Beberapa ahli sosiologi antara lain Herbert Blumer dan George Mead
melakukan pendekatan tentang interaksionisme simbolik, mereka
berpandangan bahwa manusia adalah individu mampu berpikir, berperasan,
memberi pengertian kepada setiap keadaan melahirkan reaksi dan interpretasi
kepada setiap rangsangan terhadap apa yang dihadapi. Interaksionisme
simbolik dirangkum kedalam prinsip-prinsip berikut (George Ritzer dan
Goodman, 2007:289),
1. Tidak seperti binatang, manusia dibekali kemampuan untuk berpikir
2. Kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial
3. Dalam interaksi sosial, orang mempelajari makna dan simbol yang
memungkinkan mereka menjalankan kemampuan manusia untuk
berpikir.
4. Makna dan simbol memungkinkan orang bertindak dan berinteraksi
5. Manusia mampu mengubah makna dan simbol yang mereka gunakan
dalam bertindak dan berinteraksi berdasarkan tafsir mereka atas suatu
keadaan.
6. Manusia mampu membuat kebijakan modifikasi dan perubahan, sebagian
karena kemampuan mereka berinteraksi dengan diri mereka sendiri, yang
memungkinkan mereka manguji serangkaian peluang tindakan, menilai
keuntungan dan kerugian relative mereka, dan kemudian memilih satu di
antara serangkaian peluang tindakan.
7. Pola-pola tindakan dan interaksi yang saling berkaitan tersebut
membentuk kelompok masyarakat.
Pokok perhatian interaksionisme simbolik yaitu, dampak makna dan
simbol pada tindakan dan interaksi manusia. Manusia mempelajari simbolsimbol dan juga makna didalam interaksi sosial. Makna dan simbol memberi
karakteristik khusus pada tindakan sosial dan interaksi sosial. Orang sering
11
menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan sesuatu tentang diri mereka,
misalnya mengkomunikasikan gaya hidup tertentu (George Ritzer dan
Douglas, 2007:292). Simbol sangat penting dalam memungkinkan orang
bertindak didalam cara-cara manusiawi yang khas. Selain kegunaan umum
tersebut, simbol-simbol pada umumnya dan bahasa pada khususnya
mempunyai sebuah fungsi (George Ritzer, 2012:630);
1. Pertama, simbol-simbol memampukan manusia berurusan dengan dunia
material dan sosial dengan memungkinkan mereka memberi nama atau
mengkategorikan objek yang mereka jumpai.
2. Kedua, simbol meningkatkan kemampuan manusia memahami
lingkungan.
3. Ketiga, simbol meningkatkan kemampuan untuk berpikir, meskipun
sekumpulan simbol hanya memungkinkan kemampuan berpikir terbatas.
4. Keempat, simbol meningkatakan kemapuan manusia untuk memecahkan
berbagai masalah.
5. Kelima, penggunaan simbol memungkinkan para aktor melampaui waktu
dan ruang dan bahkan pribadi mereka sendiri.
6. Keenam, simbol memungkinkan kita membayangkan sesuatu yang
realistis.
Prinsip dasar teori interaksionisme simbolik tersebut tidak semua dipakai
untuk mengkaji permasalahan pada penelitian, akan tetapi ada beberapa poin
yang cocok yang berhubungan dengan makna dan simbol, yaitu interaksi
antar individu melalui simbol-simbol akan saling berusaha untuk saling
memahami maksud tindakan masing-masing individu. Dalam hal ini
penggunaan produk distro menjadi fokus penelitian mempergunakan simbolsimbol tertentu dalam membentuk identitas remaja. Terkait dengan penelitian,
interaksi dan simbol digunakan remaja sebagai bentuk komunikasi dengan
sesama. Dimana biasanya remaja menggunakan simbol sebagai identitas diri
dalam kelompok atau lingkungan mereka agar mereka dikenal dan
12
mempunyai sesuatu untuk dipandang berbeda dari yang lain. Salah satunya
dengan menggunakan produk distro, produk distro yang eksklusif dan limited
digemari oleh remaja SMA sebab memiliki kepuasan tersendiri setelah
menggunakan produk distro tersebut. Didukung lagi distro sering
mengendorse band-band yang banyak digemari oleh remaja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar