Rabu, 11 November 2020
Otonomi kerja (skripi dan tesis)
Otonomi kerja (job autonomy)
merupakan tingkat kebebasan,
independensi, dan kebijaksanaan yang
dimiliki seseorang dalam
merencanakan suatu pekerjaan dan
menentukan cara apa yang digunakan
untuk melaksanakan pekerjaan tersebut
(Astriana, 2010). Otonomi melibatkan
tanggung jawab atas hasil pekerjaan
yang menghasilkan hasil seperti
efisiensi kerja yang tinggi dan tingkat
motivasi intrinsik yang lebih tinggi
(Hackman & Oldham1976; Langfred &
Moye, 2004).
Chung (1977) menekankan bahwa
otonomi memiliki dampak pada metode
kerja, kecepatan kerja dan penetapan
tujuan. Individu dengan otonomi
memiliki kebebasan untuk
mengendalikan laju kerja dan mengatur
proses kerja dan prosedur evaluasi.
Otonomi dan kemandirian tidak sama
dengan pekerja otonom dapat
bergantung pada komunikasi
interpersonal untuk menyelesaikan
tugas-tugas yang saling bergantung
(Dee, Henkin & Chen, 2000).
Penelitian ini menggambarkan bahwa
otonomi kerja menjadi hal yang penting
bagi banyak hasil kerja yang
positif.Gellatly and Irving (2001),
Langfred dan Moye (2004) menemukan
efek positif dari otonomi kerja terhadap
kinerja pekerjaan. Otonomi pekerjaan
meningkatkan kinerja karena pekerja
dengan otonomi kerja yang tinggi akan
merasa bahwa dia dipercaya untuk
melakukan tugas tersebut. Ini akan
berdampak positif untuk motivasi
intrinsik mereka dan efektivitas dalam
bekerja.
Saragih (2011) menjelaskan bahwa
otonomi kerja didefinisikan sebagai
sejauh mana pekerjaan memberikan
kebebasan substansial, kemandirian,
dan keleluasaan untuk individu dalam
pekerjaan penjadwalan dan dalam
menentukan prosedur yang digunakan
dalam melaksanakannya. Pearson, et al, (2009), mengembangkan tiga skala
penilaian (indikator) dalam otonomi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar