Minggu, 07 Juni 2020

Role Stress (skripsi dan tesis)

Stres adalah kekuatan yang mendorong faktor fisik dan kejiwaan seseorang menjadi tidak stabil kemudian menghasilkan tekanan di dalam diri seseorang (Arnold et al., 1995). Robbins dan Judge (2008:368) menyatakan stres adalah suatu kondisi dinamik yang dialami seorang individu dikonfrontasikan dengan suatu peluang, tuntutan, atau sumber daya yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting. Selye (1956) menyatakan bahwa terdapat dua jenis stres yaitu eustress dan distress. Eustress adalah stres yang memberikan dampak positif sedangkan distress adalah stres yang memberikan dampak negatif. Penyebab stres (stressor) dapat dibagi ke dalam tiga kategori besar, yakni stressor yang berasal dari faktor lingkungan (environmental factors), faktor organisasi (organizational factors), dan faktor individu (personal factors). Salah satu komponen dalam faktor organisasi adalah tuntutan peran (role demand) yang merupakan tekanan yang diberikan kepada seseorang sebagai suatu fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam organisasi. 
 Tekanan peran dalam pekerjaan (role stress) menunjukkan seberapa luas ekspektasi serangkaian peran anggota organisasi menghadapi situasi yang mengandung tiga dimensi, yaitu ketidakjelasan peran, ketidaksesuaian peran sehingga antar peran bertentangan satu dengan lainnya dan beratnya tekanan dalam pekerjaan (Woelf & Snoek, 1962). Role stress adalah tekanan yang dialami seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam organisasi (Robbins dan Judge, 2008:372). Terdapat tiga sumber dari role stress, yaitu role conflict (konflik peran), role ambiguity (ambiguitas peran), dan role overload (banyaknya tuntutan peran) (Peterson,1995; Robbins dan Judge, 2008:372). 1) Role conflict Role conflict (konflik peran) dapat didefinisikan sebagai tingkat dimana performa peran dianggap dipengaruhi oleh tekanan-tekanan yang dapat mengakibatkan munculnya konflik atau tingkah laku yang saling bertentangan (Seniati, 2002). Konflik peran bisa terjadi ketika terdapat dua perintah berbeda dalam waktu bersamaan dan diantara dua perintah tersebut bertolak belakang (Fanani et al., 2008). Menurut Kahn et al. (1964), konflik peran terjadi ketika seorang karyawan menghadapi harapan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, sehingga apa yang diharapkan tidak tercipta secara efektif. Konflik peran terjadi sebagai kejadian simultan dari dua atau lebih bentuk tekanan pada tempat kerja, dimana pemenuhan dari satu peran membuat pemenuhan terhadap peran lain lebih sulit. Konflik peran ada jika seseorang menemui keadaan dimana patuh pada persyaratan satu peran menyebabkan kesulitan untuk mematuhi persyaratan dari suatu peran lain. Pada keadaan ekstrem, dapat mencakup situasi dimana dua atau lebih pengharapan peran saling berlawanan (kontradiksi). 
2) Role ambiguity (ambiguitas peran) Role ambiguity dapat didefinisikan sebagai tidak adanya informasi yang memadai yang diperlukan seseorang untuk memenuhi peran mereka secara memuaskan (Senatra, 1980). Ketidakjelasan peran muncul dalam lingkungan kerja saat seorang karyawan tidak memiliki informasi yang memadai untuk menghasilkan kinerja yang efektif dari peran yang diberikan. Fanani et al. (2008) menyatakan role ambiguity adalah tidak cukupnya informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan, serta tidak adanya arah dan kebijakan yang jelas, ketidakpastian sanksi dan ganjaran terhadap perilaku yang dilakukan. Ambiguitas peran merupakan sebuah konsep yang menjelaskan ketersediaan informasi yang berkaitan dengan peran. Pemegang peran harus mengetahui apakah harapan tersebut benar dan sesuai dengan aktivitas dan tanggung jawab dari posisi mereka. Individu juga harus memahami apakah aktivitas tersebut telah dapat memenuhi tanggung jawab dari suatu posisi dan bagaimana aktivitas tersebut dilakukan (Ahmad dan Taylor, 2009). Kahn et al. (1964) mengemukakan bahwa ambiguitas peran juga dapat meningkatkan kemungkinan seseorang menjadi merasa tidak puas dengan perannya, mengalami kecemasan, memutarbalikkan fakta, dan kinerjanya menurun. 
3) Role overload Role overload adalah kurangnya sumber daya yang dimiliki oleh individu untuk memenuhi komitmen, kewajiban, atau persyaratan (Peterson, 1995). Role overload dapat diartikan terlalu banyak memiliki pekerjaan yang harus dilakukan dalam satu waktu (Beehr et al., 1976). Rapoport dan Rapoport (dalam Coverman, 1989) mendefinisikan role overload sebagai suatu kondisi dimana seseorang memiliki terlalu banyak tuntutan peran dan terlalu sedikit waktu untuk menyelesaikannya. Beban kerja berlebih merupakan pembangkit stres. Banyaknya tugas yang diberikan pada jangka waktu yang terbatas atau pekerjaan yang diberikan terlalu sulit dan melebihi kemampuan dapat menyebabkan seseorang menjadi lelah, baik secara fisik maupun pikiran (Wiryathi, 2014).

Tidak ada komentar: