Tampilkan postingan dengan label teknik industri. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label teknik industri. Tampilkan semua postingan

Rabu, 06 November 2019

Perkembangan dan Motif Corporate Social Responsibility (skripsi dan tesis)

Secara konseptual CSR merupakan kepedulian perusahaan yang didasari oleh tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple Bottom Lines dalam Corporate Social Responsibiliti, yaitu:
1. Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.
2. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia.
3. Plannet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati

Pengelompokan Jenis Material (skripsi dan tesis)


            Menurut perannya dalam kegiatan usaha dan kontribusinya pada peningkatan daya saing, material dikelompokkan menjadi 4 golongan yaitu :
a.       Strategic Critical, meliputi material dengan harga dan nilai tinggi (high value), mutlak diperlukan dalam penyelenggaraan kegiatan usaha (highly required) serta berperan penting pada daya saing produk (high competitive) namun dan  hanya ada beberapa pemasok.
b.      Strategyc Secufcity, meliputi material dengan harga dan nilai relative rendah (low value), mutlak diperlukan dalam penyelenggaraan kegiatan usaha  (highly required) serta pemasok sangat terbatas atau tunggal (limited supplier).
c.       Tactical Profit, meliputi material dengan harga atau nilai tinggi, tidak mutlak diperlukan dalam penyelenggaraan produksi (low required) namun berperan penting pada daya saing produk (high competitive) namun terdapat cukup banyak pemasok (many supplier).
d.      Tactical Acquisition, meliputi material dengan harga dan nilai relatif rendah (low value), kurang berperan dalam kegiatan produksi (low required) dan tedapat banyak pemasok (many supplier).   

Konsinyasi (skripsi dan tesis)

            Penyerahan barang oleh pemilik kepada pihak lain yang bertindak sebagai agen penjual atau pembeli, tetapi hak atas barang tersebut  tetap berada di tangan pemilik sampai barang tersebut dijual oleh agen penjual / pemakai  (haryramadhon, 2008).
Konsinyasi mengandung pengertian bahwa kebijakan pembelian sedemikian rupa sehingga mengakibatkan perusahaan tidak perlu menyimpan barang dalam persediaan, sehingga tidak terkena biaya penyimpanan yang begitu besar. Biaya penyimpanan yang besar ini terdiri dari beberapa jenis biaya yaitu :
  1. Biaya bunga dari inverstasi berupa barang persediaan atau stock.
  2. Biaya reservasi atau pengawetan atau pemeliharaan material stock.
  3. Resiko kehilangan
  4. Resiko tinggal guna
  5. Resiko menjadi persedian mati
  6. Biaya sewa atau depresiasi gudang milik.
  7. Biaya asuransi
  8. Biaya bongkar muat gudang
  9. Biaya karyawan gudang.
Cara konsinyasi ini pembeli tidak menanggung resiko finansial atas persediaan barang yang dibeli, yang memiliki barang selama belum dipakai oleh pembeli adalah penjual. Barang yang akan dibeli dapat disimpan dalam gudang pembeli atau dapat juga digudang penjual.
A.          Keuntungan konsinyasi bagi perusahaan
1.      Waktu pembelian menjadi sangat pendek.
2.      Pembeli tidak terikat pada investasi berupa barang digudang, sehingga menghidari biaya persediaan barang termasuk biaya penyimpanan.
3.      Pekerjaan administrasi akan lebih sederhana dan lebih sedikit.
4.      Penyediaan barang lebih terjamin.
5.      Secara total biaya akan lebih.
B.           Keuntungan konsinyasi bagi rekanan pemasok
1.      Ada jaminan penjualan selama waktu kontrak.
2.      Usaha marketing dapat lebih difokuskan kepada pembeli lainnya.
3.      Pekerjaan administrasi akan lebih sedikit dan sederhana.
4.      Jika barang konsinyasi disimpan di gudang pembeli, maka keperluan ruangan penyimpanan di gudang pemasok akan dapat dihemat atau dapat digunakan untuk barang lain.


Kelemahan blanket order dari sisi rekanan pemasok (supplier) (skripsi dan tesis)


1.   Angka perkiraan tentang penggunaan barang dalam satu tahun sering kali sangat tidak realities dan cnderung berlebihan.
2.   Dalam hal seperti ini, pada akhir perjanjian, rekanan pemasok akan terkena beban berupa penumpukan barang di gudang mereka.
3.   Akibat dua hal di atas, rekanan pemasok dapat menanggung kerugian karena harga dihitung berdasarkan antisipasi jumlah penjualan yang dicantumkan dalam kontrak blanket order.
  Walaupun demikian,  blanket order tetap menarik bagi para rekanan pemasok karena terdapat beberapa keuntungan lain sebagai berikut :
1.      Begitu suatu persetujuan disepakati untuk mengadakan jual beli berdasarkan blanket order, maka biaya penjualan rekanan pemasok akan langsung turun.
2.      Gambaran yang lebih pasti mengenai jumlah penjualan akan lebih memudahkan rekanan untuk mengadakan perencanaan arus kas, pengadaan bahan baku, persedian barang dan produksi.
3.      Penagihan blanket order bisa dilakukan setiap saat sesuai dengan release order, sehingga lebih menyederhanakan administrasi keuangan dan pengaturan arus kasnya.

Keuntungan blanket order (skripsi dan tesis)


1.   Pekerjaan yang berulang dalam proses pembelian pada saat permintaan harga dan negosiasi dapat dihindari.
2.   Pekerjaan lain yang terkait dengan pembelian dapat dikurangi, seperti perbicaraan melalui telepon, korespondensi dan lainya.
3.   Mendapatkan potongan harga karena membeli dalam jumlah besar
4.   Pengurangan material stock gudang atau persedian barang karena penyerahan barang hanya dilakukan hanya dilakukan kalau barang sudah betul-betul akan dipakai.
5.   Pengadaan barang menjadi lebih pasti dan terjamin.
6.   Waktu dapat lebih difokuskan pada penanganan pembelian barang yang lebih rumit.
7.   Semua itu akan meningkatkan efisiensi dari bagian pengadaan.

Blanket order (skripsi dan tesis)


Blanket Order adalah suatu persetujuan pembelian mengenai sejumlah jenis barang selama waktu tertentu, atas dasar harga satuan yang disetujui bersama. Waktu penyerahan ditetapkan atas dasar waktu yang pasti dan ditentukan sebelumnya. Jenis barang yang diperjanjikan  dapat terdiri dari beberapa jenis barang, dapat juga hanya satu jenis barang  saja. Jumlah barang yang dicantumkan dalam perjanjian bukanlah suatu jumlah yang pasti dan tetap, tetapi jumlah perkiraan. Jumlah perkiraaan ini biasanya dicantumkan pada waktu permintaan harga atau dalam dokumen lelang. Blanket Order biasanya untuk janka waktu 12 bulan, dan idealnya untuk mengatasi pembelian barang – barang yang harganya relative kecil tetapi frekuensi penggunaanya sangat tinggi. Namun demikian, Blangket order dikembangkan juga untuk barang-barang yang nilainya mahal yang frekuensi penggunaanya tinggi, biasanya untuk rata-rata pemakaian dalam  setahunnya di atas 4 kali setahun

Pengadaan Material (skripsi dan tesis)


Pengadaan adalah kegiatan pembelian, penyewaan, pengupahan, pemindahan antar unit usaha maupun pembuatan material dalam rangka memenuhi kebutuhan usaha perusahaan. Menurut proses pembelianya dalam kegiatan usaha & kontribusinya pada peningkatan daya saing, matrik strategi pembelian material dibagi dalam 4 kategori yaitu:
  1. Strategic Critical : Strategi pembelian dilakukan antara lain dengan perikatan:
-          Kontrak jangka panjang
-          Total supply management
-          Aliansi
Contoh : turbine generator, catalis, mud chemical, lube base, additive lube dll.
  1. Strategyc Secufcity, Strategi pembelian dilakukan antara lain dengan perikatan:
-          Kontrak jangka pajang
-          Konsinyasi
Contoh : Spare Part, Bearing, mechanical seal, Valve dll.
  1. Tactical Profit, Strategi pembelian dilakukan antara lain dengan perikatan:
-          Kontrak jangka pendek / menengah
-          Konsinyasi
-          Aliansi
Contoh : chemical additive, foam, material substitusi.
  1. Tactical Acquisition, Strategi pembelian dilakukan antara lain dengan perikatan:
-          Pembelian langsung.
-          Konsinyasi
-          Blanket order
-          Kontrak jangka pendek

Pengawasan Pengendalian Material (skripsi dan tesis)

Dalam rangka pengawasan terhadap palaksanaan pengendalian persediaan dapat dilakukan dengan berusaha untuk untuk memenuhi criteria atau tolak ukur yang telah ditetapkan, yang berkaitan dengan kenerja keekonomian & kenerja pelayanan.
1.      Perputaran persediaan (turn over ratio)
a.       Turn Over Ratio (TOR) adalah ratio yang mengukur tingkat efisiensi pengendalian suatu persediaan. Turn Over Ratio merupakan ratio antar jumlah nilai pemakaian material satu tahun terahir dengan jumlah nilai persediaan akhir. Makin tinggi harga TOR berarti makin effisien.
b.      Turn Over Ratio minimal sama dengan 1.0 dan ditargetkan sebesar 2.4
2.      Tingkat layanan (service level )
a.       Service Level adalah ratio antara jumlah permintaan material yang dapat dipenuhi dari persediaan dengan jumlah seluruh permintaan material.
b.      Service Level dipergunakan untuk mengukur tingkat efektifitas pengendalian suatu persediaan. Makin tinggi harga service level, berarti makin efektif.
c.       Tingkat Layanan atau Service Level ditargetkan minimal sebesar 95 %.
3.      Bulan Pemakaian
a.       Bulan pemakaian adalah persediaan akhir dibagi pemakian rata-rata 12 bulan terahir. Konsep ini adalah kebalikan dari konsep TOR.
b.      Bulan pemakainan diharapkan sebesar 3 – 6 bulan pemakaian, dengan maksimal 12 Bulan pemakaian.
4.      Surplus Ratio
a.       Surplus Ratio adalah ratio antara nilai surplus dan nilai persediaan.
b.      Surplus material dikategorikan kedalam :
-          Persedian Berlebih yaitu persedian material yang melampaui batas tingkat persedian yang dizinkan yang diidikasikan Turn Over Ratio kurang dari 1.
-          Persediaan kelebihan yaitu persedian sisa dari suatu kegiatan khusus tertentu seperti program pembongkaran / chemical atau proyek.
-          Persediaan Mati yaitu persediaan yang tidak ada peralatan induknya atau 5 (lima) tahun tidak bergerak dan tidak ada prospek pemakaianya kecuali insurance item.
c.       Surplus ratio diharapkan hanya sebesar 8 % ( 1 bulan pemakaian )  

Ordering formula (skripsi dan tesis)

Formula ini digunakan untuk material yang jumlah pemakaiannya relative stabil dari satu periode ke periode berikutnya. Formula yang digunakan sebagai berikut :
Q = C (P + T + R) – (S+O)…………………………2.7
Keterangan :
Q         = Quantity to be Ordered
C         = Average Monthly Consumption
P          = Periode Between Review
T          = Leadtime
R         = Reserve (Safety Stock)
O         = On Order (Outstanding)
S          = Stock On Hand

2.2.3 Pencegahan stock out
            Untuk menghindari atau mencegah terjadinya stock out dikembangkan system peringatan dini (alarm system) sebagai berikut :
  1. Pada penggunaan formula Min-Max, peringatan dini muncul apabila posisi persedian sama dengan Reoeder point (ROP).
  2. Pada penggunaan Ordering Formula, peringatan dini muncul apabila posisi persediaan sama dengan safety stock. (  Anonim 1999 ).

Formula minimum – maximum dan economic order quantity (EOQ) (skripsi dan tesis)


Penentuan kapan suatu material direview/dipesan, harus ditentukan pemesanan kembali (reorder point). Reorder Point merupakan saat dimana pemesanan kembali harus dilakukan agar barang yang dipesan datang tepat pada saat dibutuhkan. Hal ini berarti perusahaan harus mengamati secara terus menerus tingkat persediaannya sampai re-order point tercapai  dan tingkat kebutuhan selama lead time
Untuk rumusan dari minimal stock adalah sebagai berikut:
Min.Stock = S.S.....................................................2.1
SdIL = ……….2.3
ROP = (AMI x ALT) + S.S………………………2.4
Keterangan:
AMI    : Average Monthly Issue
SdLT   : Standard deviation of  Leadtime
SdMI   : Standard deviation of  Monthly Issued
SdIL    : Standard deviation of  Monthly Issued and Leadtime
S.F       : Safety Factor
S.S       : Safety Stock
ROP    : Reorder Point
Setelah diketahui titik pemesanan kembali, langkah berikutnya adalah menetukan berapa jumlah yang harus dipesan
Keterangan :

EOQ = Economic Order Quantity
O      = Quantity To be Ordered

A      = Annual Consumption (Pcs)
B      = Ordering Cost per order

I       = Inventory Carrying Cost
Perhitungan biaya pemesanan per pesanan dihitung berdasarkan total biaya operasi logistic per tahun dibagi jumlah pesanan per tahun. Total biaya logistic per tahun terdiri dari :
1.Gaji karyawan logistik
2.Biaya pengadaan (Engineering, drawing, alat tulis kantor, dll)
3.Biaya jasa (facsimile, telephone, pemakaian komputer, jasa pos, dll)
Jumlah pesanan per tahun merupakan keseluruhan jumlah order (Surat pesanan) yang dapat dihasilkan /diterbitkan dalam satu tahun. Rata-rata ordering cost per order dirumuskan sebagai berikut:             
Inventory carrying cost merupakan keseluruhan biaya yang timbul karena adanya aktiftas pengelolaan persediaan. Inventory carrying cost meliputi:
1. Biaya modal/investasi persediaan                           12 - 20  %
2. Biaya asuransi                                                           2 – 4   %
3. Biaya penyimpanan                                                   1 – 3   %
4. Resiko obsolete atau dead stock                                4 – 10 % 
5. Pajak bumi dan bangunan                                         1 – 3   %     +
                                                                                     20 – 40 %
Menghitung maximum persediaan adalah sebagai berikut:
Max.Stock = EOQ + Min. Stock…………………..2.6 (Pertamina, 1999)
 Formula minimum – maximum dan economic order quantity (EOQ)
Penentuan kapan suatu material direview/dipesan, harus ditentukan pemesanan kembali (reorder point). Reorder Point merupakan saat dimana pemesanan kembali harus dilakukan agar barang yang dipesan datang tepat pada saat dibutuhkan. Hal ini berarti perusahaan harus mengamati secara terus menerus tingkat persediaannya sampai re-order point tercapai  dan tingkat kebutuhan selama lead time
Untuk rumusan dari minimal stock adalah sebagai berikut:
Min.Stock = S.S.....................................................2.1
SdIL = ……….2.3
ROP = (AMI x ALT) + S.S………………………2.4
Keterangan:
AMI    : Average Monthly Issue
SdLT   : Standard deviation of  Leadtime
SdMI   : Standard deviation of  Monthly Issued
SdIL    : Standard deviation of  Monthly Issued and Leadtime
S.F       : Safety Factor
S.S       : Safety Stock
ROP    : Reorder Point
Setelah diketahui titik pemesanan kembali, langkah berikutnya adalah menetukan berapa jumlah yang harus dipesan
Keterangan :

EOQ = Economic Order Quantity
O      = Quantity To be Ordered

A      = Annual Consumption (Pcs)
B      = Ordering Cost per order

I       = Inventory Carrying Cost
Perhitungan biaya pemesanan per pesanan dihitung berdasarkan total biaya operasi logistic per tahun dibagi jumlah pesanan per tahun. Total biaya logistic per tahun terdiri dari :
1.Gaji karyawan logistik
2.Biaya pengadaan (Engineering, drawing, alat tulis kantor, dll)
3.Biaya jasa (facsimile, telephone, pemakaian komputer, jasa pos, dll)
Jumlah pesanan per tahun merupakan keseluruhan jumlah order (Surat pesanan) yang dapat dihasilkan /diterbitkan dalam satu tahun. Rata-rata ordering cost per order dirumuskan sebagai berikut:             
Inventory carrying cost merupakan keseluruhan biaya yang timbul karena adanya aktiftas pengelolaan persediaan. Inventory carrying cost meliputi:
1. Biaya modal/investasi persediaan                           12 - 20  %
2. Biaya asuransi                                                           2 – 4   %
3. Biaya penyimpanan                                                   1 – 3   %
4. Resiko obsolete atau dead stock                                4 – 10 % 
5. Pajak bumi dan bangunan                                         1 – 3   %     +
                                                                                     20 – 40 %
Menghitung maximum persediaan adalah sebagai berikut:
Max.Stock = EOQ + Min. Stock…………………..2.6 (Pertamina, 1999)

Model kuantitas pesanan ekonomis (EOQ) (skripsi dan tesis)

Model kuantitas pesanan ekonomis (Economic order quantity – EOQ model) adalah salah satu teknik pengendalian persediaan yang paling tua dan paling dikenal secara luas. Teknik ini dapat digunakan didasarkan pada beberapa asumsi :  
1.      Permintaan diketahui tetap dan bebas.
2.      Lead time yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan diketahui dan konstan.
3.      Penerimaan persediaan bersifat seketika dan lengkap, dengan kata lain persediaan dari sebuah pesanan tiba dalam satu batch sekaligus.
4.      Diskon (potongan harga) karena kuantitas tidak memungkinkan.
5.      Biaya variabel yang ada hanyalah biaya pengaturan atau pemesanan dan biaya menahan atau menyimpan persediaan dari waktu ke waktu. 
6.      Kekosongan persedian (kekurangan) dapat dihindari sepenuhnya jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat (Heizer & Render, 2005).

Metode mengendalikan persediaan (skripsi dan tesis)


Ada beberapa metode untuk mengendalikan persediaan, semuannya didesain untuk memastikan suatu sistem yang effisien  untuk memutuskan what, when and how much to order. Anda dapat menggunakan satu metode atau menggabungkan dua atau lebih metode jika anda memiliki berbagai macam persediaan :
  1. Minimum stock level – tentukan suatu angka minimum stock, dan lakukan pemesanan kembali ketika persediaan telah menyentuh angka minimum tersebut. Angka minimum itu disebut juga Re-order Level.
  2. Stock review – anda mempunyai jadwal teratur untuk  memantau persediaan. Setiap saat  review dilakukan pemesanan untuk mengisi kembali persediaan ke batas yang telah ditentukan
3.       Just In Time (JIT) – tujuan JIT untuk mengurangi biaya dengan memangkas persediaan ke arah miminum. Barang dikirimkan ketika telah mendekati saat pemakaiannya . Ada suatu resiko putusnya persediaan oleh karenanya diperlukan suatu kepastian akan kesanggupan pemasok untuk melaksanakan kewajiban mengirimankan barang yang diminta.
4.       Re-order lead time – menyediakan untuk tenggang waktu  antara pemesanan dan penerimaan.
5.       Economic Order Quantity (EOQ) – sebuah formula baku yang  digunakan untuk menciptakan suatu keseimbangan antara menyimpan persediaan secara berlebihan dan terlalu sedikit. EOQ merupakan suatu perhitungan yang rumit sehingga akan lebih memudahkan jika mempergunakan software pengendalian persediaan (Businesslink, 2010)
6.       Batch control – mengelola sejumlah produksi barang. Anda perlu memastikan memiliki komponen-komponen yang dibutuhkan untuk sejumlah produksi yang berikutnya  dalam jumlah yang tepat (Businesslink, 2010).

ABC Inventory sistem (skripsi dan tesis)


 Activity-Based Costing (ABC) adalah suatu sistem informasi akuntansi yang mengidentifikasi berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan mengumpulkan biaya dengan dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari aktivitasnya. ABC memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan aktivitas untuk memproduksi, mendistribusikan atau menunjang produk yang bersangkutan.
Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk secara akurat. Hal ini didorong oleh:
1.      Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective
2.      Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost.
3.      Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy (triyono, 2011)
Analisis ABC membagi persediaan yang dimiliki kedalam tiga golongan berdasarkan volume dolar tahunan. Analisis ABC adalah sebuah aplikasi persediaan dari pareto. Prinsip pareto menyatakan bahwa terdapat “sedikit hal yang penting dan banyak hal yang sepele”. Tujuannya adalah membuat kebijakan persediaan yang memusatkan sumber daya pada komponen persedian penting yang sedikit dan bukan pada yang banyak tetapi sepele. Tidaklah realitis untuk memonitor persediaan yang murah dengan intensitas yang sama sebagaimana dengan persedian yang sangat mahal
            Untuk menentukan volume dolar tahunan analisis ABC, permintaan tahunan dari setiap barang persediaan dihitung dan dikalikan dengan harga perunit. Barang kelas A adalah barang – barang dengan volume dolar tahunan tinggi. Walaupun barang seperti ini mungkin hanya mewakili sekitar 15 % dari total persediaan barang, mereka mempresentasikan 70 % hingga 80 % dari total pemakaian dolar. Kelas B adalah untuk barang-barang persediaan yang memiliki volume dolar tahunan menengah. Barang ini mempresentasikan sekitar 30 % barang persediaan dan 15 % hingga 25 % dari nilai total. Barang-barang yang memiliki volume dolar tahunan rendah adalah kelas C  yang mungkin hanya mempresentasikan 5% dari volume dolar tahunan tetapi 55 % dari total barang persediaan.
            Keuntungan dari pembagian barang persediaan kedalam tiga kelas ini memungkinkan diterapkannya kebijakan dan control untuk setiap kelas. Kebijakan yang mungkin didasarkan pada analisis ABC meliputi hal berikut :
  1. Pembelian sumber daya yang dibelajakan pada pengembangan pemasok harus jauh lebih tinggi untuk barang A dibanding barang C.
  2. Barang A, tidak seperti barang B & C, perlu memiliki kontrol persediaan fisik yang lebih ketat, mungkin mereka dapat diletakan pada tempat yang lebih aman dan mungkin akurasi catatan persediaan untuk barang A harus lebih sering diverifikasi.
  3. Prediksi barang A perlu lebih dijamin keabsahannya disbanding dengan prediksi barang B & C (Heizer & Render, 2005).