Minggu, 07 Juni 2020

Stres Kerja (skripsi dan tesis)


Robbins (2007 : 793) mendefinisikan stress adalah kondisi dinamik
yang didalamnya individu menghadapi peluang kendala, atau tuntutan
yang terkait dengan apa yang sangat diinginkannya dan hasilnya
dipersepsikan sebagai tidak pasti tetapi penting. Stres kerja adalah kondisi
ketergantungan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dari seseorang.
Orang orang yang mengalami stres menjadi nervous dan merasakan
kondisi kronis (Malayu S.P Hasibuan, 2009: 201).
Stres kerja merupakan suatu bentuk tanggapan seseorang, baik fisik
maupun mental terhadap suatu perubahan di lingkungannya yang
dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam (Anoraga,
2008:108). Stres kerja merupakan reaksi-reaksi emosional dan psikologis
yang terjadi pada situasi dimana tujuan individu mendapat halangan dan
tidak bias mengatasinya Rivai & Mulyadi, 2005:308). David dan
Newstrom (2007 : 368) memberikan definisi tentang stres kerja yaitu suatu
kondisi yang mempengaruhi emosi, proses pikiran, dan kondisi fisik
seseorang
Stres kerja tidak selalu berpengaruh negatif, atau dengan kata lain
stres kerja juga dapat memberikan pengaruh yang positif bagi perusahaan,
dimana pada tingkat stres tertentu stres diharapkan
dapat memacu karyawan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan
sebaik-baiknya. Karyawan yang berada dalam kondisi stres kerja akan
menunjukkan perubahan perilaku. Perubahan tersebut terjadi sebagai
bentuk usaha mengatasi stres kerja yang dialami. Robbins (2007:375-377)
membagi tiga jenis konsekuensi yang ditimbulkan oleh stres kerja, antara
lain yaitu :
a. Gejala fisiologis
Stres menciptakan penyakit-penyakit dalam tubuh yang ditandai
dengan peningkatan tekanan darah, sakit kepala, jantung berdebar,
bahkan hingga sakit jantung.
b. Gejala psikologis
Gejala yang ditunjukkan adalah ketegangan, kecemasan, mudah
marah, kebosanan, suka menunda dan lain sebagainya. Keadaan stres
seperti ini dapat memacu ketidakpuasan.
c. Gejala perilaku
Stres yang dikaitkan dengan perilaku dapat mencakup dalam
perubahan dalam produktivitas, absensi, dan tingkat keluarnya
karyawan. Dampak lain yang ditimbulkan adalah perubahan dalam
kebiasaan sehari-hari seperti makan, konsumsi alkohol, gangguan tidur
dan lainnya
Berdasarkan hal tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa stres
kerja merupakan suatu kondisi dimana seorang karyawan mengalami
gangguan psikologis maupun fisik dalam menghadapi suatu permasalahan
atau pekerjaan yang berakibat merusak kinerja karyawan pada tingkat stres
yang tinggi namun, pada tingkat tertentu dapat meningkatkan kinerja
karyawan. Pada prakteknya jika stres yang dialami oleh perawat tidak
segera teratasi maka akan berdampak buruk terhadap karyawan tersebut.
Karyawan yang berada dalam kondisi stres akan memicu terjadinya burn
out yang merupakan kondisi awal kemunculan kelelahan emosional.
Menurut Luthans (2006 : 210-211), penyebab terjadinya stres kerja
adalah dari faktor organisasi dan non organisasi. Penyebab yang bersifat
organisasi salah satunya adalah struktur dalam organisasi sehingga dapat
menimbulkan konflik dalam hubungan antar karyawan, spesialisasi, serta
lingkungan yang kurang mendukung. Hal lain dalam desain organisasi
yang juga dapat menyebabkan stres antara lain adalah, level diferensiasi
dalam perusahaan serta adanya sentralisasi yang menyebabkan karyawan
tidak mempunyai hak untuk berpatisipasi dalam pengambilan keputusan .
Sedangkan faktor yang bersifat non-organisasi, yaitu faktor individual,
antara lain adalah tipe kepribadian karyawan.
Karyawan dapat menanggapi kondisi-kondisi tekanan yang di
hadapinya di perusahaan secara positif maupun negatif. Stres dapat
dinyatakan positif dan merupakan suatu peluang apabila stres tersebut
dapat mempengaruhi mereka untuk meningkatkan usahanya agar
memperoleh hasil optimal. Stres dapat dikatakan negatif apabila stres
tersebut menyebabkan hasil yang menurun pada produktifitas karyawan.
Dalam model stres kerja yang dikembangkan oleh Ivansevich dan
Matteson, “Organizational Stressor and Heart Disease”, (dalam Kreitner
dan Kinicki, 2005 : 29) penyebab stres antara lain meliputi : Level
individual, level kelompok, level organisasional, dan level ekstra
organisasional. Stressor level individual yaitu yang secara langsung
dikaitkan dengan tugas pekerjaan seseorang (person-job interface). Contoh
yang paling umum stressors level individual ini adalah
a. Role overload merupakan kondisi dimana pegawai memiliki terlalu
banyak pekerjaan yang harus dikerjakan atau di bawah tekanan jadwal
waktu yang ketat
b. Role conflict. Terjadi ketika berbagai macam pegawai memiliki tugas
dan tanggung jawab yang saling bertentangan satu dengan yang
lainnya. Konflik ini juga terjadi ketika pegawai diperintahkan untuk
melakukan sesuatu tugas/pekerjaan yang berlawanan dengan hati
nurani atau moral yang mereka anut.
c. Role ambiguity. Terjadi ketika pekerjaan itu sendiri tidak didefinisikan
secara jelas. Oleh karena pegawai tidak mampu untuk menentukan
secara tepat apa yang diminta organisasi dari mereka, maka mereka
terus menerus merasa cemas apakah kinerja mereka telah cukup atau
belum.
d. Responsibility for other people. Hal ini berkaitan dengan kemajuan
karir pegawai. Kemajuan karir yang terlalu lambat, terlalu cepat, atau
pada arah yang tidak diinginkan akan menyebabkan para pegawai
mengalami tingkat stres yang tinggi. Apalagi jika mereka harus
bertanggung jawab terhadap karir seseorang yang lain akan
menyebabkan level stres menjadi lebih tinggi.
Rivai & Mulyadi, (2005:313) menyebutkan bahwa penyebab
stress (stressor) terdiri atas empat hal utama, yakni:
a. Extra organizational stressors, yakni terdiri dari perubahan social
teknologi, keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras
dan kelas dan keadaan komunitas/tempat tinggal.
b. Organizational stressors, yang terdiri dari kebijakan organisasi,
struktur organisasi, keadaan fisik dalam organisasi, dan proses yang
terjadi dalam organisasi.
c. Group stressors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam
grup, kurangnya dukungan social, serta adanya konflik intra
individu, interpersonal, dan intergroup.
d. Individual stressors, yang terdiri dari terjadinya konflik dan
ketidakjelasan peran, serta disposisi individu seperti pola
kepribadian tipe A, kontrol personal, learned helplessness, efikasi
diri dan daya tahan psikologis.
Sedangkan menurut Cooper dalam Rivai dan Mulyadi (2005 : 314)
menyatakan bahwa indikator stress kerja terdiri dari kondisi pekerjaan,
stress karena peran, faktor interpersonal, perkembangan karier, struktur
organiasi dan konflik pekerjaan keluarga

Tidak ada komentar: