Menurut Csikszentmihalyi (1975b: 36, dalam Smolej, 2007), flow
adalah keadaan psikologis yang menyenangkan yang mengacu pada
sensasi perasaan menyeluruh terhadap aktivitas yang dijalani. Individu
yang mengalami flow sangat terlibat dalam aktivitasnya, dan tidak ada
yang begitu penting saat melakukannya melainkan hanya kesenangan
yang besar dan motivasi yang kuat dari dalam dirinya.
Flow adalah suatu momen sukacita yang besar, suatu kenikmatan
luar biasa, saat seseorang bergumul dengan persoalan yang sulit dalam
bidangnya masing-masing, yang menuntutnya mengerahkan segala
keterampilan, daya upaya dan sumber daya yang mereka miliki sampai ke
batas-batasnya atau bahkan melampauinya (Setiadi, 2016).
Daniel Goleman (2015) berpendapat bahwa flow adalah keadaan
ketika seorang sepenuhnya terserap ke dalam apa yang dikerjakannya,
perhatiannya hanya terfokus ke pekerjaan yang dilakukan. Mampu
mencapai keadaan flow merupakan puncak kecerdasan emosional yang
dapat menumbuhkan perasaan senang dan bahagia. Dalam keadaan flow,
emosi tidak hanya ditampung dan disalurkan, tetapi juga bersifat
mendukung, memberi tenaga, selaras dengan tugas yang dihadapi Flow adalah keadaan psikologis yang optimal ketika individu
menjadi sangat ‘tenggelam’ dan terjadi keseimbangan antara tantangan
dan keterampilan yang dirasakan dalam suatu kegiatan (Csikszentmihalyi,
1990). Keseimbangan yang terjadi antara tantangan tugas dan
keterampilan individu sering dilihat sebagai prasyarat suatu keadaan flow.
Keadaan flow meliputi gairah, konsentrasi dan minat yang cukup intens
untuk mengerjakan suatu tugas, mengarah pada pengalaman yang
menyenangkan, seseorang secara sadar dan aktif menggunakan semua
kemampuannya untuk memenuhi tugas tersebut.
Modal penting seorang siswa dalam proses pembelajaran adalah
memiliki konsentrasi, merasa nyaman, dan memiliki motivasi pada saat
menjalani kegiatan belajar mengajar. Kondisi seperti ini disebut sebagai
flow akademik (Yuwanto, 2011a, dalam Santoso, 2014). Pengertian flow
akademik (Ignatius, 2013) adalah kondisi saat individu dapat
berkonsentrasi, fokus, munculnya rasa nyaman, motivasi yang berasal dari
dirinya sendiri serta menikmati ketika melakukan kegiatan akademik
(belajar dan mengerjakan tugas). Individu yang mengalami flow biasanya
terlibat secara intens dalam kegiatan yang ia lakukan sehingga mereka
cenderung tidak sadar dengan waktu atau tempat (Schunk, dkk, 2008,
dalam Husna & Dewi, 2014).
Teori flow didasarkan pada hubungan simbiosis antara tantangan dan
keterampilan yang diperlukan untuk memenuhi tantangan tersebut.
Pengalaman flow diyakini terjadi ketika keterampilan seseorang yang tidak sesuai atau kurang dimanfaatkan untuk memenuhi tantangan yang
diberikan. Ketika keseimbangan antara tantangan dan keterampilan rapuh
atau terganggu, maka kemungkinan individu akan apatis, merasa cemas
(Csikszentmihalyi, 1990 dalam Shernoff, 2003). Ketika dalam kondisi
cemas, pengajar dapat mengubah tingkat tantangan, dan juga meminta
siswa untuk meningkatkan tingkat keterampilannya untuk mencapai
kondisi flow. Mendapatkan tantangan yang tepat dan memberikan
kesempatan untuk meningkatkan keterampilan dapat menjadi salah satu
cara yang paling ideal untuk siwa terlibat dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah diungkapkan diatas, maka
dapat ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan flow akademik dalam
konteks penelitian ini adalah kondisi dimana individu merasa nyaman,
dapat berkonsentrasi, memiliki motivasi dalam diri, serta mampu
menikmati aktivitas akademik yang sedang dijalani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar