Tampilkan postingan dengan label Yogyakarta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yogyakarta. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 12 November 2016

Ragam Tes


Cronbach (dalam Silverius, 1991: 4-5)  mendefinisikan tes adalah suatu prosedur sistematis untuk mengamati dan mencandrakan satu atau lebih karakteristik seseorang dengan menggunakan skala numerik atau sistem kategori. Sejalan dengan hal tersebut, Anastasi dan Urbina (1997: 3) menyatakan bahwa tes psikologis pada dasarnya adalah alat ukur yang objektif dan dibakukan atas sampel perilaku tertentu.
Berbicara tentang ragam tes, tidak terlepas dari sifat tes itu sendiri, misalnya: tipe tes, bentuk tes, dan ragam tes. Namun pemberian nama sifat tes tersebut kadang berbeda dari orang yang berbeda.
Arikunto (1992: 161-178) menyatakan tes tertulis terdiri dari bentuk tes dan macam tes. Tes subjektif dan tes objektif merupakan bentuk tes dan tes benarsalah, tes pilihan ganda, dan tes menjodohkan termasuk macam tes.
Suherman dan Sukjaya (1990: 94) menggolongkan tes subjektif dan tes objektif sebagai tipe tes; tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes menjodohkan, dan tes melengkapi sebagai bentuk tes. Di samping itu tes pilihan ganda terbagi lima, yaitu: pilihan ganda biasa, hubungan antar hal, analisis kasus, asosiasi pilihan ganda, dan membaca diagram yang merupakan ragam tes.
Umar, dkk (1999: 22) menyatakan bahwa secara umum setiap soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor). Kunci jawaban merupakan jawaban yang  benar atau paling benar. Pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar, namun memungkinkan seseorang memilihnya.
Ragam tes yang dimaksudkan dalam tulisan ini dibatasi hanya pilihan ganda biasa dan asosiasi pilihan ganda. Ragam tes pilihan ganda dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan siswa yang lebih tinggi dan dapat diskor secara objektif (Safari, 1997: 64).

Motivasi Belajar


Motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai tujuan (Winkel, 1996:92). Seseorang yang memiliki motivasi akan mempunyai gairah kerja atau semangat selama melakukan aktivitas. Dalam belajar, motivasi belajar sangat penting untuk dimiliki oleh seorang siswa. Siswa yang bermotivasi tinggi akan memiliki energi yang banyak untuk melakukan kegiatan belajar.
Motivasi belajar yang diamati dalam penelitian ini lebih terfokus pada motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman (1986) adalah motivasi yang berfungsinya karena ada rangsangan dari luar. Dalam penelitian ini yang merupakan sumber rangsang adalah metode pembelajaran kooperatif model TPS (Think Pair Share). Diharapkan setelah motivasi ekstrinsik siswa dapat meningkat motivasi intrinsik siswa juga meningkat, sehingga siswa dapat termotivasi dalam belajar menurut keinginannya sendiri.
Motivasi untuk belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi tersebut akan mempengaruhi tingkat keterlibatan siswa dan hasil dalam kegiatan pembelajaran. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan ditunjukkan oleh hasil yang baik. Pada umumnya adanya motivasi maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan hasil yang baik.
Phil Louther dalam Prayitno (1989:12) menyatakan bahwa ada 5 cara mengajar agar siswa termotivasi secara intrinsik, yaitu: 1) mengkaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa; 2) memberi kebebasan kepada siswa untuk memperluas kegiatan dan materi belajar; 3) memberikan waktu ekstra yang cukup banyak bagi siswa untuk mengembangkan tugas siswa dan memanfaatkan sumber belajar yang ada di sekolah; 4) kadangkala memberikan penghargaan atas pekerjaan siswanya; 5) meminta siswanya untuk menjelaskan atau membacakan tugas yang dibuat.
Menurut Sardiman (1986:85) jenis motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu:
1.      motif bawaan yaitu motif yang dibawa sejak lahir,  jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari, misalnya dorongan untuk makan, minum, bekerja dan beristirahat.
2.      motif yang dipelajari yaitu motif yang timbul karena dipelajari, misalnya dorongan untuk mempelajari suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk menjadi seorang pemimpin dalam masyarakat.
Menurut Susanto (1999:28) motivasi belajar ditandai dengan enam macam tingkah laku yang dapat diamati dengan indikator sebagai berikut.
1.      Perhatian, motivasi belajar siswa tinggi jika siswa memusatkan perhatian pada kegiatan belajar lebih besar daripada tingkah laku yang bukan belajar.
2.      Waktu belajar, siswa mempunyai motivasi tinggi jika siswa menghabiskan waktu yang cukup untuk kegiatan belajar.
3.      Usaha, siswa mempunyai motivasi tinggi jika siswa bekerja secara intensif, mengeluarkan banyak energi dan kemampuan untuk menyelesaikannya.
4.      Irama perasaan, siswa mempunyai motivasi tinggi jika siswa merasa gembira, mempunyai keyakinan diri dan tegar pada situasi belajar yang ada.
5.      Ekstensi, dalam hal ini motivasi belajar ditandai dengan sesuatu hal yang dilakukan oleh  siswa pada jam-jam bebas pelajaran adalah kegiatan belajar.
6.      Penampilan, motivasi belajar ditunjukkan dengan diselesaikannya tugas belajar.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994) motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Pentingnya motivasi belajar bagi siswa adalah sebagai berikut.
1.      Menyadarkan kedudukannya dalam awal belajar, proses dan akhir belajar.
2.      Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar bila dibandingkan dengan teman sebaya.
3.      Mengarahkan kegiatan belajar.
4.      Membesarkan semangat belajar.
5.      Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar.
Situasi kelas yang termotivasi dapat mempengaruhi proses belajar maupun tingkah laku siswa. Siswa yang termotivasi untuk belajar akan sangat tertarik dengan berbagai tugas belajar yang sedang siswa kerjakan, menunjukkan ketekunan yang tinggi, variasi aktivitas belajar siswapun lebih banyak, sehingga keterlibatan siswa dalam belajar akan lebih besar.

Model Pembelajaran Think Pair Share


Think Pair Share (TPS) adalah suatu strategi diskusi kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawannya di Universitas Maryland pada tahun 1981. Think Pair Share memperkenalkan ide "waktu berpikir atau waktu tunggu" yang banyak menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa merespon pertanyaan. Nama Think Pair Share berasal dari tiga tahap kegiatan siswa yang menekankan pada sesuatu yang dikerjakan siswa pada setiap tahap (Jones, 2002 dalam Susilo, 2005).
Beberapa alasan mengapa perlunya penggunaan Think Pair Share adalah sebagai berikut.
1.      Think Pair Share membantu menstrukturkan diskusi. Siswa mengikuti proses yang telah tertentu sehingga membatasi kesempatan berpikirnya melantur dan tingkah lakunya menyimpang karena mereka harus berpikir dan melaporkan hasil pemikirannya ke mitranya (Jones, 2002 dalam Susilo, 2005).
2.      Think Pair Share meningkatkan partisipasi siswa dan meningkatkan banyaknya informasi yang diingat siswa (Gunter, Ester dan Schwab, 1999 dalam Susilo, 2005). Dengan Think Pair Share siswa belajar dari satu sama lain dan berupaya bertukar ide dalam konteks yang tidak mendebarkan hati sebelum mengemukakan idenya ke dalam kelompok yang lebih besar. Rasa percaya diri siswa meningkat dan semua siswa mempunyai kesempatan berpartisipasi di kelas karena sudah memikirkan jawaban atas pertanyaan guru, tidak seperti biasanya hanya siswa tertentu saja yang menjawab.
3.      Think Pair Share meningkatkan lamanya "time on task" dalam kelas dan kualitas kontribusi siswa dalam diskusi kelas.
4.      Siswa dapat mengembangkan kecakapan hidup sosial. Dalam Think Pair Share siswa juga merasakan (a) saling ketergantungan positif karena mereka belajar dari satu sama lain, (b) menjunjung akuntabilitas individu karena mau tidak mau siswa harus saling berbagi ide, dan wakil kelompok harus berbagi ide pasangannya dan pasangan lain atau ke seluruh kelas, (c) punya kesempatan yang sama untuk berpartisipasi karena seyogyanya tidak  boleh ada siswa yang mencoba mendominasi dan (d) interaksi antar siswa cukup tinggi karena akan terlibat secara aktif dalam sengaja berbicara atau mendengarkan (Anonim, tanpa tahun).

Terdapat empat langkah atau tahapan dengan lamanya waktu setiap tahapannya ditetapkan oleh guru. Prosedur Think Pair Share adalah sebagai berikut (Gunter, Estes dan Schwab, 1999 dalam Susilo, 2005). Tahap 1 guru mengemukakan pertanyaan, proses TPS dimulai pada saat guru mengemukakan suatu pertanyaan yang menggalakkan berpikir ke seluruh kelas. Pertanyaan ini hendaknya berupa pertanyaan terbuka yang mungkin bisa dijawab dengan berbagai macam jawaban. Misalnya: "apa yang akan terjadi apabila setiap keluarga diwajibkan menanam sepuluh batang pohon?" dapat pula pertanyaan itu diganti dengan suatu masalah atau dilema yang perlu dipikirkan siswa. Misalnya: "bagaimanakah cara meningkatkan populasi burung jalak Bali yang kini hampir punah?".
Tahap 2 siswa berpikir secara individu, guru memberi tanda agar siswa mulai memikirkan pertanyaan atau masalah yang diberikan guru tadi dalam waktu yang tertentu. Lamanya waktu ditetapkan oleh guru berdasarkan pemahaman guru terhadap siswanya, sifat pertanyaannya dan skedul pembelajaran. Menurut Jones 2002 (dalam Susilo, 2005) waktu berpikir ini bahkan boleh tidak sampai satu menit karena hanya memikirkan jawaban atas pertanyaan. Tahap kedua ini merupakan prosedur yang secara otomatis menyediakan "waktu tunggu" di dalam percakapan dalam kelas.
Tahap 3 setiap siswa mendiskusikan jawabannya dengan seorang mitra. Sekali lagi guru memberi tanda agar siswa mulai berpasangan dengan siswa lainnya untuk mendiskusikan dan mencapai kesepakatan atas jawaban terhadap pertanyaan tadi. Menurut Jones 2002 (dalam Susilo, 2005) mereka membandingkan hasil pemikiran ataupun jawaban yang mereka pikir paling baik, paling meyakinkan, atau paling unik. Seringkali proses ini dapat diperpanjang satu langkah lebih lanjut yaitu dengan meminta pasangan siswa bergabung dengan pasangan lainnya sehingga membentuk kelompok baru yang terdiri dari empat orang, lebih lanjut siswa menggabungkan ide berempat sebelum membandingkannya ke kelompok lain yang lebih besar.
Tahap 4 siswa berbagi jawaban dengan seluruh kelas, pada tahap ini siswa secara individu mewakili kelompok atau berdua atau berempat, mereka maju bersama untuk melaporkan hasil diskusinya ke seluruh kelas. Pada tahap terakhir Think Pair Share ini siswa seluruh kelas akan memperoleh keuntungan dalam bentuk mendengarkan berbagai ungkapan mengenai konsep yang sama dinyatakan dengan cara yang berbeda oleh individu yang berbeda, hal ini terjadi karena siswa memiliki cara penyampaian jawaban yang unik untuk pertanyaan yang diajukan oleh guru. Lebih lanjut konsep-konsep yang digunakan dalam jawaban siswa menggunakan bahasa siswa yang tentu lebih komunikatif dibanding bahasa buku teks atau bahasa guru. Jadi jika siswa dapat menggunakan hasil pemikiran sendiri dalam menjawab pertanyaan maka siswa akan lebih mudah dalam memahami ide di balik jawaban tersebut.

Macam-Macam Metode Pembelajaran

Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai. Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.
a.       Metode Ceramah (Preaching Method)
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.
Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :
1)      Membuat siswa pasif
2)      Mengandung unsur paksaan kepada siswa
3)      Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)
4)      Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
5)      Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
6)      Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
7)      Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Beberapa kelebihan metode ceramah adalah :
1)      Guru mudah menguasai kelas.
2)      Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
3)      Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
4)      Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

b.      Metode diskusi ( Discussion method )
Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation ).
Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk:
1)      Mendorong siswa berpikir kritis.
2)      Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
3)      Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.
4)      Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.
Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :
1)      Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
2)      Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
3)      Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
1)      tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
2)      Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
3)      Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
4)      Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

c.       Metode demontrasi ( Demonstration method )
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah ( 2000). Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah, ( 2000).
Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah :
1)      Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .
2)      Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
3)      Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Daradjat, 1985)
Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut :
1)      Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atu kerja suatu benda.
2)      Memudahkan berbagai jenis penjelasan .
3)      Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui pengamatan dan contoh konkret, drngan menghadirkan obyek sebenarnya (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut :
1)      Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
2)      Tidak semua benda dapat didemonstrasikan
3)      Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).

d.      Metode ceramah plus
Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya.Dalam hal ini penulis akan menguraikan tiga macam metode ceramah plus yaitu :
a.) Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT).
Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas.
Metode campuran ini idealnya dilakukan secar tertib, yaitu :
1). Penyampaian materi oleh guru.
2). Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa.
3). Pemberian tugas kepada siswa.
b.) Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT)
Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan pengkombinasiannya, yaitu pertama guru menguraikan materi pelajaran, kemudian mengadakan diskusi, dan akhirnya memberi tugas.
c.) Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
Metode ini dalah merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan materi pelajaran dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill)

e.       Metode percobaan ( Experimental method )
Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000) Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium.
Kelebihan metode percobaan sebagai berikut :
1)      Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
2)      Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
3)      Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
Kekurangan metode percobaan sebagai berikut :
1)      Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen.
2)      Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
3)      Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.

. Prestasi Belajar Matematika


Menurut Gegne yang dikutip Herman Hudoyo (1989 : 9), belajar merupakan proses yang memungkinkan manusia untuk memodifikasi tingkah laku manusia secara permanen, sedemikian hingga modifikasi yang sama tidak akan terjadi situasi baru. Dalam proses belajar mengajar guru melihat apa yang terjadi selama siswa mengalami pengalaman-pengalaman deduktif untuk memperoleh suatu tujuan. Ernest R. Hilgard dalam bukunya memberikan definisi belajar sebagai berikut:
“Bahwa belajar itu melalui proses yang menimbulkan suatu kegiatan atau perubahan melalui prosedur latihan (apakah didalam laboratorium atau didalam lingkungan alamiah) yang dibedakan oleh faktor-faktor yang termasuk latihan”.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang dengan kesadaran sehingga menghasilkan perubahan yang positif pada diri manusia, perubahan tersebut menyangkut aspek intelektual, aspek sikap serta aspek tingkah laku. Hasil yang dicapai seseorang disebut prestasi belajar.
Matematika berkenaan dengan ide atau konsep-konsep abstrak yang diberi simbol-simbol yang tersusun secara hirarkis. Belajar matematika dapat diartikan berinteraksi antara siswa dengan topik-topik matematika, sehingga interaksi itu menyebabkan perubahan tingkah laku siswa dalam mendemonstrasikan, bermain mengerjakan soal latihan, memecahkan masalah, membuktikan teorema dan lain-lain. Oleh karean itu belajar matematika harus bertahap, berurutan dan berdasarkan pengalaman yang lalu. Hal ini sesuai dengan pendapat Herman Handoyo (1989 : 104) yang menyatakan bahwa belajar matematika melibatkan suatu struktur yang hirarkis atau urutan konsep-konsep yang urutannya lebih tinggi dan dibentuk atas dasar konsep atau pengalaman yang sudah ada. Dalam belajar matematika harus berurutan dan terus menerus. Belajar yang terputus-putus akan mengganggu proses pemahaman.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar matematika harus berurutan berdasarkan pemahaman yang lalu dan berjalan secara kontinyu sehingga diperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar.
Prestasi belajar merupakan hasil tindakan belajar yang merupakan atau berkenaan dengan ranah kognitif. Prestasi belajar merupakan kemampuan aktual yang dapat diukur dengan tes. Bloom membagi ranah kognitif menjadi enam aspek, yaitu: ingatan, pemahaman, penerapan, sintesis, analisis dan evaluasi. Aspek-aspek tersebut tingkatannya makin tinggi dari ingatan sampai evaluasi.
Dalam penelitian ini, pengukuran prestasi belajar matematika siswa tidak mencakup seluruh aspek kognitif, karena populasi penelitian ini adalah seluruh kelas I SMP PGRI 2 Kaloran Temanggung, maka aspek kognitif butir-butir tes meliputi aspek ingatan, pemahaman dan penerapan.  

Umpan Balik Belajar

Langkah umpan balik sebenarnya sudah dimulai pada saat latihan dikerjakan. Umpan balik mendorong siswa untuk melihat bahan yang telah dimengerti dan bahan yang belum dimengerti. Pemberian umpan balik terhadap proses belajar dan hasil belajar agar terjadi penguatan adalah penting. Umpan balik memberikan informasi korektif kepada peserta didik. Dwi Haryoto (1989 : 15) mengemukakan bahwa umpan balik yang diberikan dapat dengan menunjukan sumber kesalahan siswa dalam pemecahan persoalan, mengembalikan hasil latihan dan tes serta memberikan jawaban pemecahan persoalan tersebut. Dapat pula dengan menambah komentar-komentar atau peringatan kepada murid. Setiap siswa yang mencoba untuk mengerti suatu bahan akan lebih mengerti apabila ia mendengar dari pengajar mana yang sudah ia mengerti dan belum ia mengerti. Sehingga ia membutuhkan koreksi, komentar dan catatan dari pengajar. Disitulah letak kekuatan yang mendorong murid (Rooijakkers, 1989 : 68 – 69). 

Latihan dan Tes

Latihan adalah yang menjadi ciri dalam belajar matematika. Latihan adalah kegiatan belajar secara teratur, berulangkali dengan maksud untuk menguasai keterampilan atau pengalaman tertentu (Abdul Ghofur, 1981 : 17). Salah satu cara penting dalam pengajaran matematika adalah pemberian latihan berulang kali. Dengan cara ini maka pengertian tentang materi yang terdahulu diperkuat, sementara yang baru dengan mengerjakan banyak soal yang ada kaitannya dengan yang terdahulu dapat berkembang. Hal ini juga akan menyempurnakan pengertian siswa tentang teori yang telah dipelajarinya (Sujono, 1988 : 63). Dengan adanya latihan, peserta didik diharapkan tidak mudah melupakan konsep dan teorema yang telah dipelajari. Hal ini sesuai dengan pendapat (Herman Handoyo, 1988 : 172) yang mengatakan bahwa dengan latihan dapat menguatkan memori terhadap konsep dan teorema yang telah dipelajari.
Interaksi guru dengan siswa melibatkan pesan. Interaksi ini terjadi pula pada saat guru memberikan latihan kepada siswa. Menurut Peter Galperin yang dikutip Tjipto Utomo (1985 : 36 – 39), proses belajar terdiri dari empat langkah, yaitu: orientasi, latihan, umpan balik, dan lanjutan. 
Berdasarkan teori pembelajaran, sasaran belajar akan tercapai bila siswa memperhatikan penjelasan guru, berlatih dan melanjutkan proses belajar berdasarkan umpan balik. Sehubungan dengan hal tersebut, ada empat fungsi guru:
1.      Mengajarkan bahan pelajaran (orientasi).
2.      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih dan menerapkan ilmu yang didapat (latihan).
3.      Memberikan umpan balik kepada siswa (umpan balik).
4.      Memberikan kesimpulan kepada siswa untuk memahami supaya kesalahan tidak terulang lagi (lanjutan).
Setelah materi pelajaran disampaikan dengan jelas, guru memberikan kesempatan untuk berlatih. Latihan dapat berupa pemahaman teori (tanya jawab), tugas dan soal.
Sedangkan tes atau tes formatif dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu pelajaran atau program tertentu. Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran. Evaluasi atau tes formatif diberikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan post-test atau tes proses.
Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa tes formatif mempunyai manfaat baik bagi siswa, bagi guru, serta bagi program itu sendiri, yaitu:
1.      Manfaat bagi siswa:
a)      Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program secara menyeluruh.
b)      Merupakan penguatan bagi siswa. Dengan mengetahui bahwa tes yang dikerjakan sudah menghasilkan skor yang tinggi sesuai yang diharapkan maka siswa merasa mendapat “anggukan kepala” dari guru. Ini merupakan suatu tanda bahwa apa yang sudah dimiliki merupakan pengetahuan yang sudah benar. Dengan demikian maka pengetahuan itu akan bertambah membekas diingatan. Tanda keberhasilan suatu pelajaran akan memperbesar motivasi siswa untuk belajar lebih giat.
c)      Usaha perbaikan, dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh setelah melakukan tes tersebut siswa mengetahui kelemahan-kelemahannya.
d)     Sebagai diagnose, dengan mengetahui tes formatif siswa lebih jelas mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang masih dirasa sulit.
2.      Manfaat bagi guru:
a)      Mengetahui sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa.
b)      Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum dikuasai siswa.
c)      Dapat meramalka sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan.
3.      Manfaat bagi program:
a)      Mengetahui apakah yang telah diberikan merupakan program yang tepat dalam arti sesuai dengan kecakapan anak.
b)      Mengetahui apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang belum diperhitungkan.
c)      Mengetahui apakah diperlukan alat, sarana dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan dicapai.
d)     Mengetahui apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat.
(Suharsimi Arikunto, 1987 : 33 – 35)   

Teori Belajar Matematika

Belajar sebagai suatu aktifitas dapat dilakukan tidak hanya di sekolah namun dapat juga dilakukan diluar sekolah. Dalam penelitian ini yang dimaksud belajar adalah kegiatan yang berlangsung didalam kelas dari seorang guru terhadap siswa pada mata pelajaran tertentu. Belajar dapat diartikan sebagai proses interaksi aktif seseorang dengan lingkungan melalui kegiatan pengamatan, pencarian dan penelitian. Belajar merupakan kegiatan disengaja yang melibatkan masalah dan pemecahannya (Soemadi, 1991: 2).
Beberapa pengertian tersebut masih bersifat umum dan belum membicarakan makna belajar matematika secara langsung. Padahal, belajar dalam bidang studi matematika mempunyai karakter yang berlainan dengan bidang studi lain. Metode, strategi atau pendekatan di dalam belajar dan mengajar matematika berbeda dengan belajar ilmu-ilmu sosial. Hal ini dikarenakan sifat dari matematika itu sendiri.
Matematika adalah ilmu pengetahuan tentang bilangan-bilangan yang berhubungan antara bilangan dan prosedur operasiopnal yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan (Poerwadarminta: 566). Definisi ini masih menjelaskan Matematika dalam arti yang sempit, karena matematika tidak hanya membahas mengenai bilangan saja.Lain halnya dengan definisi yang dikemukanan oleh Herman Hudoyo yang mengatak bahwa, matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungannya diatur menurut urutan yang logis (Herman Hudoyo, 1979 : 96). Maksudnya adalah matematika timbul mula-mula karena kebutuhan manusia mempelajari alam.
Dari kebutuhan ini, alam dijadikan ide-ide atau konsep-konsep abstrak dan mempelajarinya digunakan simbol-simbol untuk dapat dikomunikasikan. Simbol-simbol ini bersdasarkan atas ide-ide yang telah ada. Dari hal ini dapat dikatakan bahwa matematika merupakan ide-ide atau konsep yang abstrak dan tersusun secara hirarkis.
Mempelajari keabstrakan sifat-sifat matematika membutuhkan teknik pengkajian tertentu, artinya memerlukan cara belajar yang sesuai agar materi dapat dipelajari. Berhubungan dengan dasar pemikiran seperti ini maka ada beberapa teori belajar matematika.
Menurut Gagne, belajar matematika mempunyai dua obyek. Yaitu obyek langsung dan obyek tak langsung. Obyek langsung belajar matematika yaitu kemampuan menyelidiki dan menyelesaikan masalah, mandiri dan bersikap positif terhadap matematika, tahu bagaimana mestinya belajar dan apresiasi struktur matematika (Tambunan, 1987 : 3. 25).
Sesuai dengan sifat matematika yang materinya runtut dan berkesinambungan, maka seorang siswa tidak akan berhasil sepenuhnya memahami suatu konsep, tanpa mempelajari konsep sebelumnya. Sejalan dengan hakekat belajar matematika, bahwa belajar matematika berkaitan dengan berfikir secara matematis, yaitu berfikir merumuskan suatu himpunan yang sudah diketahui atau berhubungan dengan struktur yang secara mantap telah terbentuk dari hal-hal yang telah ada sebelumnya (Herman Hudoyo, 1988 :98). Artinya dalam matematika, bila konsep A dan B mendasari konsep C maka konsep C tidak mungkin dapat dikuasai bila konsep A dan konsep B belum dipahami. 

Senin, 17 Oktober 2016

Pengertian Manajamen Sumber Daya Manusia


Nawawi (2002) dalam bukunya yang berjudul: “Manajemen Sumber Daya Manusia untuk bisnis yang kompetitif”, Mendeskripsikan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah proses mendayagunakan manusia sebagai tenaga kerja secara manusiawi, agar potensi fisik dan psikis yang dimilikinya berfungsi maksimal bagi pencapaian tujuan organisasi (perusahaan). Dalam rumusan ini dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah pengelolaan individu-individu yang bekerja dalam organisasi berupa hubungan antara pekerjaan dengan pekerja (employer, employee), terutama untuk menciptakan pemanfaatan individu-individu secara produktif sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi dan dalam rangka perwujudan kepuasan kebutuhan individu-individu tersebut.
Salah satu paradigma dari pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia adalah bahwa Manusia memerlukan organisasi dan sebaliknya organisasi memerlukan manusia. Manusia merupakan motor pengerak, tanpa manusia organisasi tidak akan berfungsi. Manusia merupakan faktor utama dalam mewujudkan eksistensi organisasi. Dengan kata lain eksistensi organisasi diwujudkan melalui kegiatan manusia yang disebut bekerja. Oleh karena itu kompetitif atau tidak eksistensi suatu organisasi (perusahaan) tergantung atau ditentukan oleh manusia yang sangat penting artinya dalam menghadapi perubahan lingkungan atau iklim bisnis sekarang dan di masa mendatang. Setiap organisasi atau perusahaan tidak dapat menolak fakta bahwa sumber daya manusia merupakan faktor sentral dalam upaya mewujudkan eksistensinya berupa tercapainya tujuan bisnis yakni keuntungan dan manfaat-manfaat lainnya.
Ermaya Suradinata, (2006) dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Sumber Daya Manusia : suatu tinjauan wawasan masa depan,” memaparkan pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah sebagai berikut: Manajemen sumber daya manusia merupakan modal dan kekayaan yang terpenting dari setiap kegiatan manusia, manusia merupakan sumber terpenting yang mutlak dianalisis dan dikembangkan dengan cara tersebut baik, waktu, tenaga, dan kemampuannya benar-benar dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan organisasi maupun bagi kepentingan individu manusia sebagai makhluk sosial. Handoko (2008) dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,” mendeskripsikan pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia adalah penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi. Manajemen Sumber Daya Manusia adalah pengelolaan individu-individu yang bekerja dalam organisasi, yang di dalamnya adalah manusia. Manusia merupakan faktor utama dalam mewujudkan organisasi, tanpa manusia organisasi itu tidak akan berfungsi. Jadi eksistensi organisasi itu diwujudkan melalui kegiatan manusia yang disebut bekerja,serta kompetitif atau tidaknya eksistensi suatu organisasi tergantung pada manusianya.

Faktor-Faktor Sumber Daya Manusia

        Menurut B.F. Skinner (dalam Gibson, 2002), ada tiga variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu, yaitu individu, organisasi dan psikologi. Ketiga variabel tersebut mempengaruhi perilaku kerja yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja pegawai. Penampilan kerja adalah perilaku yang berkaitan langsung dengan tugas pekerjaan dan yang perlu diselesaikan untuk mencapai sasaran pekerjaan. Bagi seorang manajer hubungan perilaku dan penampilan kerja mencakup beberapa kegiatan seperti identifikasi masalah, perencanaan,pengorganisasian dan pengendalian karyawan.
Model teori kerja melakukan analisis terhadap sejumlah variabelyang menjelaskan perilaku dan kinerja individu. Variabel individudikelompokkan pada sub variabel kemampuan dan ketrampilanmerupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku dan kinerjaindividu, sedangkan variabel demografi mempunyai efek tidak langsung pada perilaku dan kinerja individu. Variabel Psikologik dikelompokkan pada sub variabel sikap, persepsi, kepribadian, belajar dan motivasi, variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografi. sub variabel sikap, kepribadian dan belajar mrupakan hal yang kompleks dan sulit diukur, karena seorang individu masuk dan bergabung dalam organisasi kerja pada usia, etnis latar belakang budaya, ketrampilan berbeda satu dengan yang lainnya.
Variabel Organisasi dikelompokkan pada sub variabel sumberdaya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan. Sub variabel imbalan atau kompensasi akan berpengaruh untuk meningkatkan motivasi kerja yang pada akhirnya secara langsung akan meningkatkan kinerja individu. Sehingga variabel organisasi berefek tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu.
Seorang masuk dan bergabung dalam organisasi dari asal-usul, usia dan budaya yang berbeda serta kemampuan dan keretampilan dan pengalaman yang bermacam-macam. Perbedaan karakterisktik ini perlu penyesuaian terhadap situasi tempat kerja. Rendahnya kinerja individu dalam organisasi disebabkan oleh rendahnya kemampuan dan keterampilan kerja, kurang motivasi, lemahnya instruksi serta kurangnya dukungan pelayanan dalam pelaksanaan kegiatan organisasi.
Pengertian faktor kinerja tersebut adalah sebagai berikut :
1.         Variabel Individu.
a.         Kemampuan dan ketrampilan
Kemampuan kerja adalah kapasitas individu dalam menyelesaikan berbagai tugas dalam sebuah pekerjaan, kemampuan menyeluruh seorang karyawan meliputi kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.20). Kemampuan intekektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk mengerjakan kegiatan-kegiatan mental misalnya pemahaman verbal, deduksi, persepsual, visualisasi ruang lingkup dan ingatan, sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kekuatan dan ketrampilan. Kadar kemampuan dan keterampilan ini dapat diperoleh melalui pendidikan, pelatihan maupun pengalaman, tampa mengabaikan kepatuhan terhadap prosedur dan pedoman yang ada, menjalankan dan menyelesaikan tugas suatu pekerjaan.
Kemampuan Intelektual dibutuhkan untuk menunjukan aktivitas-aktivitas mental. Misalnya test IQ dibuat untuk mengetahui kemampuan intelektual seseorang demikian juga dengan test-test lain, dengan kata lain test-test yang digunakan untuk mengukur dimensi-dimensi khusus dari intelegensi dapat dijadikan pegangan kuat untuk meramalkan prestasi kerja.
b.        Latar Belakang.
Pengalaman/masa kerja Pengalaman/masa kerja dikaitkan dengan waktu mulai bekerja, dimana pengalaman, masa kerja juga ikut menentukan kinerja kerja seseorang, karena semakin lama masa kerja seseorang, maka kecakapan mereka akan lebih baik karena sudah menyesuaikan diri dengan pekerjaan (Agus,2002). Dengan banyak pengalaman yang dimiliki, maka semakin banyak pula keterampilan yang pernah diketahuinya dan hal ini akan memberikan rasa percaya diri dan akan mempunyai sikap ketika menghadapi suatu pekerjaan atau persoalan, sehingga kualitas kinerja kerja akan lebih baik.
c.         Demografi terdiri dari Umur Asal usul dan jenis kelamin
2.         Variabel Psikologi
a.    Persepsi
Gibson berpendapat bahwa persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan seseorang untuk menafsirkan dan memahami duniasekitar. Gambaran kognitif dari individu bukanlah penyajian foto dunia fisik semata, melainkan suatu bagian tafsiran pribadi dimana obyektertentu yang dipilih individu untuk peranan yang utama, dirasakan dalam sikap seorang individu.
b.     Sikap.
1)   Pengertian sikap
Milton dalam Gitosudarmo (2000) memberikan pengertian sikap sebagai keteraturan perasaan dan pikiran seseorang dan kecenderungan bertindak terhadap aspek lingkungannya. Sikap seseorang tercermin dari kecenderungan prilakunya dalam menghadapi situasi lingkungan, seperti orang lain, atasan, bawahan maupun lingkungan kerja.
2)   Pembentukan sikap
Pembentukan sikap berlangsung secara bertahap melalui proses belajar. Proses belajar tersebut terjadi karena pengalaman-pengalaman pribadi dengan obyek tertentu (orang, benda atau peristiwa) dengan cara menghubungkan obyek tersebut dengan pengalaman-pengalaman lain atau melalui proses belajar social. Sebagian besar sikap itu dibentuk melalui kombinasi dari beberapa cara tersebut.
3)   Perubahan Sikap
Perubahan sikap diperoleh melalui proses belajar. Perubahan dapat berupa penambahan, pengalihan atau modifikasi dari satu atau lebih tiga komponen tersebut diatas. Sekali perubahan sikap telah terbentuk maka akan menjadi bagian internal dari individu itu sendiri. Dapat dikatakan bahwa merubah sikap seseorang sedikit banyak juga ikut merubah manusianya. Sikap dapat berubah dari positif ke negative atau sebaliknya. Tidak ada seorang pun yang selalu konsisten secara terus-menerus dan tidak mustahil terdapat inkonsistensi dalam sikap seseorang terhadap obyek, peristiwa dan orang tertentu.
c.    Kepribadian.
Kepribadian adalah semua cara dimana individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain atau organisasi internal dari proses psikologis dan kecenderungan perilaku seseorang. Jadi kepribadian itu merupakan perangkat gambaran diri yang terintegrasi dan merupakan perangkat total dari kekuatan antrapsikis, yang membuat diri kita ini menjadi unik, dengan perilaku yang spesifik
d.   Motivasi
Motivasi merupakan semua kondisi yang memberikan dorongan dari dalam diri seseorang yang digambarkan sebagai keinginan, kemauan, dorongan atau keadaan dalam diri seseorang yang mengaktifkan dan menggerakkan. Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang
mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.
e.    Pembelajaran
Muchlas menyatakan bahwa proses pembelajaran atau belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang relatif permanen yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman hidup dan dapat dikatakan bahwa
perubahan-perubahan perilaku itu menunjukan telah terjadinya proses
belajar dan proses belajar itu sendiri adalah perubahan dalam perilaku.
Jadi jelasnya kita tidak melihat proses belajarnya tetapi melihat perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat dari proses belajar tersebut.
3.         Variabel Organisasi :
a.    Sumber daya
Sumber daya atau alat kerja menurut Stoner et all (2005) menyatakan bahwa disamping motivasi, kemamuan, hal yang juga tidak kalah pentingnya dalam kinerja seseorang adalah kemampuan, sumberdaya dan kondisi dimana seseorang bekerja. Alat kerja yang canggih disertai pedoman dan pelatihan penggunaannya ecara lengkap dan sempurna akan banyak berpengaruh terhadap produktivitas kerja dan kualitas kerja yang baik (Ravianto,2010).
b.    Kepemimpinan
Gibson berpendapat kepemimpinan adalah merupakan fungsi pokok dari segala jenis organisasi. Kepemimpinan adalah sebagai suatu proses untuk dapat mempengaruhi perilaku pengikutnya. Kepemimpinan terjadi dalam dua bentuk yaitu : formal dan informal. Kepimpinan formal terbentuk melalui pemilihan atau pengangkatan dengan wewenang formal, sedangkan kepemimpinan informal terbentuk karena keterampilan, keahlian atau karena wibawa yang dapat memenuhi kebutuhan orang lain.
c.    Analisis Pekerjaan
Muchlas berpendapat analisis pekerjaaan secara sistimatis mengumpulkan, mengevaluasi dan mengorganisasi informasi tentang
pekerjaan-pekerjaan. Siagian. mengatakan analisis pekerjaan adalah usaha yang sistimatik dalam mengumpulkan, menilai dan mengorganisasi semua jenis pekerjaan yang terdapat dalam suatu organisasi.
d.   Penghargaan/imbalan
Imbalan yang diterima karyawan baik berupa honorarium maupun dalam bentuk fasilitas yang lain, berhubungan langsung dengan kebutuhan-kebutuhan pokok karyawan, seperti kebutuhan ekonomi masa sekarang dan mendatang. Kebutuhan pokok yang relatif cukup terpenuhi menyebabkan karyawan lebih berkonsentrasi terhadap pekerjaannya.