Jumat, 06 November 2020

Toleransi Akan Risiko (skripsi dan tesis)

 
Pelaku bisnis atau seorang wirausaha dalam pengambilan keputusan
sebaiknya mempertimbangkan tingkat toleransi akan adanya resiko. Seorang
wirausaha dapat dikatakan risk averse (menghindari resiko) hanya mau
mengambil peluang tanpa resiko, dan seorang wirausaha dikatakan risk lover
(menyukai resiko) untuk mengambil peluang dengan tingkat resiko yang tinggi.
Sebuah kegiatan akan selalu memiliki tingkat resiko yang berbanding
lurus dengan tingkat pengembaliannya. Apabila anda menginginkan
pengembalian atau hasil yang tinggi, anda juga harus menerima tingginya tingkat
resiko. Setiap individu memiliki tingkat toleransi yang berbeda-beda terhadap
resiko, ada yang senang dengan resiko dengan tingkat pengembalian yang
diinginkan dan ada yang takut akan resiko.
Menurut Rivai (2006:20) toleransi terhadap risiko merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi sikap pengambilan risiko, di samping faktor
keterampilan kerja, pendidikan, intelegensi, lingkungan kerja, rasa aman, dan
kemampuan dalam pengambilan keputusan. Ada tiga dimensi toleransi terhadap risiko dalam pemahaman tentang risiko yakni ketidakpastian hasil, harapan hasil, dan potensi hasil.
Menurut Suryana (2009:46) seorang wirausaha harus mampu mengambil
resiko yang moderat, artinya resiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak
terlalu rendah. Keberanian menghadapi resiko yang didukung komitmen yang
kuat, akan mendorong seorang wirausaha
untuk terus berjuang mencari peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata atau jelas, dan merupakan umpan balik bagi kelancaran kegiatannya.
Douglas dan Shepherd (1999) menggunakan resiko yang telah diantisipasi
sebagai alat untuk memprediksi keinginan seseorang untuk menjadi wirausaha, dinyatakan “semakin toleran seseorang dalam menyikapi suatu resiko, semakin besar insentif orang tersebut untuk menjadi wirausaha”.
Persepsi terhadap resiko berbeda-beda tergantung kepada kepercayaan
seseorang, kelakuan penilaian dan perasaan, termasuk juga faktor-faktor
pendukungnya, antara lain latar belakang pendidikan, pengalaman praktis di
lapangan, karakteristik individu, kejelasan informasi, dan pengaruh lingkungan.
Perbedaan persepsi tentang resiko itu sendiri, meskipun tidak terlalu
mencolok, antara lain (Akintoye & Macleod, 1997):
1) Faktor-faktor yang mempunyai efek merugikan terhadap kesuksesan
pelaksanaan proyek secara financial maupun ketepatan waktu, dimana
faktor waktu itu sendiri tidak selalu dapat di identifikasi.
2) Sesuatu keadaan secara fisik, kontrak maupun finansial menjadi lebih sulit
daripada yang telah disetujui dalam kontrak.
3) Kesempatan untuk membuat keuntungan diatas kontrak, dimana kepuasan
klien, harga kontrak, dan waktu penyelesaian diutamakan.
4) Suatu kondisi dimana peristiwa-peristiwa yang tidak direncanakan terjadi

 

Tidak ada komentar: