruh dan faktor yang
mempengaruhi atau yang menjadi penyebab. Adapun faktor yang terpengaruh
menyebabkan proyek terlambat adalah:
 Keterlambatan terkait material
 Keterlambatan terkait tenaga kerja
 Keterlambatan terkait peralatan
 Perencanaan yang tidak sesuai
 Lemahnya kontrol waktu proyek
 Keterlambatan Sub-kontraktor
 Koordinasi yang lemah
 Pengawasan yang tidak memadai
 Metode pelaksanaan yang tidak sesuai
 Kurangnya personil secara teknikal
 Komunikasi yang lemah.
Lebih lanjut pada penelitian tersebut, dilakukan analisis mengenai faktor
yang berkontribusi pada keterlambatan proyek yang dikaji dari penelitian
sebelumnya. Hasilnya diperoleh suatu peringkat 25 faktor yang paling
berkontribusi atau paling mempengaruhi keterlambatan proyek.
Metode pelaksanaan pekerjaan atau yang biasa disingkat CM
(Construction Method) merupakan urutan pelaksanaan pekerjaan yang logis
dengan teknik sehubungan dengan tersedianya suber daya yang dibutuhkan
dan kondisi medan kerja guna memperoleh cara pelaksanaan yang efektif dan
efisien. Metode pelaksanaan pekerjaan tersebut sebenarnya telah dibuat oleh
kontraktor yang bersangkutan pada waktu membuat atau pun mengajukan
penawaran pekerjaan.
Kegiatan yang dilakukan dalam proses pengendalian dapat berupa
pengawasan, pemeriksaan serta tindakan koreksi yang dilakukan selama
proses implementasi. Sasaran dan tujuan seperti optimasi kinerja biaya,
mutu, waktu dan keselamatan kerja harus memiliki format terstandar kriteria
sebagai alat ukur, agar dapat mengindikasikan pencapaian kinerja proyek.
Alat ukur yang digunakan dapat berupa jadwal, kuantitas pekerjaan, standar
mutu/spesifikasi pekerjaan serta standar keselamatan dan kesehatan kerja
yang untuk selanjutnya diproses dalam suatu sistem informasi

Pengukuran Produktivitas Kerja (skripsi dan tesis)


Pengukuran produktivitas kerja sebagai sarana untuk menganalisa dan
mendorong efisiensi produksi. Manfaat lain adalah untuk menentukan target
dan kegunaan, praktisnya sebagai standar dalam pembayaran upah karyawan.
Untuk mengukur suatu produktivitas dapatdigunakan dua jenis ukuran jam
kerja manusia yakni jam – jam kerja yang harus dibayar dan jam – jam kerja
yang harus dipergunakan untuk bekerja.
Ada dua macam alat pengukuran produktivitas, yaitu :
a. Physical productivity, yaitu produktivitas secara kuantitatif seperti
ukuran (size), panjang, berat, banyaknya unit, waktu, dan biaya tenaga
kerja.
b. Value productivity, yaitu ukuran produktivitas dengan menggunakan
nilai uang yang dinyatakan dalam rupiah, yen, dollar dan seterusnya.
(Ravianto, 1986 : 21)

Produktivitas kerja (skrispi dan tesis)

Produktivitas kerja adalah kemampuan menghasilkan suatu kerja yang
lebih banyak daripada ukuran biasa yang telah umum. (The Liang Gie,1981
: 3). Pengertian produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental yang
selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan di hari lebih baik dari hari
kemarin dan hari esok lebih baik dari baik dari hari ini (Sinungan, 1985 :
12). Secara teknis produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil yang
dicapai (out put) dengan keseluruhan sumber daya yang diperlukan (in put).
Produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang
dicapai dengan peran tenaga kerja persatuan waktu (Riyanto, 1986 : 22).
Soepardi Harris, Bambang Perkasa Alamdan Arief Nugroho Wibowo
58 Tecnoscienza Vol.2 No.1 Oktober 2017
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja
adalah kemampuan karyawan dalam berproduksi dibandingkan dengan
input yang digunakan, seorang karyawan dapat dikatakan produktif apabila
mampu menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan diharapkan dalam
waktu yang singkat atau tepat. Faktor yang mempengaruhi Produktivitas
Kerja.
Untuk mencapai produktivitas yang tinggi suatu perusahaan dalam
proses produksi, selain bahan baku dan tenaga kerja yang harus ada juga
didukung oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Pendidikan
2. Keterampilan
3. Sikap dan etika kerja
4. Tingkat penghasilan
5. Jaminan sosial
6. Tingkat sosial dan iklim kerja
7. Motivasi
8. Gizi dan kesehatan
9. Hubungan individu
10. Teknologi
11. Produksi.
(Ravianto, 1985 : 139).

Produktivitas (skripsi dan tesis)

Produktivitas merupakan istilah dalam kegiatan produksi sebagai perbandingan antara luaran (output) dengan masukan (input). Menurut Herjanto, produktivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan bagaimana baiknya sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang optimal. Produktivitas dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu industri atau UKM dalam menghasilkan barang atau jasa. Sehingga semakin tinggi perbandingannya, berarti semakin tinggi produk yang dihasilkan. Ukuran-ukuran produktivitas bisa bervariasi, tergantung pada aspekaspek output atau input yang digunakan sebagai agregat dasar, misalnya indeks produktivitas buruh, produktivitas biaya langsung, produktivitas biaya total, produktivitas energi, produktivitas bahan mentah, dan lain-lain.
 Konsep produktivitas dijelaskan oleh Ravianto (1989: 18) adalah sebagai berikut:
 1. Produktivitas adalah konsep universal, dimaksudkan untuk menyediakan semakin banyak barang dan jasa untuk semakin banyak orang dengan menggunakan sedikit sumber daya.
2. Produktivitas berdasarkan atas pendekatan multidisiplin yang secara efektif merumuskan tujuan rencana pembangunan dan pelaksanaan cara-cara produktif dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien namun tetap menjaga kualitas.
3. Produktivitas terpadu menggunakan keterampilan modal, teknologi manajemen, informasi,energi, dan sumber daya lainnya untuk mutu kehidupan yang mantap bagi manusia melalui konsep produktivitas secara menyeluruh.
 4. Produktivitas berbeda di masing-masing negara dengan kondisi, potensi, dan kekurangan serta harapan yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan dalam jangka panjang dan pendek, namun masingmasing negara mempunyai kesamaan dalam pelaksanaan pendidikan dan komunikasi.
 5. Produktivitas lebih dari sekedar ilmu teknologi dan teknik manajemen akan tetapi juga mengandung filosofi dan sikap mendasar pada motivasi yang kuat untuk terus menerus berusaha mencapai mutu kehidupan yang baik.
 6. Sinungan (1995: 18) menjelaskan produktivitas dalam beberapa kelompok sebagai berikut:
 a. Rumusan tradisional bagi keseluruhan produksi tidak lain adalah ratio apa yang
b. dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang digunakan.
c. Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai
d. pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari pada kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. e. Produktivitas merupakan interaksi terpadu serasi dari tiga faktor esensial, yakni :
 f. Investasi termasuk pengetahuan dan tekhnologi serta riset, manajemen dan tenaga kerja.
 Siklus produktivitas merupakan salah satu konsep produktivitas yang membahas upaya peningkatan produktivitas terus-menerus. Ada empat tahap sebagai satu siklus yang saling terhubung dan tidak terputus:
 1. Pengukuran
 2. Evaluasi
 3. Perencanaan
4. Peningkatan Produktivitas yang diperhitungkan hanya produk bagus yang dihasilkan saja, jika suatu work center banyak mengeluarkan barang cacat dapat dikatakan work center tersebut tidak produktif. Keempat kegiatan tersebut sudah menjadi dasar industri dalam melakukan peningkatan produktivitas. Siklus produktivitas digunakan sebagai dasar perbaikan masalah produksi terutama pada skala industri. Beberapa permasalahan yang menyebabkan penurunan produktivitas perusahaan adalah:
 1. Tidak ada evaluasi produktivitas
 2. Keterlambatan pengambilan keputusan oleh manajemen
 3. Motivasi rendah dalam pekerjaan.
4. Perusahaan tidak mampu berkompetisi dan beradaptasi pada kemajuan teknologi dan informasi. Upaya peningkatan produktivitas membutuhkan beberapa indikator sebagai evaluasi. Salah satu diantaranya adalah metode OEE (Overall Equipment Effectiveness). Sementara identifikasi permasalahan dapat dilakukan dengan pendekatan lean production. Produktivitas berarti kemampuan menghasilkan sesuatu. Sedangkan kerja berarti kegiatan melakukan sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah mata pencaharian (Poerwadarminta, 1984 : 70)

Perhitungan Produktivitas dengan menggunakan Metode Time Study (skripsi dan tesis)


Metode time study digunakan untuk menghitung nilai standard time suatu pekerjaan. Penggunaan metode ini dilakukan dengan pengamatan langsung dilapangan, bagaimana suatu pekerjaan dilakukan dari tahap awal hingga tahap akhir. Tahap-tahap pengamatan dengan cara time study :
1. Menentukan jenis pekerjaan yang akan diamati dan memahami kondisi pekerjaan pada saat itu.
2. Setiap pekerjaan di-breakdown menjadi beberapa elemen pekerjaan
3. Setiap breakdown pekerjaan diamati dari tahap awal hingga akhir
4. Waktu yang dicatat dimasukkan didalam lembaran time study
5. Mengkonversikan upah pekerja kedalam tukang dengan standard upah tukang
6. Menghitung nilai basic time dengan mengalihkan nilai konversi upah tukang dengan waktu dicatat
7. Data basic time kemudian dihitung dengan memperhatikan waktu contingency dan relaxation
untuk memperoleh standart time.
Langkah-langkah perhitungan dengan cara time study sehingga didapat nilai produktivitas.
1. Mencatat waktu setiap kali pengamatan elemenelemen pekerjaan dilapangan dan kemudian dimasukan dalam lembar time study untuk
memperoleh nilai basic time dari tiap pengamatan
setiap elemen pekerjaan. Nilai basic time adalah
nilai manhour untuk 1 volume pekerjaan.
2. Nilai basic time dari tiap pengamatan elemenelemen pekerjaan kemudian di jumlah dan diratarata untuk memperoleh average basic time
3. Nilai average basic time kemudian dihitung dengan memperhatikan waktu contingency dan relaxation untuk memperoleh nilai standard time dari tiap elemen pekerjaan
4. Setelah itu dihitung total standard time dari tiap elemen pekerjaan dengan cara mengalikan nilai standard time elemen pekerjaan dengan volume
perolehan untuk elemen pekerjaan tersebut ( volume ) perolehan dan total standard time haruslah berasal dari 1 kali pengamatan dalam waktu tertentu
5. Membandingkan volume total perolehan pekerjaan dengan total standard time untuk memperoleh nilai produktivitas suatu pekerjaan

Prinsip Metode Time study  (skripsi dan tesis)


Rating
Ervianto (2004) mengemukakan pada umumnya penelitian dilakukan berdasarkan angka 100, yang memberikan informasi bahwa kinerja yang
terjadi dalam keadaan normal.
Basic Time
Basic time, adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu aktivitas dengan rating standard. Angka basic time di peroleh dengan rumus:
Basic time = observed time x (observed rating / standard rating )
Basic Time dihitung pada sejumlah observasi/pengamatan kemudian diambil nilai rataratanya. Dalam hal ini nilai rata-rata digunakan sebagai dasar basic time dari suatu kegiatan (Ervianto 2004).
Standard Time
Yang di maksud dengan standard time adalah “waktu seharusnya” yang dapat dicapai oleh tenaga ahli yang bekerja dengan standard rating untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Untuk menentukan standard time juga harus
diperhitungkan tentang Relaxation Allowance ( waktu relaksasi ) dan Contingency ( waktu kontigensi ).
Waktu relaksasi adalah waktu di saat pekerja harus berhenti sejenak dari pekerjaan yang mereka lakukan untuk menyegarkan kembali kondisi
badan mereka. Untuk lebih jelas tentang penyebab diperlukannya relaksasi dapat dilihat pada tabel relaksasi akibat faktor panas dan kelembapan udara
dan tabel pengaruh relaksasi terhadap basic time.

Produktivitas Tenaga Kerja Konstruksi (skripsi dan tesis)


Ukuran produktivitas yang sering diamati
adalah berkaitan dengan tenaga kerja. Pengertian
tenaga kerja menurut Undang-undang Republik
Indonesia No. 13 Tahun 2003 adalah setiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun
masyarakat. (Seri Perundang-undangan,Undang -
undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan).
Berikut adalah fungsi dan tugas-tugas
tenaga kerja berdasarkan kehaliannya :
1. Mandor adalah orang yang mempunyai
keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan
jenis pekerjaan tertentu. Mandor membawahi
langsung pekerja-pekerja atau tukang-tukang.
2. Kepala tukang adalah orang yang mempunyai
keahlian dalam bidang pertukangan untuk
jenis pekerjaan tertentu dan memberi
petunjuk-petunjuk kepada para tukang yang
berhubungan dengan jenis pekerjaan tersebut.
3. Tukang adalah orang yang langsung
mengerjakan pekerjaan dilapangan dalam
bidang tertentu sesuai petunjuk kepala
tukang.orang-orang ini biasanya memiliki
sedikit keterampilan.
4. Pekerja (buruh) adalah orang yang membantu
tukang atau kepala tukang untuk semua jenis
pekerjaan tanpa harus memiliki keahlian atas
pekerjaan tertentu.