Tampilkan postingan dengan label Bimbingan dan Konseling. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bimbingan dan Konseling. Tampilkan semua postingan

Minggu, 25 Agustus 2019

Pengertian Assertive Training (skripsi dan tesis)

 Assertive training merupakan salah satu teknik dalam terapi behavioral. Menurut Willis (2004) terapi behavioral berasal dari dua arah konsep yakni Pavlovian dari Ivan Pavlov dan skinerian dari B.F Skinner. Mula-mula terapi ini dikemabangkan oleh Wolpe untuk menanggulangi neurosis. Neurosis dapat dijelaskan dengan mempelajari perilaku yang tidak adaptif melalui proses belajar. Dengan kata lain perilaku yang menyimpang bersumber dari hasil belajar di lingkungan. Willis (2004) menjelaskan bahwa assertive training merupakan teknik dalam konseling behavioral yang menitikberatkan pada kasus yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak sesuai dalam menyatakannya. Assertive Training adalah suatu teknik untuk membantu klien dalam hal-hal berikut: a. Tidak dapat menyatakan kemarahan atau kejengkelannya; b. Mereka yang sopan berlebihan dan membiarkan orang lain mengambil keuntungan padanya; c. Mereka yang mengalami kesulitan berkata “tidak”; d. Mereka yang sukar menyatakan cinta dan respon positif lainnya; e. Mereka yang merasakan tidak punya hak untuk menyatakan pendapat dan pikirannya. Selain itu Gunarsih (2007) dalam bukunya Konseling dan Psikoterapi menjelaskan pengertian latihan asertif yaitu prosedur latihan yang diberikan kepada klien untuk melatih perilaku penyesuaian sosial melalui ekspresi diri dari perasaan, sikap, harapan, pendapat, dan haknya. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa assertive training atau latihan asertif adalah prosedur latihan yang diberikan 21 untuk membantu peningkatan kepercayaan diri dalam mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan pada orang lain namun tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain

Pendekatan Behavioral (skripsi dan tesis)

Pendekatan konseling behavioral adalah pendekatan yang berfokus pada tingkah laku klien yang luas cakupannya. Sering kali seseorang mengalami kesulitan karena tingkah laku yang kurang atau berlebihan dari kelaziman. Konselor yang mengambil pendekatan tingkah laku berupaya membantu klien mempelajari cara bertindak yang baru dan tepat, atau membantunya mengubah atau menghilangkan tindakan yang berlebihan. Cormier dkk (dalam Gladding, 2012), mengungkapkan bahwa pendekatan behavioral juga berguna dalam menangani kesulitan yang berhubungan dengan kegelisahan, stres, kepercayaan diri, hubungan dengan orang tua, dan interaksi sosial. James & Gilliland (dalam Gladding. 2012) menjelaskan bahwa Pada dasarnya, pendekatan behavioral diarahkan pada tujuan-tujuan memperoleh tingkah laku baru, penghapusan tingkah laku yang maladaptif, serta memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang diinginkan. Seorang konselor dapat mengambil beberapa peranan, bergantung pada orientasi tingkah lakunya dan tujuan klien. Bagaimanapun juga umumnya konselor yang menggunakan pendekatan behavioral, aktif di dalam sesi konseling. Sebagai hasilnya, klien belajar, tidak belajar, atau mempelajari ulang cara 19 berperilaku yang spesifik. Dalam proses itu, konselor berfungsi sebagai konsultan, guru, penasihat, fasilitator, dan pendukung. Konselor behavioral memberikan instruksi atau memberikan tenaga pendukung di lingkungan klien yang membantu proses perubahan. Konselor behavioral yang efektif bekerja dari suatu perspektif yang luas dan melibatkan klien di dalam setiap tahapan konseling. Pada dasarnya konselor ingin membantu klien untuk menyesuaikan diri dengan baik terhadap kondisi kehidupannya, dan mencapai tujuan pribadi dan profesionalnya. Langkah besar dalam pendekatan behavioral adalah bahwa konselor dan klien mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Satu aspek yang penting dari peran klien dalam pendekatan behavioral adalah klien didorong untuk bereksperimen dengan tingkah laku baru dengan maksud memperluas perbendaharaan tingkah laku adaptifnya. Dalam terpi, klien dibantu untuk menggeneralisasikan dan mentransfer belajar yang diperoleh di dalam situasi konseling ke dalam situasi di luar konseling. konseling ini belum lengkap apabila verbalisasi-verbalisasi tidak atau belum diikuti oleh tindakan-tindakan. Klien harus berbuat lebih dari sekedar memperoleh pemahaman-pemahaman, sebab dalam pendekatan ini klien harus bersedia mengambil resiko. Masalah-masalah dalam kehidupan nyata harus dipecahkan dengan tingkah laku baru di luar konseling,berarti fase tindakan merupakan hal yang esensial. Keberhasilan dan kegagalan usahausaha menjalankan tingkah laku baru adalah bagian yang vital dari perjalanan konseling

Pengertian bimbingan dan konseling (skripsi dan tesis)

 Menurut Prayitno (1995) menyatakan bahwa Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Dan Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuankemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. Jadi, dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan yang diberikan oleh seorang profesional dalam hal ini adalah seorang konselor kepada seorang konseli atau lebih, dimana bimbingan dan konseling ini adalah untuk memandirikan konseli 18 dalam menyelesaikan masalahnya serta dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Ada dua macam pemberian bantuan yang diberikan jika dilihat dari jumlah konseli yang diberi bantuan, yaitu konseling perseorangan dan bimbingankonseling kelompok. Dan dalam penelitian ini peneliti menggunakan bimbingan kelompok dalam praktek aplikasi penelitian

Jumat, 26 September 2014

Konsultasi Skripsi; Tahapan Konseling Kelompok

Winkel dan Hastuti (2007:607-613) mengatakan konseling kelompok terdiri dari beberapa tahap, yaitu: (a) pembukaan, (b) penjelasan masalah, (c) penggalian latar belakang masalah (d) penyelesaian masalah (e) penutup.
Tahapan-tahapan yang telah disebutkan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.    Pembukaan. Pada tahap ini diletakkan dasar bagi pengembangan hubungan antarpribadi (working relationship) yang baik, yang memungkinkan pembicaraan terbuka dan terarah pada penyelesaian masalah.
b.    Penjelasan masalah. Masing-masing konseli mengutarakan masalah yang dihadapi berkaitan dengan materi diskusi, sambil memngungkapkan pikiran dan perasaannya secara bebas. Selama seseorang konseli mengungkapkan apa yang dipandangnya perlu dikemukakan, konseli lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan berusaha ikut menghayati ungkapan pikiran dan persaan temannya. Mereka dapat menanggapi ungkapan teman dengan memberikan komentar singkat, yang menunjukkan ungkapan itu telah ditangkap dengan tepat
c.    Penggalian latar belakang masalah. Pada tahap ini konselor membawa kelompok masuk ke fase analisis kasus, dengan tujuan supaya para konseli lebih memahami latar belakang masalahnya sendiri-sendiri dan masalah teman, serta sekaligus mulai sedikit mengerti tentang asal-usul permasalahan yang dibahas bersama.
d.   Penyelesaian masalah. Berdasarkan apa yang telah digali dalam fase analisis kasus, konselor dan para konseli membahas bagaimana persoalan dapat diatasi. Kelompok konseli selama fase ini harus ikit berpikir, memandang, dan mempertimbangkan.
e.    Penutup. Bilamana kelompok sudah siap untuk melaksanakan apa yang telah diputuskan bersama, proses konseling dapat diakhiri dan kelompok dibubarkan pada pertemuan terakhir. Bilamana proses konseling belum selesai, pertemuan yang sedang berlangsung ditutup untuk dilanjtkan pada lain hari. Dalam fase ini konselor harus membantu kelompok merefleksi atas manfaat yang diperoleh dari pengalaman dalam kelompok ini. Untuk itu konselor meringkas jalannya proses konseling, mempersilahkan masing-masing konseli mengungkapkan pengalamannya dan menyatakan hal-hal apa yang terasa belum tuntas untuk kemudian diperdalam sendiri (evaluasi terhadap kelompok dan diri sendiri). Kemudian, konselor menegaskan kembali apa yang telah disepakati bersama dan mengusulkan beberapa cara menilai kemajuan pada diri sendiri.

Konsultasi Skripsi; Unsur Konseling Kelompok

Prayitno (1995:60) mengatakan sebagai kegiatan kelompok, konseling kelompok secara penuh mengandung empat unsur, yaitu (a) tujuan kelompok, (b) anggota kelompok, (c) pemimpin kelompok, (d) aturan kelompok.
Berdasarkan unsur-unsur layanan konseling kelompok yang telah disebutkan, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.       Tujuan kelompok, yaitu tujuan bersama yang ingin dicapai oleh kedua kelompok ialah pengembangan pribadi semua peserta dan peralihan-peralihan lainnya melalui perubahan dan pendalaman masalah pribadi peserta
b.      Anggota kelompok, yaitu seluruh peserta kelompok masing-masing melibatkan diri dalam kegiatan itu
c.       Pemimpin kelompok, ialah orang yang bertanggung jawab atas berlangsungnya kegiatan masing-masing kelompok itu
d.      Aturan kelompok, ialah berbagai ketentuan yang hendaknya dijalankan dan dipatuhi oleh semua anggota kelompok dan pemimpin kelompok

Judul Skripsi; Konseling Kelompok

Gazda (dalam Nursalim dan Hariastuti, 2007) menyebutkan bahwa konseling kelompok diartikan sebagai suatu proses interpersonal yang dinamis yang memusatkan pada kesadaran berpikir dan tingkah laku, serta melibatkan fungsi-fungsi terapi yang dimungkinkan, serta berorientasi pada kenyataan-kenyataan, membersihkan jiwa, saling percaya dan mempercayai pemeliharaan, pengertian, penerimaan dan bantuan. Fungsi-fungsi dari terapi itu diciptakan dan dipelihara dalam wadah kelompok kecil melalui sumbangan (saling berbagi) dari tiap anggota kelompok dan konselor. Tujuan konseling kelompok dalam seting sekolah adalah untuk membantu individu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dalam tujuh bidang yaitu: psikososial, vokasional, kognitif, fisik, seksual, moral dan afektif. (Nursalim dan Hariastuti, 2007)
Menurut Damayanti (2012:21) layanan konseling kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melaui dinamika kelompok, masalah yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Lain halnya dengan yang dikatakan oleh Shertzer dan Stones, yaitu dalam konseling kelompok seorang konselor terlibat dalam suatu hubungan dengan sejumlah konseli dalam waktu yang sama. Konseling kelompok merupakan jenis aktivitas kelompok, berciri proses antarpribadi yang dinamis, berfokus pada kesadaran pikiran dan tingkah laku yang melibatkan fungsi-fungsi terapi dalam menyediakan bantuan konseling secara serentak pada empat sampai dua belas orang konseli normal mengelola masalah-masalah penyesuaian dan keprihatinan perkembangan, pemecahan bersama berbagai bidang masalah sosiopsikologis individu dalam kelompok.

Jumat, 07 Desember 2012

Judul Skripsi Psikologi; Asas-Asas Bimbingan Konseling

Dalam penyelengaraan layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling selain dimuati oleh fungsi dan didapatkannya prinsip-prinsip bimbingan dan konseling juga dituntut untuk memenuhi sejumlah asas bimbingan konseling dengan baik sehingga dapat diharapkan proses pelayanan mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkannya. Adapun asas-asas bimbingan dan konseling tersebut adalah:
1.     asas kerahasiaan
asas ini menuntut untuk dirahasiakannya semua data dan keternagan peseta didik yang menjadi sasaran layanan
2.     asas kesukarelaan
merupakan asas yang menghendaki adanya kesuksesan dan kerelaan klien mengikuti atau menjalani layanan yang diperuntukkan baginya
3.     asas keterbukaan
asas yang menghendaki klien yang menjadi sasaran layanan bersikap terbuka, tidak berpura-pura baik keterangan tentang dirinya maupun informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangannya
4.     asas kegiatan
asas bimbingan konseling yang menghendaki peserta didik atau klien berpartisipasi secara aktif dalam penyelenggaran layanan bimbingan
5.     asas kemandirian
asas yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan sehingga setelah dibantu diharapkan klien mandiri
6.     asas kekirian
merupakan asa yang menghendaki masalah yang menjadi obejk sasaran layanan adalah permasalahan dalam kondisi sekarang; apa yang perlu dilakukan sekarang
7.     asas kedinamisan
asas yang menghendaki terjadinya perubahan pada diri individu yang dibimbing yaitu perubahan tingkah laku terarah yang lebih baik
8.     asas keterpaduan
merupakan asas bimbingan dan konseling yang mengusahakan memadukan berbagai aspek kepribadian klien. Selain itu juga memadukan jangan sampai layana  yang diberikan tidak sesuai dengan aspek layanan yang lain
9.     asas kenormatifan
asas yang menghendaki segenap layana dan kegiatan bimbingan konseling tidak bertentangan dengan nilai dan norma yang ada baik norma agama , hukum, dan peraturan adat istiadat yang berlaku, ilmu pengetahuan serta kebiasaan yang berlaku
10. asas keahlian
asas yang menghendaki agar layanan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah profesionalisme
11. asas alihtangan
asas ini menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan bimbingan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik mengalihtangankan permasalahan itu ke pihak yang lebih ahli
12. asas Tut Wuri Handayani
asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi, mengembangkan keteladanan serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik untuk maju. 

Judul Skripsi Psikologi; Prinsip Layanan Bimbingan dan Konseling

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam layanan bimbingan dan konseling adalah:
1.      prinsip berkenaan dengan sasaran layanan
1)        bimbingan dan konseling melayani semua individu (tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi
2)        bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis
3)        bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangan individu
4)        bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individu yang menjadi orientasi pokok pelayanannya
2.      prinsip berkenaan dengan permasalahan individu
1)        bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental dan fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah
2)        kesenjangan sosial, ekonomi, dan budaya yang kurang menguntungkan merupakan salah satu faktor timbulnya pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan dan konseling
3.      prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program layanan
1)        bimbingan dan konseling merupakan bagian integrak dari proses pendidikan dan pengembangan individu. Oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus disusun dan dipandang sejalan dengan program pendidikan dan pengembangan peserta didik
2)        program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga
3)        program bimbingan dan konseling disusun secara berkesinambungan dari jenjang pendidikan yang terendah sampai tertinggi
4)        terhadap isi pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu diadakan penilaian yang teratur dan terarah
4.      prinsip-prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan
1)        bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk mengembangkan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahannya
2)        dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan hendak dilakukan oleh klien itu sendiri bukan karena kemauan atau desakan dari konselor
3)        permasalahan antara konselor, guru dan orang tua amat menentukan hasil pelayanan bimbingan
4)        pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling

Judul Skripsi Psikologi: Bidang Layanan Bimbingan dan Konseling

Empat bidang bimbingan dan konseling di sekolah menurut Prayitno (2001:75-81) adlah sebagai berikut:  a) bimbingan pribadi, b) bimbingan social, c) bimbinga belajar, dan d) bimbingan karir.
Adapun bidang-bidang tersebut ialah:
  1. a.       Bimbingan pribadi, yang meliputi pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyalurn dan pengembangannya melalui kegiatan-kegiatan yang produktif, pemantapan kemampuan dalam mengmbil keputusan, dan pemantapan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya.
  2. b.      Bimbingan sosial,yang  meliputi pemantapan kemampuan berkomunikasi baik melaluiragam lisan maupun tulisan secara efektif, pemantapan pemahaman kondisi dan peraturn sekolah seta upaya pelaksanaanya secara dinamis dan bertanggung jawab, dan orientasi tentang hidup berkeluarga.
  3. c.       Bimbungan belajar, yang meliputi pemantapan disiplin belajar dan berlatih baik secara mandiri maupun kelompok, pemantapan penguasaan materi program belajar di sekolah, dan orientasi belajar di perguruan tinggi.
  4. d.      Bimbingan karir, yang meliputi pemantapan dan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karir, pemantapan dalam cita-cita karir, dan orientasi serta informasi terhadap dunia kerja.


Judul Skripsi Psikologi: Tujuan Layanan Bimbingan Dan Konseling

Tujuan bimbingan dan konseling( DEpdikbud, 1994:5-6) disebutkan bahwa: Pembelajaran, layanan konseling perorangan, laynan konseling kelompok,dan layanan bimbingan kelompok. Adapun penjelasan masing-masing layanan bimbingan dan konseling dapat dilihat di bawah ini:
a.      Layanan Orientasi
Layanan orientasi merupakan bentuk layanan bimbingan yang diberikan kepada siswa untuk mengenalkan lingkungan sekolah yang baru dimasukinya. Karena itu agar siswa lebih merasa familier dengan sekolahnya sendiri maka ia perlu mengenal lebih lanjut tentang berbagai fasilitas dan program-program yangada di sekolah.

b.      Layanan Informasi
 Layanan informasi adalah layanan berupa pemberian pemahaman kepada siswa tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani tugas dan kegiatan disekolah dan untuk menentukan da mengarahkan tujuan hidup.
c.       Layanan Penmpatan dan Layanan Penyaluran.
Penempatan adalah upaya terencana dan sistematis untuk menempatkan siswa pada suatu posisi\tempat yang sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. Sedangkan penyaluran adalah upaya terencana dan sistematis untuk menyalurkan bakat, minat,daan potensi siswa secara optimal.
d.      Layanan Pembelajaran
Layanan yang diberikan pada siswa agar mampu mengembangkan sikap dan kebiasaan yang baik. Pembelajaran adalah proses yang dirancang untuk membawa siswa aktif dalam suasana belajar yang penuh makna.
e.       Layanan Konseling Peroranagan
Benttuk pelayanan khusus berupa hubungan langsung tatap muka antara koselor dan lien. Dalam hubungan ini masalah klien dicermati dan di upayakan pengentasannya, sedapat mungkin dengan kekuatan kita sendiri.
f.       Layanan Konseling Kelompok
Layanan bmbingan dan konseling yang diberikan pada sekelompok individu. Keuntungan dari bentuk layanan ini adalah dengan satu pemberian layanan, telah memberikan manfaat\jasa kepada sekelompok orang.
g.      Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan yang diberikan kepada kelompok siswa baik ada masalah\tidak ada masalah.jumlah anggota berkisar antar 10-30 orang. Keanggotaan kelompok bias anggota tetap\tidak tetap

Judul Skripsi Psikologi; Pengerrtian Bimbingan dan Konseling

Sukardi (2000:20) memberikan pengertian tentang bimbingan sebagai berikut,  ”Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang secara terus menerus dan sistematis oleh konselor agar individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri”.
   Dari kutipan tersebut di atas menjadi jelas bahwa merupakan proses dimana seorang konselor (pembimbing) memberikan bantuan kepada seseorang atau sekelompok secara ssistematis dan terus menerus dengan tujuan supaya individu atau kelompok tersebut menjadi pribadi yang mandiri. Namun tidak semua bantuan yang diberikan dapat disebut bimbingan karena bantuan atau pertolongan mempunyai sifat-sifat lain yang harus dipenuhi misalnya terus menerus,sistematis,dan bantuan diberikan oleh seorang yang ahli dalam bidangnya (konselor).
Di samping itu Prayito (1999:99) memberikan pendapatnya mengenai bimbingan sebagai berikut:
Bimbingan yaitu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdassarkan norma-norma yang berlaku.
 Dari pengertian di atas, maka dapat diketahui bahwa sasaran dari kegiatan bimbingan adalah seseorang atau beberapa orang. Ini berarti bahwa bimbingan dapat diberikan secara individu dan juga dapat secara kelompok.
Bimbingan diberikan kepada siapa saja yang membutuhkan tanpa memandang umur, sehingga baik anak-anak,remaja, maupun orang tua dapat manjadi objek bimbingan.
Walgito (2004 : 5-6) ternyata mempunyai pandangan yang berbeda dalam memberikan bimbingan sebagai berikut:
Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.
Pengertian bimbingan di atas dapat diartikan sebagai pemberian bantuan kepada individu atau kelompok untuk dapat mengatasi persoalan sendiri. Seorang konselor hanya bertugas untuk mengarahkan individu atau kelompok dalam mengatasi  kesulitan-kesulitan dalam kehidupannya agar mampu mencapai kesejahteraan hidupnya.
Istilah bimbingan sering dikaitkan dengan konseling. Seperti halnya dengan pengertian bimbingan, di dalam pengertian konseling juga terdapat beberapa tinjauan atas pengertian itu. Menurut Walgito (2004:7), pengertian konseling adalah sebagai berikut:
Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah hidupnya dengan wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraannya.
Dari pendapat diatas dapat diketahui bahwa konseking merupakan bantuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh klien dengan menggunakan metode tertentu sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan yakni, mendapat kesejahteraan.
Menurut Sukardi (2000:22) pengetian konseling yaitu:
Konseling adalah suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan emat mata atau tatap muka antara konselor dn klien yang berisi usaha laras, unik, human (manusiawi), yang dilakukan dalam suasana keahlian dan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku, agar klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri dan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini dan mungkin pada masa yang akan datang.
Definisi di atas menunjukkan bahwa konseling merupakan usaha untuk mencari jalan keluar dengan memberikan bantuan kepada klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien mengenal dirinya sehingga dapat merubah perilaku kearah yang lebih baik.