Sabtu, 07 November 2020

Definisi nomophobia (skripsi dan tesis)

Nomophobia merupakan sebuah istilah dari kata no-mobile-phonephobia. Istilah ini pertama kali dimunculkan oleh penelitian yang dilakukan oleh UK Post Office pada tahun 2008 yang pada saat itu meneliti tentang kecemasan penggunaan telepon gengga (SecurEnvoy, 2012). Terkandung dua istilah yang berhubungan dengan nomophobia yaitu nomophobe dan nomophobic. Nomophobe merupakan istilah untuk orang yang menderita nomophobia, sedangkan nomophobic merupakan istilah yang digunakan untuk memberikan cirri-ciri karakteristik atau perilaku seseorang yang berhubungan dengan nomophobia (SecurEnvoy, 2012). King, Valencia, dan Nardi (2010) menjelaskan nomophobia sebagai gangguan yang muncul pada abad ke-21 yang merupakan efek perkembangan dari teknologi yang sangat cepat, mereka mengutarakan arti dari nomophobia sebagai perasaan yang tidak nyaman dan cemas ketika tidak melakukan kontak langsung dengan handphone, yang menyebabkan individu takut jika tidak bisa melakukan kontak dengan orang lain atau mendapatkan informasi. Begitu pula pendapat dari Yildirim (2014) yang mengungkapkan bahwa nomophobia (no mobile phone phobia)) merupakan suatu fobia baru yang muncul di era modern yang merupakan hasil dari interaksi indvidu dengan gadget masingmasing, ketakutan berlebih jika tidak menggunakan gadget atau tidak bisa berkomunikasi melalui handphone nya, dan timbulnya perasaan gelisah atau cemas ketika jauh dengan handphone nya. Sedangkan menurut Internasional Business Times (2013) menjelaskan beberapa kondisi dimana individu yang mengalami nomophobia seperti tidak mendapatkan sinyal, tidak dapat menerima panggilan masuk atau melakukan panggilan keluar, baterai habis , dan tidak dapat menggunakan email. Sedangkan sebagian besar individu dengan nomophobic juga mengalami ringxiety (gabungan dari ring dan anxiety) yang dikenal sebagai phantom vibration syndrome, panthom ringing, hyphovibrochondria fauxcellarm yang artinya sensasi palsu ketika handphone berdering atau bergetar (Sharma, Sharma, Sharma, & Wavare, 2015). Berdasarkan teori nomophobia yang dijelaskan oleh beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa kecenderungan nomophobia adalah suatu kecenderungan fobia dimana individu merasakan cemas dan takut ketika berada jauh dari handphone, tidak dapat menghubungi orang lain, tidak mendapatkan sinyal, habis baterai, tidak bisa membuka internet atau social media, serta mengalami ringxiety. Batasan antara nomophobia dengan ketergantungan gadget terletak pada perasaan cemas, gelisah, dan takut berada jauh dari handphone, sedangkan ketergantungan sendiri merupakan usaha untuk melakukan terusmenerus dalam menggunakan handphone. Penggunaan yang berlebihan dapat menimbulkan perilaku adiktif dan ketergantungan, dimana kedua hal tersebut merupakanindikasi dari nomophobia (Pavithra dkk, 2015). Gadget pada dasarnya diciptakan untuk membuat hidup kita lebih produktif. Tetapi ketika kita terlena pada segala kemudahan yang ditawarkan dan menjadi kecanduan gadget (nomophobia), kita akan menjadi budak dari smartphone kita sendiri. Hal ini berdampak buruk bagi hubungan kita dengan orang lain, pekerjaan kita, dan hidup kita. Sudah seharusnya remaja masa kini menghilangkan ketergantungan yang berlebihan pada smartphone. Hilangkan nomophobia dalam kepala kita. Jangan sampai nomophobia dapat menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh orang-orang disekeliling kita. Percayalah, dunia sedang menunggu dan membutuhkan kontribusi aktif dari kalian, para remaja. Ketergantungan remaja terhadap mobile phone disebut dengan nomobile phone phobia (nomophobia) yang merupakan ketakutan dan kecemasan modern akibat dari perkembangan teknologi. Nomophobia yaitu ketakutan dan kecemasan yang terjadi karena tidak ada kontak akses terhadap ponselnya (King etc.all.,2014). Nomophobia diartikan tidak hanya seseorang yang cemas karena tidak membawa ponsel, namun ketakutan dan kecemasan tersebut dapat terjadi karena berbagai kondisi, misal tidak ada jangkauan jaringan, kehabisan baterai, tidak ada jaringan internet, kehabisan kuota, dll. Merujuk pada orang-orang yang mengalami nomophobia ada dua istilah sehari-hari yang dapat digunakan yaitu nomophobe dan nomophobic. Nomophobe merupakan kata benda dan mengacu pada seseorang yang menderita nomophobia, sedangkan nomophobic adalah kata sifat yang mengambarkan karakteristik nomophobe atau perilaku yang berhubungan dengan nomophobia (Yildirim, 2014). Beberapa ahli mendefinisikan nomophobia diantaranya adalah Yildirim (2014) yang berpendapat bahwa nomophobia merupakan rasa takut berada diluar kontak ponsel dan dianggap sebagai fobia modern sebagai efek samping dari interaksi antara manusia, teknologi informasi dan komunikasi khususnya gadget (Yildirim, 2014). Nomophobia secara harafiah adalah “no mobile phone” yang merupakan ketakutan berada jauh dari gadget. Jika seseorang berada dalam suatu area yang tidak ada jaringan, kekurangan saldo atau bahkan lebih buruknya kehabisan baterai, orang tersebut akan merasa cemas, yang memberikan efek merugikan sehingga memengaruhi tingkat konsentrasi seseorang. Penggunaan gadget yang terus-menerus dapat menyebabkan perubahan dari gadget yang hanya sekedar simbol menjadi sebuah kebutuhan dimana gadget menyediakan berbagai fitur seperti diari pribadi, email, kalkulator, video game player, kamera, dan pemutar musik (Yildirim 2014). King (2013) menjelaskan bahwa nomophobia bukan hanya mencakup ponsel tapi juga komputer, dalam penelitiannya nomophobia didefinisikan sebagai ketakutan dunia modern yang digunakan untuk menguraikan ketidaknyamanan atau kecemasan yang diakibatkan oleh tidak tersedianya gadget, komputer atau perangkat komunikasi maya lainnya. Remaja mungkin tidak menyadari bahwa kebiasaan menggunakan smartphone telah membuat jarak antara remaja dengan lingkungan sekitarnya. Remaja jadi canggung ketika berbincang dengan orang lain, yang akhirnya berdampak pada rasa apatis dan tidak mau tahu. Agar ini tidak berlanjut, maka tidak ada cara lain selain meletakan gadget kita di dalam laci dan menceburkan diri dalam pergaulan. Perbanyak aktivitas yang melibatkan diri untuk berinteraksi dengan orang lain sehingga kita akan menggunakan smartphone ketika ada hal yang penting

Tidak ada komentar: