Self-esteem adalah keberhargaan (worthiness) atau sikap yang dimiliki
individu terhadap dirinya sendiri, yang tampak dari perasaan berharga atau tidak
berharganya seseorang (Mruk, 2006). Sementara itu, menurut Bangun dkk (2012)
menjelaskan bahwa self-esteem adalah sejauh mana seseorang meyakini bahwa
dia adalah individu yang berharga dan berhak memperoleh pencapaian.
Robbins dan Judge (2007) menambahkan “self-esteem is defined as
individuals’ degree of liking or disliking themselves and the degree to
which they think they are worthy or unworthy as a person”.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka peneliti dapat mengambil
kesimpulan bahwa self-esteem merupakan keyakinan karyawan terhadap diri
mereka sendiri bahwa mereka sangat penting dan berharga untuk organisasi.
Individu dengan self-esteem yang tinggi memiliki kemampuan coping yang lebih
efektif, sehingga kemampuannya dalam menghadapi tantangan serta kesehatan
mentalnya dapat terjaga (Wilburn dan Smith, 2005). Engko (2006) membagi selfesteem menjadi dua dimensi yang dapat ditinjau dari kondisinya yaitu kondisi
kuat dan kondisi lemah.
Individu yang memiliki self-esteem yang kuat akan mampu membina
relasi yang lebih baik dan sehat dengan orang lain, bersikap sopan, dan
menjadikan dirinya sebagai individu yang berhasil. Sebaliknya, jika individu yang
memiliki self-esteem yang lemah akan memiliki citra diri negatif dan konsep diri
yang buruk sehingga akan menjadi penghalang bagi kemampuannya dalam
membentuk satu hubungan antar individu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar