Menurut Zuckerman (dalam Joireman, Anderson & Strathman, 2003), Sensation
seeking adalah sebuah kepribadian yang ditandai dengan pencarian suatu yang bervariasi,
baru, kompleks serta perasaan dan pengalaman-pengalaman yang mendebarkan dan
keinginan untuk mengambil bahaya-bahaya fisik dan sosial demi untuk pengalaman- pengalaman yang mendebarkan tersebut. Sedangkan Halonen dan Santrock (1999)
menuliskan bahwa Sensation seeking adalah bentuk kepribadian yang ditandai dengan
perilaku yang dimotivasi oleh kebutuhan pada suatu yang berbeda, baru dan sensasi
pengalaman yang lengkap. Seseorang yang memiliki sensation seeking yang tinggi
cenderung untuk lebih termotivasi untuk terlibat dalam perilaku yang berbahaya, pekerjaan yang memiliki risiko berbahaya yang tinggi (misalnya pemadam kebakaran,
pilot) dan jenis-janis olahraga yang lebih ekstrem (Halonen & Santrock, 1999)
Sensation seeking adalah kecenderungan untuk mencari aktifitas yang
mendebarkan dan menarik, untuk mencari risiko dan untuk menghindar dari kejenuhan
atau kebosanan (Larsen & Buss, 2005).
Teori ini berkembang dari penelitian mengenai
sensory deprivation (kehilangan sensoris, rangsangan minimal dari organ-organ perasaan
yang mengalami eliminasi eksperimental, yaitu semua atau sebagian besar dari stimuli
atau rangsangan sengaja dihilangkan yang dilakukan oleh Hebb pada tahun 1955 (dalam
Larsen & Buss, 2005). Dalam penelitiannya ini ia menemukan bahwa seseorang dalam
lingkungan yang tidak memberikan rangsangan sensoris termotivasi untuk memperoleh
masukan sensoris apapun meskipun hal itu termasuk masukan atau input yang diterima
seperti kebosanan, Hebb mengatakan bahwa setiap orang selalu termotivasi untuk
mencari suatu ketegangan dan rangsangan.
Tidak lama setelah penelitian Hebb mengenai sensory deprivation, Zuckerman
dan Habber pada tahun 1965 (dalam Larsen & Buss, 2005) mengungkapkan bahwa tidak semua orang merasakan suatu tekanan yang sama jika berada dalam kondisi tidak adanya
stimulus sensoris. Zuckerman percaya bahwa setiap orang memiliki kebutuhan utama
yang tinggi pada sensasi karena mereka kurang dapat menerima atau memaklumi suatu
kekurangan atau kehilangan (deprivation). Zuckerman menyebut hal tersebut sebagai
sensation seeker karena pencarian yang terus menerus terhadap suatu rangsangan, tidak
hanya dalam penelitian sensory deprivation saja tetapi dalam keseharian di sepanjang
kehidupan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar