Tampilkan postingan dengan label Biologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Biologi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 24 November 2012

Judul Skripsi Kedokteran: Pengaruh Sampah terhadap Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan

Ada dua hal pengaruh pengelolaan sampah yaitu:
1.      Pengaruh positif
a.       Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan dataran rendah.
b.      Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.
c.       Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak.
d.      Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang biak serangga atau binatang pengerat.
e.       Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan sampah.
f.       Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat.
g.      Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan budaya masyarakat.
h.      Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan suatu negara sehingga dana tersebut dapat digunakan untuk keperluan lain (Budiman Chandra, 2007: 121-122).
2.      Pengaruh negatif
a.       Polusi udara berupa bau yang sangat menyengat akibat proses pembusukan bahan organik. Polusi bau terjadi mulai dari sumber sampah, kemudian di sepanjang jalan dari sumber sampah ke TPA dan lokasi TPA itu sendiri.
b.      Polusi udara berupa asap. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pembakaran sampah. Dampaknya juga berakibat ke pencemaran bau, pandangan terhalang, serta partikulat karbon melayang di udara yang akan membahayakan kesehatan paru-paru.
c.       Polusi air berupa keluarnya air leachate akibat air hujan mencuci sampah yang sudah busuk serta segala kotoran yang terjerap di dalamnya. Air tersebut ada yang mengalir di permukaan tanah yang dampaknya mengotori jalan dan kampung sehingga menimbulkan bau dan penyakit.
d.      Polusi terhadap tanah yang menyebabkan tanah bekas TPA akan dijenuhi garam-garam mineral sehingga tingkat salinitasnya sangat tinggi. Membutuhkan waktu yang lama untuk memulihkannya kembali untuk tujuan lahan pertanian.
e.       Ditinjau dari aspek sosial ekonomi, seluruh areal hamparan TPA dalam radius 2 km, termasuk jalan menuju TPA dikategorikan sebagai daerah polusi. Dampaknya adalah harga jual tanah di daerah tersebut menjadi turun (Sudradjat, 2006: 71-72).

Judul Skripsi Kedokteran: Pencemaran Air dan Tanah

1.      Pencemaran Air
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya. Bila suatu sumber air mengalami pencemaran yang berasal dari air limbah suatu industri sehingga tidak dapat lagi dimanfaatkan untuk air baku air minum, maka dikatakan sumber air tersebut telah tercemar (Ricki M. Mulia, 2005: 46-47).
2.      Pencemaran Tanah
Pengertian pencemaran tanah tidak jauh berbeda dengan pencemaran udara dan air, tanah pun dapat mengalami pencemaran. Walaupun banyak jenis tanah mempunyai kemampuan mengasimilasi dan menetralisir bahan pencemar, namun tanah juga dapat mengalami penurunan kualitasnya, tanah tidak dapat lagi memberikan daya dukung bagi kehidupan manusia secara optimal (Ricki M. Mulia, 2005: 89).

Judul Skripsi Kedokteran: Arti dan Hubungan Penyakit terhadap Kesehatan Manusia

Secara umum yang dimaksud dengan penyakit adalah segala sesuatu yang menimbulkan masalah terhadap kesehatan manusia sehingga manusia tidak dapat bekerja dengan baik (Ichsan, 1994: 62).
1.      Penyebab Penyakit
Penyebab penyakit terdiri dari 2 golongan yaitu:
a.       Penyebab yang berasal dari dalam tubuh manusia itu sendiri. Hal ini berupa kelainan dari dalam tubuh manusia. Misalnya, perubahan pada kelenjar hormone yang dapat menimbulkan penyakit seperti Basedow, kencing manis, akromegali, dan sebagainya.
b.      Penyebab penyakit dari luar manusia yang dapat terjadi adalah sebagai berikut:
1)      Keadaan mekanis, seperti luka akibat kena benda tajam, tertembak, patah tulang karena jatuh, dan sebagainya.
2)      Keadaan fisik, misalnya susu yang tinggi, terbakar, tersiram air panas, kena aliran listrik, dan sebagainya.
3)      Keadaan bahan kimia yang terlalu banyak mencemari bahan makanan, minuman, atau lingkungan seperti keracunan makanan, gas, dan sebagainya.
4)      Terkena infeksi jasad renik (bakteri, hewan bersel satu, jamur, rickersia dan virus), dan jasad makro (cacing, serangga, dan lain-lain).
5)      Kekurangan unsur-unsur tertentu dalam makanan, misalnya air kurang mengandung flour dapat menimbulkan kerusakan gigi (carries).
6)      Keadaan kejiwaan, misalnya terkejut secara hebat, rasa takut yang terus-menerus (Ichsan, 1994: 63).
2.      Cara Penularan Penyakit
Menurut Notoatmodjo (1996: 35-36), penularan penyakit dapat melalui berbagai cara, antara lain:
a.       Kontak (contact)
Dapat terjadi kontak langsung maupun kontak tidak langsung melalui benda-benda yang terkontaminasi. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung ini pada umumnya terjadi pada masyarakat yang hidup berjubel. Oleh karena itu, lebih cenderung terjadi di kota daripada di desa yang penduduknya masih jarang.
b.      Inhalasi (inhalation)
Yaitu penularan melalui udara/ pernapasan. Oleh karena itu, ventilasi rumah yang kurang, berjejalan (over crowding), dan tempat-tempat umum adalah faktor yang sangat penting di dalam epidemiologi penyakit ini. Penyakit yang ditularkan melalui udara sering kali disebut “air borne infection” (penyakit yang ditularkan melalui udara).
c.       Infeksi
Penularan melalui tangan, makanan atau minuman.

d.      Penetrasi pada kulit
Hal ini dapat langsung oleh organisme itu sendiri. Penetrasi pada kulit misalnya cacing tambang, melalui gigitan vektor misalnya malaria atau melalui luka, misalnya tetanus.

Judul Skripsi Kedokteran: Masalah Pengadaan Air

Air merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Yang disebut secara umum dengan pengadaan air bersih adalah meliputi penyediaan sumber-sumbernya, pengolahan air menurut prinsip sanitasi, penyaluran kepada konsumen, maupun pengawasan kualitas airnya. Dengan pengertian pengadaan air bersih adalah air bersih untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga (air minum), rumah tangga maupun umum (Slamet Ryadi, 1986: 42).
Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena penyediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150 – 200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat (Budiman Chandra, 2007: 39).
Masalah pengawasan kualitas air dapat dimonitor melalui prosedur pemeriksaan secara berkala baik dari segi biologis, khemis, maupun fisis.
1.      Syarat-syarat Air Bersih
Agar manusia tidak menerima akibat buruk dari penggunaan air, maka harus mengenal syarat-syarat air yang dapat digolongkan sebagai air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Menurut Notoatmodjo (1996: 153) pada dasarnya air dikatakan air bersih, apabila telah memenuhi 3 persyaratan:
a.       Syarat fisik, artinya air tersebut bening (tidak berwarna), tidak berasa, suhu di bawah suhu udara di luarnya.
b.      Syarat bakteriologis, harus terbebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen. Setelah melalui pemeriksaan, maka sekurang-kurangnya dalam 90% dari jumlah contoh air yang dikumpulkan tidak terdapat bakteri golongan coli.
c.       Syarat kimia, air harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.
2.      Parameter Kualitas Air
Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman patogen dan segala makhluk yang membahayakan bagi kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia  yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis dan dapat merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Pada hakekatnya tujuan ini dibuat untuk mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air (Juli Soemirat, 1994: 110).
Menurut Juli Soemirat, (1994: 111-117), parameter pengukuran kualitas air selalu dibagi kedalam beberapa bagian sebagai berikut:


a.       Parameter Fisis
1)      Bau
Bau pada air dapat memberikan petunjuk akan kualitas air. Bau air bergantung dari sumbernya, dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia, ganggang, plankton, atau tumbuhan dan hewan air yang hidup maupun yang sudah mati.
2)      Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik, biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan organik dapat berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Bakteri juga merupakan zat organik tersuspensi sehingga pertambahannya akan menambah kekeruhan air.
3)      Rasa
Air minum biasanya tidak memberi rasa / tawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan.
4)      Temperatur
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran atau pipa, menghambat reaksi-reaksi biokimia di dalam saluran, mikroorganisme tidak berkembangbiak dan apabila diminum dapat menghilangkan dahaga.
5)      Warna
Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alas an estetis dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mokroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan adanya tanin dan asam humat yang terdapat secara alamiah di air rawa. Warna juga dapat berasal dari buangan industri.
b.      Parameter Kimia
1)      Air raksa (Hg)
Air raksa adalah metal yang menguap pada temperatur kamar. Hg merupakan racun sistemik dan diakumulasi dalam hati, ginjal, limpa dan tulang. Keracunan Hg akan menimbulkan gejala susunan saraf pusat seperti kelainan kepribadian, pikun, imsomnia, iritasi, depresi, dan rasa ketakutan.
2)      Aluminium (Al)
Aluminium adalah metal yang dapat dibentuk, dan karenanya banyak digunakan, sehingga banyak terdapat di lingkungan dan didapat pada berbagai jenis makanan. Dalam dosis tinggi dapat menimbulkan luka pada usus. Al dalam bentuk debu dapat diakumulasi dalam paru-paru, dapat pula menyebabkan iritasi kulit, selaput lender, dan saluran pernafasan.
3)      Arsen (As)
Arsen adalah metal yang mudah patah, berwarna keperakan, dan sangat toksik. As elemental di dapat di alam dalam jumlah yang sangat terbatas, terdapat bersama-sama Cu, sehingga didapatkan sebagai produk sampingan pabrik peleburan Cu. Keracunan As pada manusia dapat menyebabkan muntaber disertai darah, disusul dengan koma, dapat menyebabkan kematian.
4)      Barium (Ba)
Barium juga suatu metal, berwarna putih. Barium banyak terdapat di lingkungan. Dalam bentuk debu Ba dapat diakumulasi dalam paru-paru dan dapat menyebabkan fibrosis. Keracunan Ba dapat menghentikan otot-otot jantung dalam waktu 1 jam. Pada fase akhir keracunan dapat terjadi kelumpuhan urat saraf.
5)      Besi (Fe)
Besi atau Ferrum adalah metal berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk. Di alam terdapat sebagai hematite. Di air minum Fe menimbulkan rasa, warna kuning, pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan. Dalam dosis besar Fe dapat merusak dinding usus. Debu Fe dapat diakumulasi dalam alveoli, dan menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru.
6)      Fluorida (F)
Fluor adalah halogen yang sangat reaktif, karenanya di alam selalu didapat dalam bentuk senyawa. Fluorida anorganik bersifat lebih toksik dan lebih iritan daripada yang organik. Keracunan F menyebabkan orang menjadi kurus, pertumbuhan tubuh terganggu, terjadi fluorosis pada gigi serta kerangka, dan gangguan pencernaan yang disertai dengan dehidrasi, cacat tulang, kelumpuhan, dan kematian.
7)      Cadmium (Cd)
Cadmium adalah metal berbentuk kristal putih keperakan. Cd sangat beracun bagi manusia, keracunan akut akan menyebabkan gejala gasterointestinal dan penyakit ginjal.
8)      Kesadahan (CaCo3)
Kesadahan dapat menyebabkan pengendapan pada dinding pipa. Kesadahan yang tinggi disebabkan oleh sebagian besar oleh Calcium, Magnesium, Strontium, dan Ferrum. Masalah yang dapat timbul adalah sabun sulit membusa.
9)      Khlorida
Khlorida adalah senyawa halogen khlor (Cl). Toksisitasnya tergantung pada gugus senyawa. Dalam jumlah banyak, Cl akan menimbulkan rasa asin, korosi pada pipa sistem penyediaan air panas.
10)  Khromium (Cr)
Khromium adalah metal kelabu yang keras. Cr tidak toksik, tetapi senyawanya sangat iritan dan korosif, menimbulkan ulcus yang dalam pada kulit dan selaput lender. Inhalasi Cr dapat menimbulkan kerusakan pada tulang hidung. Di dalam paru-paru Cr dapat menimbulkan kanker.

11)  Mangan (Mn)
Mangan adalah metal kelabu kemerahan. Dalam air juga menyebabkan warna ungu atau hitam. Keracunan seringkali bersifat khronis sebagai akibat inhalasi debu dan uap logam. Gejala yang timbul imsomnia, lemah pada kaki dan otot muka sehingga ekspresi muka menjadi beku dan muka tampak seperti topeng.
12)  Natrium (Na)
Natrium sangat reaktif, karenanya bila berada di dalam air akan terdapat sebagai suatu senyawa. Natrium sendiri bagi tubuh tidak merupakan benda asing, tetapi tonisitasnya tergantung pada gugus senyawanya.
13)  Nitrat, Nitrit
Nitrat dan nitrit dalam jumlah besar dapat menyebabkan gangguan GI (Gastero Intestinal), Diare campur darah, disusul konvulsi koma, dan kematian. Keracunan khronis menyebabkan depresi umum, sakit kepala, dan gangguan mental.
14)  pH
Air minum sebaiknya netral, tidak asam atau basa, untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat, dan korosi jaringan distribusi air minum. Air adalah bahan pelarut yang sangat baik, maka dibantu dengan pH yang tidak netral dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya.

15)  Seng (Zn)
Tubuh memerlukan Zn untuk proses metabolisme, tetapi dalam kadar tinggi dapat bersifat racun. Di dalam air dapat menimbulkan rasa kesat, dan dapat menyebabkan gejala muntaber. Seng menyebabkan warna air menjadi opalescent, dan bila dimasak akan timbul endapan seperti pasir.
16)  Sianida (Cn)
Sianida adalah senyawa Sian (Cn) yang dikenal sebagai racun. Di dalam tubuh akan menghambat pernapasan jaringan, sehingga terjadi asphyxia, orang merasa tercekik dan cepat diikuti oleh kematian.
17)  Sulfat
Sulfat bersifat iritan bagi saluran gastro-intestinal, bila dicampur dengan Magnesium atau Natrium. Jumlah MgSO­­4 yang tidak terlalu besar sudah dapat menimbulkan diare.
18)  Tembaga (Cu)
Tembaga sebetulnya diperlukan dalam perkembangan tubuh manusia tetapi dalam dosis tinggi dapat menyebabkan gejala GI (Gastero Intestinal), SSP (Susunan Saraf Pusat), Ginjal dan hati. Dalam dosis rendah menimbulkan rasa kesat, warna, korosi pada pipa, sambungan, dan peralatan dapur. 
19)  Timbal (Pb)
Timbal adalah metal kehitaman. Pb merupakan racun sistemik dan keracunan Pb akan menimbulkan gejala rasa logam di mulut, garis hitam pada gusi, anorexia, muntah-muntah, kelumpuhan, kebutaan dan lain sebagainya.
20)  Zat padat terlarut (TDS = Total Disolved Solid)
TDS biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula. Selanjutnya efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut.
1.      Hubungan  Air Kotor dengan Kesehatan
Menurut Ichsan (1979: 38-39), Air kotor adalah air yang sudah dicemari. Secara kimia mungkin air tersebut mengandung zat-zat kimia yang membahayakan. Secara bakteriologi, air tersebut mengandung berbagai bakteri penular penyakit. Secara fisik, air tersebut telah berubah, terutama warnanya. Air kotor dapat menimbulkan berbagai penyakit yang biasa dikenal dengan “Water Borne Diseases”. Beberapa penyakit yang diakibatkan oleh air kotor antara lain:
a.       Penyakit Perut: Kholera/ Diare (muntah berak), Disentri, Thyphus
b.      Penyakit Cacing
c.       Penyakit Mata
d.      Keracunan

Judul Skripsi Kedokteran: Gambaran Umum Kesehatan Masyarakat

Kesehatan masyarakat adalah kiat untuk mencegah penyakit, memperpanjang harapan hidup dan meningkatkan kesehatan serta efesiensi masyarakat melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk; sanitasi lingkungan, pengendalian penyakit menular, pendidikan hygiens perorangan, mengorganisir pelayanan medis dan perawatan agar dapat dilakukan diagnosis dini dan pengobatan pencegahan serta membangun mekanisme sosial, sehingga setiap insan dapat menikmati standar kehidupan yang cukup baik untuk dapat memelihara kesehatan (Notoatmodjo, 1994: 10).
1.      Pengertian tentang Perilaku Kesehatan Individu/ Masyarakat
Perilaku kesehatan individu atau masyarakat adalah hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan individu, memilih makanan, sanitasi dan sebagainya (Notoatmodjo, 1996: 124).
Kesehatan individu dan masyarakat adalah suatu upaya untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan individu (masyarakat) (Notoatmodjo, 1996: 10).
2.      Pengaruh Perilaku Kesehatan Individu terhadap Penyakit Infeksi
Tingkat kebersihan pribadi dan kebersihan makanan yang memadai dan dalam halnya pemaparan patogen akibat pekerjaan, penggunaan pakaian, alas kaki dapat memberi perlindungan terhadap infeksi (Duncan M, 1994: 82).

Judul Skripsi Kedokteran: Hubungan Sampah dengan Kesehatan

A.    Hubungan Sampah dengan Kesehatan
1.      Pengertian Sehat
Dalam Undang-Undang Pokok Kesehatan nomor 9 tahun 1960 Bab I pasal 2, kesehatan adalah keadaan sempurna yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental), sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan (Juli Soemirat, 1994: 4).
Menurut Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, disebutkan bahwa sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomi (Juli Soemirat, 1994: 4).
2.      Pengaruh Sampah terhadap Kesehatan
Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi efek langsung dan efek tidak langsung. Yang dimaksud efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak langsung dengan sampah tersebut. Misalnya sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh, yang karsinogenik, dan lain sebagainya. Selain itu ada pula sampah yang mengandung kuman patogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit. Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses pembusukan, pembakaran dan pembuangan sampah. Efek tidak langsung lainnya berupa penyakit bawaan vektor yang berkembangbiak di dalam sampah. Sampah apabila ditimbun sembarangan dapat dipakai sarang lalat dan tikus sebagai vektor penyakit perut (Juli Soemirat, 1994: 154-155).
3.      Jenis Penyakit yang Berhubungan dengan Sampah dan Air
Sampah sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Pengaruh yang tidak langsung dirasakan oleh masyarakat adalah akibat proses pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah. Selain itu, penyakit bawaan vektor dapat berkembang biak di dalam sampah. Sampah apabila ditimbun sembarangan dapat menjadi sarang lalat dan tikus. Penyakit bawaan sampah sangat luas dan dapat berupa penyakit menular, tidak menular dan dapat berupa juga akibat kebakaran, keracunan dan lain-lain (Juli Soemirat, 1994: 155).
Adanya penyebab penyakit dalam air, dapat menyebabkan efek langsung terhadap kesehatan. Peran air dalam terjadinya penyakit menular antara lain; sebagai penyebar mikroba pathogen, sebagai sarang insekta penyebar penyakit, sebagai sarang hospes sementara penyakit, dan lain sebagainya. Penyakit menular yang disebarkan oleh air secara langsung diantara masyarakat seringkali dinyatakan sebagai penyakit bawaan air atau “water borne deseases”. Penyakit-penyakit ini hanya dapat menyebar apabila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air ini banyak macamnya, mulai dari virus, bakteri, protozoa, dan metazoan (Juli Soemirat, 1994: 94). 

Judul Skripsi Lingkungan: Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir Sampah

Untuk mendukung operasi dan fungsi TPA, maka diperlukan sarana dan prasarana antara lain:
a.       Sarana TPA sampah meliputi:
1)      Ventilasi gas, untuk mengalirkan gas yang dihasilkan dari proses dekomposisi sampah.
2)      Drainase keliling TPA. Drainase dibuat terpisah untuk menyalurkan air hujan dan air lindi (leachate).
3)      Jembatan timbangan dan komputerisasi, untuk mengetahui dan mencatat volume sampah, asal sampah, jenis sampah, tanggal dan waktu kedatangan.
4)      Sumur monitor, yang berfungsi untuk memonitor air tanah disekitar TPA.
b.       Prasarana TPA sampah
Prasarana TPA (fasilitas penunjang) yang tersedia di TPA sampah Purworejo terdiri dari:
1)      Ruang perkantoran
2)      Ruang workshop untuk memperbaiki dan memelihara kendaraan operasional
3)      Bak pengolahan air lindi atau leachate
4)      Alat ukur curah hujan
5)      Tempat cuci dan garasi kendaraan
6)      Jalan masuk ke areal TPA
1.      Aktivitas Pengelolaan Sampah di TPA
Aktivitas pengelolaan sampah di TPA antara lain meliputi kegiatan-kegiatan yaitu:
a.       Penurunan sampah
Penurunan sampah dari kendaraan pengangkut dilakukan pada lokasi yang telah ditentukan. Untuk kelancaran pembongkaran sampah maka perlu adanya pengaturan rute atau lintasan kendaraan di lokasi pembongkaran. Pembongkaran dilakukan secara efisien, untuk menghindari kendaraan slip dan lain sebagainya.
b.      Pemadatan dan pemerataan sampah
Pemadatan dan perataan sampah dilakukan lapis demi lapis, dengan ketebalan 1,5 sampai 2 meter. Pemadatan dilakukan dengan menggunakan buldozer sebanyak 4 kali, dengan kemiringan antara 200 – 300 (kemiringan 1 : 2 sampai 1 : 3) untuk memudahkan operasi.
c.       Penutupan sampah
1)      Penutupan harian
Dilakukan pada setiap akhir operasi atau dilakukan pada sore hari dengan ketebalan 5 – 10 cm. hal ini dimaksudkan untuk mengurangi penyebaran bibit penyakit dari lokasi TPA. Pada awal operasi tanah yang digunakan untuk menutup sampah berasal dari TPA itu sendiri yang telah disimpan sebelumnya dalam ruang penyimpanan, tetapi untuk saat ini tanah penutup berasal dari daerah lain yang ditangani oleh pihak ketiga dan dibeli oleh pihak TPA.
2)      Penutupan sampah antara
Selama proses dekomposisi sampah di TPA, akan timbul gas metan yang terkumpul dalam lapisan tanah. Bila hal ini terjadi maka perlu adanya lapisan antara sebagai penguat untuk mencegah terkumpulnya gas metan tersebut. Lapisan ini berhubungan dengan pipa ventilasi yang mengeluarkan gas dari dalam sampah. Penutupan dilakukan dengan ketebalan 2 m dan dipadatkan untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran serta untuk memudahkan kendaraan melintas diatasnya.
3)      Penutupan sampah akhir
Dilakukan setelah berakhirnya masa operasional TPA atau saat kapasitas maksimal TPA tercapai. Ketebalan  tanah urug adalah 50 – 70 cm. Gas yang terakumulasi dalam timbunan sampah tersebut masih aktif selama 20 tahun sejak penutupan akhir TPA. Oleh karena itu pemadatan disesuaikan dengan peruntukan pemanfaatan dari akhir operasi TPA tersebut dengan pertimbangan apakah akan digunakan untuk penghijauan atau dimanfaatkan untuk kegiatan lain.
2.      Operasional Monitoring
Monitoring adalah suatu kegiatan yang dilakukan terhadap aspek operasional TPA, menurut Yogyakarta Urban Development Project: 1995 adalah sebagai berikut:
a.       Monitoring Leachate
Leachate adalah cairan yang berupa rembesan dari limbah padat yang mengandung bahan-bahan terlarut atau endapan. Leachate merembes melalui lapisan bawah tanah, bahan-bahan kimia dan biologis yang dikandungnya dapat merusak kondisi air tanah. Salah satu cara yang sangat baik untuk mengurangi atau menghilangkan rembesan leachate tersebut yaitu sistem pelapisan dengan tanah liat.
Besarnya jumlah leachate yang terjadi bergantung pada masuknya limpasan air permukaan. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dibuat saluran-saluran drainase tepi TPA tersebut.
b.      Monitoring sampah
Kategori sampah yang dapat diterima adalah sampah yang tidak berbahaya misalnya sampah rumah tangga, sampah dari daerah komersial, sampah industri tidak berbahaya, bongkaran bangunan, serta lumpur tidak berbahaya. Sedangkan sampah yang tidak dapat diterima atau dibuang ke TPA adalah sampah berbahaya misalnya sampah yang berasal dari; pabrik kulit, pengrajin batik, bengkel/ pom bensin, industri kimia, percetakan, laboratorium, serta rumah sakit.
Monitoring dilakukan dengan cara mengecek jumlah sampah, penimbangan sampah, pemungutan retribusi, dan tahap pengelolaan sampah yang meliputi; penurunan sampah, perataan dan pemadatan sampah, serta penutupan sampah.
c.       Monitoring badan air
Sistem air bersih yang ada di TPA tidak dimaksudkan untuk penyediaan air minum, melainkan untuk menyediakan air bagi segala kegiatan di TPA. Sistem monitoring badan air yang dilakukan meliputi; pengecekan sistem air bersih, pembersihan filter pasir lambat, pembersihan reservoir, dan pengisian unit disinfeksi

Judul Skripsi Lingkungan: Teknik Operasional Pengelolaan Sampah

1.      Sistem Operasional
Ada dua macam sistem operasional sampah, yakni sistem mikro dan sistem makro. Sistem Mikro adalah pengumpulan sampah dari sumber sampah ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Sistem Makro adalah pengangkutan dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan pengelolaan sampah dilakukan di TPA (Notoatmodjo, 1996: 169).
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Kegiatan pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transpor, pengolahan dan pembuangan akhir (Kuncoro Sejati, 2009: 24).
2.      Metode Pembuangan Akhir Sampah
a.       Metode Open Dumping
Open dumping adalah sampah yang ada hanya ditempatkan begitu saja hingga kapasitasnya tidak lagi terpenuhi. Teknik ini berpotensi menimbulkan gangguan terhadap lingkungan (Kuncoro Sejati, 2009: 26).
Keuntungan:
1)      Mudah dilaksanakan karena tidak membutuhkan metode pengerjaan yang khusus.
2)      Lahan yang tersedia tidak memerlukan konstruksi khusus.
3)      Biaya murah dalam operasional dan pemeliharaan.
Kerugiannya:
1)      Luas lahan yang dibutuhkan cukup besar.
2)      Kurang memperhatikan segi estetika terhadap lingkungan.
3)      Dapat menimbulkan bau dan gangguan adanya penyebaran vektor penyakit.
4)      Kurang memperhatikan segi perlindungan lingkungan karena hasil dekomposisi sampah (leachate) dapat mencemari air tanah.
b.      Metode Controlled Landfill
Metode ini adalah menimbun sampah pada daerah tersebut sampai pada ketinggian yang dikehendaki atau bisa dengan penggalian tanah sebagai tempat pembuangan sampah, kemudian tumpukan sampah itu ditimbun dengan lapisan tanah dan dilakukan pemadatan dengan menggunakan alat berat (Anonim, 1995).
Keuntungan:
1)      Mudah dilaksanakan karena menggunakan metode yang sederhana.
2)      Lahan yang tersedia tidak memerlukan konstruksi.
3)      Murah dalam operasi dan pemeliharaan karena sistem yang digunakan tidak terlalu kompleks.
4)      Tidak menimbulkan dampak negatif bagi estetika kota, sebab sampah tersebut tidak tersebar sembarangan.
5)      Tidak menyebabkan dampak negatif bagi kesehatan lingkungan karena gangguan bau sampah dapat dihindari dan berkurangnya vektor penyebab penyakit.
Kelemahan:
1)      Memerlukan daerah yang cukup besar untuk lokasi pembuangan akhir.
2)      Memerlukan anggaran biaya yang khusus untuk pembayaran tenaga operasional dan pemeliharaan alat.
c.       Metode Sanitary Landfill
Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam metode ini, pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan demikian, sampah tidak berada di ruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang pengerat. Syarat sanitary landfill yang baik adalah sebagai berikut:
1)      Tersedia tempat yang luas.
2)      Tersedia tanah untuk menimbunnya.
3)      Tersedia alat-alat besar.
Lokasi sanitary landfill yang lama dan sudah tidak dipakai dapat dimanfaatkan sebagai tempat pemukiman, perkantoran, dan sebagainya (Budiman Chandra, 2007: 116).
d.      Incineration
Incineration atau insinerasi adalah suatu metode pemusnahan sampah dengan cara membakar sampah secara besar-besaran dengan menggunakan fasilitas pabrik.
Keuntungan:
1)     Volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya.
2)     Tidak memerlukan ruang yang luas.
3)     Panas yang dihasilkan dapat dipakai sebagai sumber uap.
4)     Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Kerugian:
1)     Biaya besar
2)     Lokalisasi pembuangan pabrik sukar didapat karena keberatan penduduk.

Judul Skripsi Lingkungan: Pengertian, Sumber dan Klasifikasi Sampah

1.      Pengertian Sampah
a.       Menurut Notoatmodjo (1996: 166)
Pengertian sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang.
b.      Menurut Azwar (1979: 53)
Sampah (refuse) dalam ilmu kesehatan lingkungan adalah sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau harus dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan hidup.
Berdasarkan definisi sampah diatas maka, dapat disimpulkan bahwa sampah adalah bahan-bahan hasil dari kegiatan masyarakat umum yang tidak digunakan lagi, yang pada umumnya berupa benda padat, baik yang mudah membusuk maupun yang tidak mudah membusuk, kecuali kotoran yang keluar dari tubuh manusia, yang ditinjau dari segi sosial ekonomi sudah tidak berharga, dari segi keindahan dapat mengganggu dan mengurangi nilai estetika dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian lingkungan.

2.      Sumber Sampah
Menurut Budiman Chandra (2007: 113-114), sumber sampah dapat berasal dari:
a.       Pemukiman penduduk
Sampah disuatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), abu, atau sampah sisa tumbuhan.
b.      Tempat umum dan tempat perdagangan
Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan, termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa-sisa bahan bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya.
c.       Sarana layanan masyarakat milik pemerintah
Sarana layanan masyarakat yang dimaksud antara lain, tempat hiburan dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (misalnya: rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai tempat berlibur, dan sarana pemerintah yang lain. Tempat tersebut biasanya menghasilkan tempat khusus dan sampah kering.
d.      Industri berat dan ringan
Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri kayu, industri kimia, industri logam, tempat pengolahan air kotor dan air minum, dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus, dan sampah berbahaya.
e.       Pertanian
Sampah yang dihasilkan dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian seperti kebun, ladang, ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman.
3.      Klasifikasi Sampah
Sampah dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori antara lain:
a.       Sampah Berdasarkan Bentuk
Menurut Hadiwiyoto (dalam Kuncoro Sejati, 2009: 14), sampah berdasarkan bentuknya dapat dibedakan menjadi:
1)      Sampah padat (solid) misal: daun, kertas, karton, kaleng, plastik dan logam.
2)      Sampah cair, misalnya bekas air pencuci, bekas cairan yang tumpah, tetes tebu, dan limbah industri yang cair.
3)      Sampah berbentuk gas, misalnya karbondioksida, amonia, H2S, dan lainnya.
b.      Sampah Berdasarkan Proses Terjadinya
Sampah berdasarkan proses terjadinya dapat dibedakan menjadi:
1)      Sampah alami, yaitu sampah yang terjadi karena proses alami, misalnya daun-daun yang rontok.
2)      Sampah non alami, yaitu sampah yang terjadi karena kegiatan manusia, misalnya: plastik dan kertas.
c.       Sampah Berdasarkan Zat Kimia yang Terkandung
Menurut Notoatmodjo (1996: 167), sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya dapat dibedakan menjadi:
1)      Sampah anorganik, yaitu sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya: logam/ besi, pecahan gelas, plastik, dan sebagainya.
2)      Sampah organik, yaitu sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya: sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan, dan sebagainya.
d.      Sampah Berdasarkan Karakteristik
Menurut Budiman Chandra (2007: 112), sampah dapat dibedakan menjadi beberapa pengertian, antara lain:
1)      Garbage, adalah terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. Sampah jenis ini dapat ditemukan di tempat pemukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar, dan sebagainya.
2)      Rubbish, terbagi menjadi 2 yaitu:
a)      Yang mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, seperti kertas, kayu, karet, daun kering, dan sebagainya.
b)      Yang tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat anorganik, seperti kaca, kaleng, dan sebagainya.
3)      Ashes, adalah semua sisa pembakaran dari industri.
4)      Street sweeping, adalah sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau manusia.
5)      Dead animal, adalah segala jenis bangkai binatang besar (anjing, kucing, dan sebagainya) yang mati akibat kecelakaan atau secara alami.
6)      House hold refuse, adalah jenis sampah campuran (misalnya, garbage, ashes, rubbish) yang berasal dari perumahan.
7)      Abandoned vehicle, adalah sampah yang berasal dari bangkai kendaraan.
8)      Demolision waste, adalah sampah yang berasal dari sisa pembanguman gedung, seperti tanah, batu dan kayu.
9)      Sampah industri, adalah sampah yang berasal dari pertanian, perkebunan, dan industri.
10)  Santage solid, sampah yang terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang biasanya berupa zat organik, pada pintu masuk pusat pengolahan limbah cair.
11)  Sampah khusus, adalah sampah yang memerlukan penanganan khusus seperti kaleng dan zat radioaktif.