Tampilkan postingan dengan label Psikologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Psikologi. Tampilkan semua postingan

Senin, 18 Maret 2024

Indikator Kepemimpinan


Indikator–indikator kepemimpinan menurut Kartono (2013: 189)
diantaranya:
a. Kemampuan analitis
Kemampuan menganalisa situasi yang dihadapi secara teliti, matang,
dan mantap, merupakan prasyarat untuk suksesnya kepemimpinan
sesorang.
b. Ketrampilan berkomunikasi
Dalam memberikan perintah, petunjuk, pedoman, nasihat, seorang
pemimpin harus menguasai teknik-teknik berkomunikasi.
c. Keberanian
Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi ia perlu
memiliki keberanian yang semakin besar dalam melaksanakan tugas.
d. Kemampuan mendengar
Bisa untuk mendengarkan pendapat dari bawahan sehingga bawahan
tidak hanya diberi tugas saja akan tetapi dengarkanlah apa pendapat dari
bawahanya
e. Ketegasan
Ketegasan dalam menghadapi bawahan dan menghadapi
ketidaktentuan sangat penting bagi seorang pemimpin.

Fungsi Kepemimpinan


Menurut Naim & Asma (2019: 98) Pemimpin memiliki fungsi yang
sangat penting dalam sebuah organisasi, bail untuk keberadaan dan juga
kemajuan organisasi tersebut. Pada dasarnya, fungsi kepemimpinan
memiliki 2 aspek yaitu:
a. Fungsi Administratif
Yang dimaksud dengan fungsi Administratif adalah pengadaan
formula kebijakan administrasi di dalam suatu organisasi dan
menyediakan segala fasilitasnya.
b. Fungsi sebagai Top Manajemen
Fungsi sebagai Top Manajemen adalah fungsi pemipin dalam
aktivitas pembuatan Planning, Organizing, Staffing, Directing,
Commanding, dan Controlling.
Sedangkan menurut Hadari Nawawi dalam Naim & Asma (2019: 98)
Beberapa fungsi kepemimpinan adalah:
a. Fungsi Instruktif
Pemimpin berperan sebagai komunikator yang menentukan apa (isi
perintah), bagaimana (cara melakukan), bilamana (waktu pelaksanaan),
dan di mana (tempat mengerjakan) agar keputusan dapat diwujudkan
secara efektif. Dengan kata lain, fungsi orang yang dipimpin hanyalah
utuk melaksanakan perintah pemimpin.
b. Fungsi Konsultif
Pemimpin menggunakan fungsi konsulatif sebagai cara
berkomunikasi dua arah dalam upaya menetapkan sebuah keputusan
yang membutuhkan pertimbangan dan konsultasi dari orang yang
dipimpinnya.
c. Fungsi Partisipasi
Pemimpin bisa melibatkan anggotanya dalam proses pengambilan
keputusan maupun dalam melaksanakannya.
d. Fungsi Delegasi
Pemimpin dapat melimpahkan wewenangnya kepada orang lain,
misalnya membuat dan menetapkan keputusan. Fungsi delegasi adalah
bentuk kepercayaan seorang pemimpin kepada seseorang yang diberikan
pelimpahan wewenang untuk bertanggung jawab.
e. Fungsi Pengendalian
Pemimpin bisa melakukan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan
pengawasan, terhadap kegiatan para anggotanya.

Kepemimpinan


Aktivitas manusia secara bersama-sama senantiasa memerlukan
kepemimpinan. Organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinan
mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai
keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan
konseptual.

  1. Pengertian Kepemimpinan
    Menurut Yukl dalam Usman (2019: 9) yang menyatakan
    kepemimpinan adalah proses memengaruhi oranglain, untuk memahami dan
    menyetujui kebutuhan yang harus dipenuhi dan cara menindaknya, serta
    proses memfasilitasi individu dan kelompok agar berusaha mencapai tujuan
    bersama.
    Sedangkan menurut Kartono (2013: 187) Kepemimpinan ialah satu
    bentuk dominasi yang didasari oleh kapabilitas/kemampuan pribadi, yaitu
    mampu mendorong dan mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu guna
    mencapai tujuan bersama.
    Sedangkan menurut Hutahaean (2021: 2) Kepemimpinan adalah suatu
    bentuk dominasi yang disengaja atau disadari oleh kemampuan pribadi yang
    mampu mendorong atau mengajak kepada orang lain dalam melakukan
    sesuatu berdasarkan atas penerimaan oleh kelompoknya dan mempunyai
    keahlian yang khusus secara tepat bagi situasi yang khusus.

Peran Strategik Manajemen Sumber Daya Manusia


Perubahan teknologi yang sangat cepat, memaksa organisasi untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan usahanya. Perubahan tersebut telah
menggeser fungsi-fungsi manajeman sumber daya manusia yang selama ini
hanya dianggap sebagai kegiatan administrasi, yang berkaitan dengan
perekrutan pegawai staffing, coordinating yang dilakukan oleh bagian
personalia saja.
Menurut Bukit et al. (2017: 16-18) saat ini manajeman sumber daya
manusia berubah dan fungsi spesialisasi yang berdiri sendiri menjadi fungsi
yang terintegrasi dengan seluruh fungsi lainnya di dalam organisasi, untuk
bersama-sama mencapai sasaran yang sudah ditetapkan serta memiliki
fungsi perencanaan yang sangat strategik dalam organisasi, dengan kata lain
fungsi sumber daya manusia lama menjadi lebih bersifat strategik. Oleh
karenanya Manajemen sumber daya manusia mempunyai kewajiban untuk
memahami perubahan yang semakin komplek yang selalu terjadi di
lingkungan bisnis, harus mengantisipasi perubahan teknologi, dan
memahami dimensi internasional yang mulai memasuki bisnis akibat
informasi yang berkembang cepat. Perubahan paradigma dari manajemen
sumber daya manusia tersebut telah memberikan fokus yang berbeda dalam
melaksanakan fungsinya di dalam organisasi.
Ada kecenderungan untuk mengakui pentingnya sumber daya
manusia dalam organisasi dan pemusatan perhatian pada kontribusi fungsi
sumber daya manusia bagi keberhasilan pencapaian tujuan strategi
perusahaan. Hal ini dapat dilakukan perusahaan dengan mengintegrasikan
pembuatan keputusan strateginya dengan fungsi-fungsi sumber daya
manusia maka akan semakin besar kesempatan untuk memperoleh
keberhasilan.
Tingkat integrasi antara perencanaan strategis dengan fungsi-fungsi
sumber daya manusia terwujud dalam 4 (empat) macam hubungan :
a. Hubungan Administrasi
Disini manajer puncak dan manajer fungsional yuang lainnya
menganggap fungsi sumber daya manusia relatif tidak penting dan
memandang manusia bukan sebagai keterbatasan maupun aset
perusahaan dalam pengambilan keputusan bisnis.
b. Hubungan Satu Arah
Terdapat hubugan skuensial antara perencanaan strategis dengan
fungsi-fungsi sumber daya manusia. Fungsi sumber daya manusia
merancang program dan sistem untuk mendukung tujuan strategis
perusahaan. Jadi sumber daya manusia bereaksi terhadap inisiatif
strategis tetapi tidak memiliki pengaruh, karena meskipun sudah
dianggap penting namun belum dianggap sebagai mitra bisnis yang
strategis.
c. Hubungan Dua Arah
Ditandai dengan hubungan resiprokal dan saling ketergantungan
antara perencanaan strategi dengan sumber daya manusia. Fungsi
sumber daya manusia dipandang penting dan dapat dipercaya. sumber
daya manusia berperan dalam penentuan arah strategis perusahaan dan
sudah dijadikan mitra strategis.
d. Hubungan Integratif
Ditandai oleh hubungan yang dinamis dan interaktif antar fungsifungsi sumber daya manusia dan perencanaan strategis. Di sini manajer
sumber daya manusia dipandang sebagai sebenar-benarnya mitra bisnis
staregis dan dilibatkan dalam keputusan strategis.

Tantangan Manajemen Sumber Daya Manusia


Mutu sumber daya manusia tidak lepas dari kerja karyawan yang
professional, sehingga diharapkan supaya mutu sumber daya manusia yang
besar timbul pada kalangan professional yang mempunyai kemampuan yang
digunakan buat memperhitungkan serta membentuk citra diri mereka.
Keberhasilan sesuatu organisasi didetetapkan oleh manajemen sumber daya
manusia yang terus menjadi bermutu. Ini merupakan tantangan untuk
manajemen sumber daya manusia dalam mengalami keragaman sumber
daya manusia yang terus menjadi bertambah.
Menurut Kaswan (2012: 8) lebih spesifik mengatakan bahwa
Tantangan-tantangan merupakan kekuatan yang mempengaruhi individu,
komunitas, bisnis, dan masyarakat. Kekuatan-kekuatan itu mengisyaratkan
bahwa sejumlah tindakan harus dilakukan organisasi untuk menangani
ketidakpastian dan turbulensi yang ada dilingkungan.
Menurut Sutrisno (2012: 11) Kesulitan yang dihadapi oleh
manajemen sumber daya manusia dimasa depan tentu tidak akan sama lagi
dengan kondisi masa lampau. Kesulitannya adalah bagaimana menciptakan
organisasi yang semakin beragam dan menuntut pengelolaan yang semakin
efisien, efektif, dan produktif

Fungsi dan Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia


Menurut Sutrisno (2012: 9-11) Manajemen sumber daya manusia
mempunyai peran penting dalam menentukan kualitas sumber daya manusia
dalam suatu organisasi ataupun perusahaan. Kegiatan sumber daya manusia
merupakan bagian proses manajemen sumber daya manusia yang paling
sentral, dan merupakan suatu rangkaian dalam mencapai tujuan organisasi.
Menurut Sutrisno (2012: 9-11) kegiatan manajemen sumber daya
manusia akan berjalan lancar, apabila memanfaatkan fungsi-fungsi
manajemen.
Fungsi manajemen yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Perencanaan adalah kegiatan memperkirakan tentang keadaan
ketenagakerjaan, agar sesuai dengan kebutuhan organisasi secara efektif
dan efisien, dalam membantu terwujudnya tujuan.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengatur pegawai dengan
menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang,
integrasi, dan koordinasi, dalam bentuk bagan organisasi.
c. Pengarahan dan pengadaan
Pengarahan adalah kegiatan memberi petunjuk kepada pegawai, agar
dapat kerja sama dengan bekerja efektif dan efisien. Sedangkan
pengarahan dilakukan oleh pemimpin yang dengan tugasnya akan
memberikan arahan kepada pegawai agar mengerjakan tugas dan
tanggung jawabnya dengan baik.
d. Pengendalian
Pengendalian merupakan kegiatan mengendalikan pegawai agar
dapat menaati peraturan organisasi atau perusahaan sesuai dengan apa
yang direncanakan.
e. Pengembangan
Pengembangan adalah merupakan suatu proses peningkatan
keterampilan sebuah teknis, teoritis, kemudian konseptual, serta moral
seorang pegawai melalui pendidikan, wawasan dan pelatihan yang
diberikan khusus perusahaan kepada pegawai.
f. Kompensasi
Kompensasi merupakan pemberian balas jasa langsung berupa uang
atau barang kepada pegawai sebagai imbalan jasa yang diberikan oleh
organisasi.
g. Pengintegrasian
Pengintegrasian adalah merupakan kegiatan untuk mempersatukan
kepentingan suatu organisasi dan kebutuhan pegawai, agar tercipta kerja
sama yang serasi dan saling menguntungkan untuk perusahaan dan
seorang pegawai.
h. Pemeliharaan
Merupakan kegiatan pemeliharaan atau meningkatkan kondisi fisik,
mental, dan loyalitas, agar para pekerja atau karyawan tetap dapat bekerja
sama hingga pension.
i. Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan salah satu fungsi manajemen sumber daya
manusia yang paling penting dan paling utama yang merupakan sebuah
kunci terwujudnya suatu tujuan organisasi, karena tanpa adanya sifat
kedisiplinan ini maka akan sulit bagi suatu perusahaan dan untuk
mewujudkan suatu tujuan tersebut maka untuk mencapainyapun akan
terasa sulit.
j. Pemberhentian
Pemberhentian merupakan putus hubungan kerja seseorang dari
suatu organisasi. Pemberhentian ini dapat disebabkan oleh keinginan
pegawai maupun keinginan organisasi.

Manajemen Sumber Daya Manusia


Manajemen sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat penting
dalam menentukan sebuah keputusan yang dapat mengatur atau
mengembangkan sumber daya manusia dengan harapan memiliki karyawan
yang profesional, dengan melakukan rekrutmen karyawan, proses seleksi, dan
pengklasifikasian keahlian sesuai dengan kemampuan masing-masing seorang
individu.

  1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
    Menurut Ajabar (2020: 4) Manajemen sumber daya manusia adalah
    proses memberdayakan atau memaksimalkan anggota organisasi sehingga
    mampu mencapai tujuan organisasi tersebut secara efektif dan efisien.
    Menurut Sihotang dalam Sinambela (2016: 8) Pada Hakikatnya,
    MSDM merupakan gerakan pengakuan terhadap pentingnya unsur manusia
    sebagai sumber daya yang cukup potensial dan sangat dominan pada setiap
    organisasi. Oleh sebab itu, MSDM adalah keseluruhan proses perencanaan,
    pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap kegiatan
    pengadaan seleksi, pelatihan, penempatan, pemberian kompensasi,
    pengemangan, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pelepasan SDM untuk
    tercapainya berbagai tujuan individu, masyarakat, pelanggan pemerintah
    dan organisasi yang bersangkutan.
    Menurut Sinambela (2016: 8) Manajemen sumber daya manusia
    adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup
    pegawai, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk
    menunjang aktivitas organisasi atau organisasi demi mencapai tujuan yang
    telah ditentukan.
    Sedangkan menurut Sutrisno (2012: 6) lebih spesifik mengatakan
    bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan kegiatan
    perencanaan, pengadaan, pengembangan, pemeliharaan, serta penggunaan
    Manajemen Sumber Daya Manusia untuk mencapai tujuan baik secara
    individu maupun organisasi.

Tahapan Pengendalian Kualitas


Untuk memperoleh hasil pengendalian kualitas yang efektif, maka
pengendalian terhadap kualitas suatu produk dapat dilaksanakan dengan
menggunakan teknik-teknik pengendalian kualitas, karena tidak semua hasil
produksi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Menurut Suyadi
Prawirosentono (2007;72), terdapat beberapa standar kualitas yang bisa
ditentukan oleh perusahaan dalam upaya menjaga output barang hasil produksi
diantaranya:

  1. Standar kualitas bahan baku yang akan digunakan.
  2. Standar kualitas proses produksi (mesin dan tenaga kerja yang
    melaksanakannya).
  3. Standar kualitas barang setengah jadi.
  4. Standar kualitas barang jadi.
  5. Standar administrasi, pengepakan dan pengiriman produk akhir tersebut
    sampai ke tangan konsumen.
    Dikarenakan kegiatan pengendalian kualitas sangatlah luas, untuk itu
    semua pengaruh terhadap kualitas harus dimasukkan dan diperhatikan. Secara
    umum menurut Suyadi Prawirosentono (2007;74), pengendalian atau pengawasan
    akan kualitas di suatu perusahaan manufaktur dilakukan secara bertahap meliputi
    hal-hal sebagai berikut:
  6. Pemeriksaan dan pengawasan kualitas bahan mentah (bahan baku, bahan
    baku penolong dan sebagainya), kualitas bahan dalam proses dan kualitas
    produk jadi. Demikian pula standar jumlah dan komposisinya.
  7. Pemeriksaan atas produk sebagai hasil proses pembuatan. Hal ini berlaku
    untuk barang setengah jadi maupun barang jadi. Pemeriksaan yang
    dilakukan tersebut memberi gambaran apakah proses produksi berjalan
    seperti yang telah ditetapkan atau tidak.
  8. Pemeriksaan cara pengepakan dan pengiriman barang ke konsumen.
    Melakukan analisis fakta untuk mengetahui penyimpangan yang mungkin
    terjadi.
  9. Mesin, tenaga kerja dan fasilitas lainnya yang dipakai dalam proses
    produksi harus juga diawasi sesuai dengan standar kebutuhan. Apabila
    terjadi penyimpangan, harus segera dilakukan koreksi agar produk yang
    dihasilkan memenuhi standar yang direncanakan

Faktor-faktor Pengendalian Kualitas


Menurut Douglas C. Montgomery (2001:26) dan berdasarkan beberapa
literatur lain menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian
kualitas yang dilakukan perusahaan adalah:

  1. Kemampuan proses
    Batas-batas yang ingin dicapai haruslah disesuaikan dengan kemampuan
    proses yang ada. Tidak ada gunanya mengendalikan suatu proses dalam
    batas-batas yang melebihi kemampuan atau kesanggupan proses yang ada.
  2. Spesifikasi yang berlaku
    Spesifikasi hasil produksi yang ingin dicapai harus dapat berlaku, bila
    ditinjau dari segi kemampuan proses dan keinginan atau kebutuhan konsumen
    yang ingin dicapai dari hasil produksi tersebut. Dalam hal ini haruslah dapat
    dipastikan dahulu apakah spesifikasi tersebut dapat berlaku dari kedua segi
    yang telah disebutkan di atas sebelum pengendalian kualitas pada proses
    dapat dimulai.
  3. Tingkat ketidaksesuaian yang dapat diterima
    Tujuan dilakukan pengendalian suatu proses adalah dapat mengurangi produk
    yang berada di bawah standar seminimal mungkin. Tingkat pengendalian
    yang diberlakukan tergantung pada banyaknya produk yang berada di bawah
    standar yang dapat diterima.
  4. Biaya kualitas
    Biaya kualitas sangat mempengaruhi tingkat pengendalian kualitas dalam
    menghasilkan produk dimana biaya kualitas mempunyai hubungan yang
    positif dengan terciptanya produk yang berkualitas.
    a. Biaya Pencegahan (Prevention Cost)
    Biaya ini merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah terjadinya
    kerusakan produk yang dihasilkan.
    b. Biaya Deteksi / Penilaian (Detection / Appraisal Cost)
    Adalah biaya yang timbul untuk menentukan apakah produk atau jasa
    yang dihasilkan telah sesuai dengan persyaratan-persyaratan kualitas
    sehingga dapat menghindari kesalahan dan kerusakan sepanjang proses
    produksi.
    c. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Cost)
    Merupakan biaya yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian dengan
    persyaratan dan terdeteksi sebelum barang atau jasa tersebut dikirim ke
    pihak luar (pelanggan atau konsumen).
    d. Biaya Kegagalan Eksternal (Eksternal Failure Cost)
    Merupakan biaya yang terjadi karena produk atau jasa tidak sesuai dengan
    persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut dikirimkan
    kepada para pelanggan atau konsumen.

Tujuan Pengendalian Kualitas


Tujuan dari pengendalian kualitas menurut Sofjan Assauri (1998:210)
adalah:

  1. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar kualitas yang telah
    ditetapkan.
  2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.
  3. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan
    menggunakan kualitas produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.
  4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.
    Tujuan utama pengendalian kualitas adalah untuk mendapatkan jaminan
    bahwa kualitas produk atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas
    yang telah ditetapkan dengan mengeluarkan biaya yang ekonomis atau serendah
    mungkin.
    Pengendalian kualitas tidak dapat dilepaskan dari pengendalian produksi,
    karena pengendalian kualitas merupakan bagian dari pengendalian produksi.
    Pengendalian produksi baik secara kualitas maupun kuantitas merupakan kegiatan
    yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Hal ini disebabkan karena semua
    kegiatan produksi yang dilaksanakan akan dikendalikan, supaya barang dan jasa
    yang dihasilkan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, dimana
    penyimpangan-penyimpangan yang terjadi diusahakan serendah-rendahnya.

Pengertian Pengendalian Kualitas


Menurut Sofjan Assauri (1998:25), pengendalian dan pengawasan adalah:
Kegiatan yang dilakukan untuk menjamin agar kegiatan produksi dan operasi
yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang direncanakan dan apabila terjadi
penyimpangan, maka penyimpangan tersebut dapat dikoreksi sehingga apa yang
diharapkan dapat tercapai.
Sedangkan menurut Vincent Gasperz (2005:480), pengendalian adalah:
Control can mean an evaluation to indicate needed corrective responses, the act
guilding, or the state of process in which the variability is atribute to a constant
system of chance couses.
Jadi pengendalian dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk
memantau aktivitas dan memastikan kinerja sebenarnya yang dilakukan telah
sesuai dengan yang direncanakan.
Selanjutnya pengertian pengendalian kualitas dalam arti menyeluruh adalah
sebagai berikut :
Pengertian pengendalian kualitas menurut Sofjan Assauri (1998:210) adalah :
Pengawasan mutu merupakan usaha untuk mempertahankan mutu / kualitas dari
barang yang dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah
ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan.
Menurut Vincent Gasperz (2005:480), pengendalian kualitas adalah:
“Quality control is the operational techniques and activities used to fulfill
requirements for quality”.

Pengendalian Kualitas


Dengan semakin banyaknya perusahaan yang berkembang di Indonesia
dewasa ini, maka bagi manajemen, kualitas produk menjadi lebih penting dari
sebelumnya. Persaingan yang sangat ketat menjadikan pengusaha semakin
menyadari pentingnya kualitas produk agar dapat bersaing dan mendapat pangsa
pasar yang lebih besar. Perusahaan membutuhkan suatu cara yang dapat
mewujudkan terciptanya kualitas yang baik pada produk yang dihasilkannya serta
menjaga konsistensinya agar tetap sesuai dengan tuntutan pasar yaitu dengan
menerapkan sistem pengendalian kualitas (quality control) atas aktivitas proses
yang dijalani.
Dalam menjalankan aktivitas, pengendalian kualitas merupakan salah satu
teknik yang perlu dilakukan mulai dari sebelum proses produksi berjalan, pada
saat proses produksi, hingga proses produksi berakhir dengan menghasilkan
produk akhir. Pengendalian kualitas dilakukan agar dapat menghasilkan produk
berupa barang atau jasa yang sesuai dengan standar yang diinginkan dan
direncanakan, serta memperbaiki kualitas produk yang belum sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan dan sedapat mungkin mempertahankan kualitas
yang telah sesuai.

Manajemen Kualitas


Pada dasarnya manajemen kualitas (Quality Management) didefinisikan
sebagai suatu cara meningkatkan performasi terus-menerus (Contionus
Performance Improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap
area fungsional dari suatu modal yang tersedia. (Quality Vocabulary)
mendefinisikan manajemen kualitas sebagai aktivitas dari suatu fungsi manajemen
secara keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan kualitas, tujuan-tujuan dan
tanggung jawab serta mengimplementasikannya melalui alat-alat seperti :

  1. Penetapan dan pengembangan tujuan dan kebutuhan untuk kualitas serta
    penerapannya yang disebut perencanaan kualitas (Quality Planning).
  2. Teknik-teknik dan aktifitas operasional yang digunakan untuk memenuhi
    persyaratan kualitas disebut pengendalian kualitas (Quality Control).
  3. Semua terencana dan sistematik yang diimplementasikan dan
    didemontrasikan guna memberikan kepercayaan yang cukup bahwa produk
    akan memuaskan kebutuhan untuk kualitas tertentu disebut jaminan kualitas
    (Quality Assurance).
    Manajemen kualitas dapat didefinisikan dalam berbagai versi, namun pada
    dasarnya manajemen kualitas berfokus pada perbaikan terus-menerus untuk
    memenuhi kepuasaan pelanggan dengan berorientasi pada proses yang
    mengintegrasikan semua sumber daya manusia, pemasok-pemasok (supplier) dan
    para pelanggan (costumers) di lingkungan perusahaan (corporate environment).
    Dimana menejemen kualitas diperlukan perencanaan kualitas yang
    meliputi pengembangan produk, sistem dan proses yang dibutuhkan untuk
    memenuhi atau melampaui harapan pelanggan.
    Langkah-langkah yang dibutuhkan menurut The Jaran Trilogy adalah :
  4. Menentukan siapa yang menjadi pelanggan.
  5. Mengidentifikasikan produk dengan keistimewaan yang dapat memenuhi
    kebutuhan pelanggan.
  6. Mengembangkan produk dengan keistimewaan yang dapat memenuhi
    kebutuhan pelanggan.
  7. Mengembangkan sistem dan proses yang memungkinkan organisasi untuk
    menghasilkan keistimewaan tersebut.
  8. Menyebarkan rencana kepada level operasional.

Kualitas


Pengertian atau definisi kualitas mempunyai cakupan yang sangat luas,
relatif, berbeda-beda dan berubah-ubah, sehingga definisi dari kualitas memiliki
banyak kriteria dan sangat bergantung pada konteksnya terutama jika dilihat dari
sisi penilaian akhir konsumen dan definisi yang diberikan oleh berbagai ahli serta
dari sudut pandang produsen sebagai pihak yang menciptakan kualitas. Konsumen
dan produsen itu berbeda dan akan merasakan kualitas secara berbeda pula sesuai
dengan standar kualitas yang dimiliki masing-masing. Begitu pula para ahli dalam
memberikan definisi dari kualitas juga akan berbeda satu sama lain karena mereka
membentuknya dalam dimensi yang berbeda. Oleh karena itu definisi kualitas
dapat diartikan dari dua perspektif, yaitu dari sisi konsumen dan sisi produsen.
Namun pada dasarnya konsep dari kualitas sering dianggap sebagai kesesuaian,
keseluruhan ciri-ciri atau karakteristik suatu produk yang diharapkan oleh
konsumen. Adapun pengertian kualitas menurut American Society For Quality
yang dikutip oleh Heizer & Render (2006:253):
”Quality is the totality of features and characteristic of a product or service that
bears on it’s ability to satisfy stated or implied need.”
Artinya kualitas / mutu adalah keseluruhan corak dan karakteristik dari produk
atau jasa yang berkemampuan untuk memenuhi kebutuhan yang tampak jelas
maupun yang tersembunyi. Para ahli yang lainnya yang bisa disebut sebagai para
pencetus kualitas juga mempunyai pendapat yang berbeda tentang pengertian
kualitas, diantaranya adalah:
Joseph Juran mempunyai suatu pendapat bahwa ”quality is fitness for use” yang
bila diterjemahkan secara bebas berarti kualitas (produk) berkaitan dengan
enaknya barang tersebut digunakan (Suyadi Prawirosentono, 2007:5).
M. N. Nasution (2005:2-3) menjelaskan pengertian kualitas menurut beberapa ahli
yang lain antara lain:
Menurut Crosby dalam buku pertamanya “Quality is Free” yang mendapatkan
perhatian sangat besar pada waktu itu (1979:58) menyatakan, bahwa kualitas
adalah “conformance to requirement”, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau
distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar
kualitas yang telah ditentukan.
W. Edwards Deming (1982:176) menyatakan, bahwa kualitas adalah kesesuaian
dengan kebutuhan pasar.
Menurut Suyadi Prawirosentono (2007:5), pengertian kualitas suatu produk
adalah “Keadaan fisik, fungsi, dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat
memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai nilai uang
yang telah dikeluarkan”.

Penyebab Kegagalan Total Quality Management (TQM)


Apabila suatu perusahaan menerapkan TQM dengan cara yang sama seperti
mereka melaksanakan inovasi manajemen lainnya, maka usaha tersebut tidak
akan berhasil karena TQM merupakan suatu pendekatan baru dan menyeluruh
yang membutuhkan perubahan total atas paradigma manajemen tradisional,
komitmen jangka panjang, kesatuan tujuan, dan pelatihan-pelatihan khusus.
Menurut Tjiptono dan Diana (2003), beberapa kesalahan yang sering dilakukan
antara lain:

  1. Delegasi dan kepemimpinan yang tidak baik dari manajemen senior.
    Inisiatif upaya perbaikan kualitas secara berkesinambungan sepatutnya
    dimulai dari pihak manajemen di mana mereka harus terlibat secara
    langsung dalam pelaksanaannya. Bila tanggung jawab tersebut
    didelegasikan kepada pihak lain (misalnya kepada pakar yang digaji)
    maka peluang terjadinya kegagalan sangat besar.
  2. Team mania.
    Organisasi perlu membentuk beberapa tim yang melibatkan semua
    karyawan. Untuk menunjang dan menumbuhkan kerja sama dalam tim,
    paling tidak ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, baik penyelia
    maupun karyawan harus memiliki pemahaman yang baik terhadap
    perannya masing-masing. Penyelia perlu mempelajari cara menjadi
    pelatih yang efektif, sedangkan karyawan perlu mempelajari cara
    menjadi anggota tim yang baik. Kedua, organisasi harus melakukan
    perubahan budaya supaya kerja sama tim tersebut dapat berhasil.
    Apabila kedua hal tersebut tidak dilakukan sebelum pembentukan tim,
    maka hanya akan timbul masalah, bukannya pemecahan masalah.
  3. Proses penyebarluasan (deployment)
    Ada organisasi yang mengembangkan inisiatif kualitas tanpa secara
    bersamaan mengembangkan rencana untuk menyatukannya ke dalam
    seluruh elemen organisasi (misalnya operasi, pemasaran, dan lain-lain).
    Seharusnya pengembangan inisiatif tersebut juga melibatkan para
    manajer, serikat kerja, pemasok, dan bidang produksi lainnya, karena
    usaha itu meliputi pemikiran mengenai struktur, penghargaan,
    pengembangan keterampilan, pendidikan, dan kesadaran.
  4. Menggunakan pendekatan yang terbatas dan dogmatis.
    Ada pula organisasi yang hanya menggunakan pendekatan Deming,
    pendekatan Juran, atau pendekatan Crosby dan hanya menerapkan
    prinsip-prinsip yang ditentukan di situ. Padahal tidak ada satu pun
    pendekatan yang disarankan oleh ketiga pakar tersebut maupun pakarpakar kualitas lainnya yang merupakan satu pendekatan yang cocok
    untuk segala situasi. Bahkan pakar kualitas mendorong organisasi untuk
    menyesuaikan program-program kualitas dengan kebutuhan mereka
    masing-masing.
  5. Harapan yang terlalu berlebihan dan tidak realistis.
    Bila hanya mengirim karyawan untuk mengikuti suatu pelatihan selama
    beberapa hari, bukan berarti telah membentuk keterampilan mereka.
    Masih dibutuhkan waktu untuk mendidik, mengilhami, dan membuat
    para karyawan sadar akan pentingnya kualitas. Selain itu dibutuhkan
    waktu yang cukup lama pula untuk mengimplementasikan perubahanperubahan proses baru, bahkan seringkali perubahan tersebut memakan
    waktu yang sangat lama untuk sampai terasa pengaruhnya terhadap
    peningkatan kualitas dan daya saing perusahaan.
  6. Empowerment yang bersifat prematur.
    Banyak perusahaan yang kurang memahami makna pemberian
    empowerment kepada para karyawan. Mereka mengira bahwa karyawan
    telah dilatih dan diberi wewenang baru dalam mengambil suatu tindakan,
    maka para karyawan tersebut dapat menjadi self-directed dan
    memberikan hasil-hasil positif. Seringkali dalam praktik, karyawan tidak
    tahu apa yang harus dikerjakan setelah suatu pekerjaan diselesaikan.
    Oleh karena itu sebenarnya mereka membutuhkan sasaran dan tujuan
    yang jelas sehingga tidak salah dalam melakukan sesuatu

Manfaat Total Quality Management (TQM)


Menurut Nasution (2005), manfaat yang akan diperoleh perusahaan melalui
penerapan TQM yang baik antara lain:

  1. Meningkatkan moril atau semangat kerja karyawan.
  2. Meningkatkan efisiensi proses kerja.
  3. Meningkatkan produktivitas.
  4. Mengurangi persaingan yang tidak sehat antar karyawan dan
    meningkatkan inovasi dan kreativitas karyawan.
  5. Meningkatkan mutu barang atau jasa itu sendiri.
  6. Menurunkan biaya.
  7. Meningkatkan kepuasan pelanggan.
  8. Meningkatkan keuntungan/laba perusahaan.

Komponen Total Quality Management (TQM)


Ada sepuluh karakteristik TQM yang dikembangkan oleh Goetsch dan
Davis dalam Nasution (2005) dimana komponen TQM yang harus diperhatikan
dalam menjalankan program pengelolaan kualitas dengan baik adalah sebagai
berikut:
a. Fokus Pada Pelanggan
Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun eksternal merupakan
driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang
disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan
besar dalam menentukan kualitas manusia, proses, dan lingkungan
yang berhubungan dengan produk atau jasa.
b. Obsesi terhadap Kualitas
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pelanggan internal dan
eksternal menentukan kualitas. Dengan kualitas yang ditetapkan
tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa
yang ditentukan tersebut. Hal ini berarti bahwa semua karyawan pada
setiap level berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya
berdasarkan perspektif “Bagaimana kita dapat melakukannya dengan
lebih baik?” bila suatu organisasi terobsesi dengan kualitas, maka
berlaku prinsip „good enough is never good enough‟.
c. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM terutama
untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan
dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang
didesain tersebut. Dengan demikian, data diperlukan dan dipergunakan
dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau prestasi, dan
melaksanakan perbaikan.
d. Komitmen Jangka Panjang
TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis.
Untuk itu, dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena
itu, komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan
perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.
e. Kerja Sama Tim
Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional sering kali
diciptakan persaingan antardepartement yang ada dalam organisasi
tersebut agar daya saingnya terdongkrak. Akan tetapi, persaingan
internal tersebut cenderung hanya menggunakan dan menghabiskan
energi yang seharusnya dipusatkan pada upaya perbaikan kualitas,
yang pada gilirannya untuk meningkatkan daya saing perusahaan pada
lingkungan eksternal.
f. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan
Setiap produk dan atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan prosesproses terntentu di dalam suatu sistem/lingkungan. Oleh karena itu,
sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus-menerus agar kualitas
yang dihasilkannya dapat makin meningkat.
g. Pendidikan dan Pelatihan
Dewasa ini masih terdapat perusahaan yang menutup mata tehadap
pentingnya pendidikan dan pelatihan karyawan. Mereka beranggapan
bahwa perusahaan bukanlah sekolah, yang diperlukan adalah tenaga
terampil siap pakai. Jadi, perusahaan-perusahaan seperti itu hanya akan
memberikan pelatihan sekedarnya kepada para karyawannya. Kondisi
seperti itu menyebabkan perusahaan yang bersangkutan tidak
berkembang dan sulit bersaing dengan perusahaan lainnya, apalagi
dalam era persaingan global. Sedangkan dalam organisai yang
menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang
fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus
belajar. Dalam hal ini berlaku prinsip bahwa belajar merupakan proses
yang tidak ada akhrinya dan tidak mengenal batas usia. Dengan
belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat meningkatkan
keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.
h. Kebebasan yang Terkendali
Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur
yang sangat penting untuk dapat meningkatkan rasa memiliki dan
tanggung jawab karyawan terhadap keputusan yang telah dibuat.
Dalam hal ini, karyawanlah yang melakukan standarisasi proses dan
mereka pula yang mencari cara untuk meyakinkan setiap orang agar
bersedia mengikuti prosedur standar tersebut.
i. Kesatuan Tujuan
Supaya TQM dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus
memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian, setiap usaha dapat
diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi, kesatuan tujuan ini
tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan/ kesepakatan antara
pihak manajemen dan karyawan, misalnya mengenai upah dan kondisi
kerja.
j. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan
Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting
dalam penerapan TQM. Pemberdayaan bukan sekadar melibatkan
karyawan, melainkan juga melibatkan mereka dengan memberikan
pengaruh yang sungguh berarti. Usaha untuk melibatkan karyawan
membawa dua manfaat utama, yaitu untuk meningkatkan
perencanaaan dan pengambilan keputusan, serta meningkatkan rasa
memiliki dan tanggung jawab atas keputusan dengan melibatkan
orang-orang yang harus melaksanakannya.

Prinsip Utama Total Quality Management (TQM)


Menurut Hensler dan Brunell dalam Tjiptono dan Diana (2003), ada 4
prinsip utama dalam TQM yaitu:

  1. Kepuasan Pelanggan
    Dalam TQM, konsep mengenai kualitas dan pelanggan diperluas.
    Kualitas tidak lagi hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi
    tertentu tetapi kualitas ditentukan oleh pelanggan. Kebutuhan
    pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek (harga,
    keamanan, dan ketepatan waktu) sehingga segala aktivitas harus
    dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan.
  2. Respek Terhadap Setiap Orang
    Karyawan merupakan sumber daya organisasi yang paling bernilai,
    oleh karena itu setiap orang dalam organisasi diperlakukan dengan
    baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim
    pengambil keputusan.
  3. Manajemen Berdasarkan Fakta
    Setiap keputusan yang diambil manajemen didasarkan pada data,
    bukan sekedar pada perasaan.
  4. Perbaikan Berkesinambungan.
    Agar dapat sukses, perusahaan perlu melaksanakan perbaikan
    berkesinambungan yang terdiri dari langkah-langkah perencanaan,
    melaksanakan rencana, memeriksa hasil pelaksanaan rencana, dan
    melakukan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh

Pengertian Total Quality Management (TQM)


Menurut Santosa dalam Tjiptono dan Diana (2003), TQM merupakan
sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan
berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota
perusahaan. Tujuan utama dari TQM adalah perbaikan yang dilakukan secara
terus menerus untuk mendapatkan hasil yaitu memperoleh kinerja yang baik
(Tjiptono dan Diana, 2003). Dalam hal ini, TQM diharapkan dapat memberikan
peningkatan kepuasan pelanggan melalui perbaikan secara terus menerus dan
tetap konsisten baik dalam melayani pelanggan.

Sejarah Perkembangan Manajemen Kualitas


Kualitas telah dikenal sejak berabad-abad tahun yang lalu ketika bangsa
Mesir mengukir batu-batu yang digunakan untuk menyusun piramida. Menurut
Ariani (2008), pada jaman modern fungsi kualitas berkembang melalui beberapa
tahap yaitu:

  1. Inspeksi (Inspection)
    Konsep kualitas modern dimulai pada tahun 1920-an. Kelompok kualitas
    yang utama adalah bagian inspeksi. Selama produksi para inspektur
    mengukur hasil produksi berdasarkan spesifikasi. Bagian inspeksi ini tidak
    independen, biasanya mereka melapor ke pabrik. Hal ini menyebabkan
    perbedaan kepentingan.
  2. Pengendalian Kualitas (Quality Control)
    Pada tahun 1940-an, kelompok inspeksi berkembang menjadi bagian
    pengendalian kualitas. Adanya Perang Dunia II mengharuskan produk militer
    yang bebas cacat. Hal ini harus dapat diantisipasi selama proses produksi.
    Tanggung jawab kualitas dialihkan ke bagian quality control yang
    independen. Bagian ini memiliki otonomi penuh dan terpisah dari bagian
    pabrik. Para pemeriksa kualitas dibekali dengan perangkat statistika seperti
    diagram kendali dan penarikan sampel
  3. Penjaminan Kualitas (Quality Assurance)
    Rekomendası yang dihasilkan dari teknik-teknik statistik sering kali tidak
    dapat dilayani oleh struktur pengambilan keputusan yang ada. Pengendalian
    kualitas (quality control) berkembang menjadi penjaminan kualitas (quality
    assurance). Bagian penjaminan kualitas difokuskan untuk memastikan proses
    dan kualitas produk melalui pelaksanaan audit operasi, pelatihan, analisis
    kinerja teknis, dan petunjuk operasi untuk peningkatan kualitas. Penjamınan
    kualitas bekerja sama dengan bagian-bagian lain yang bertanggung jawab
    penuh terhadap kualitas kinera masing-masing bagian.
  4. Manajemen Kualitas (Quality Management)
    Penjaminan kualitas bekerja berdasarkan status quo, schingga upaya yang
    dilakukan hanyalah memastikan pelaksanaan pengendalian kualitas, tetapi
    sangat sedikit pengaruh untuk meningkatkannya. Oleh karena itu, untuk
    mengantisipasi persaingan, aspek kualitas harus selalu dievaluasi dan
    direncanakan perbaikannya melalui penerapan fungsi-fungsi manajemen
    kualitas.
  5. Manajemen Kualitas Terpadu (Total Quality Management)
    Dalam perkembangan manajemen kualitas ternyata bukan hanya fungsi
    produksi yang mempengaruhi kepuasan pelanggan terhadap kualitas. Dalam
    hal ini tanggung jawab terhadap kualitas tidah cukup hanya dibebankan
    kepada suatu bagian tertentu tetapi sudah menjadi tanggung jawab seluruh
    individu di perusahaan. Pola inilah yang disebut Total Quality Management.
  6. Organisasi Belajar (Learning Organization)
    Learning organization menggunakan filosofi continuous quality improvement
    dan menggunakan konsep manajemen pengetahuan karena untuk memberikan
    yang terbaik bagi pelanggan perusahaan harus mampu mengelola
    pengetahuan yang dimiliki.
  7. World-Class Organization
    Konsep ini berkembang mulai abad ke 20 dimana teknologi informasi sudah
    dikenal luas. Oleh sebab itu dalam perkembangannya konsep dan filosofi ini
    dibarengi dengan konsep e-learning