Minggu, 07 Juni 2020

Faktor Perilaku Cyberloafing (skripsi dan tesis)

Ozler dan Polat (2012) mengklasifikasikan faktor pemicu munculnya perilaku cyberloafing terbagi menjadi tiga, yaitu: 
1) Faktor individual 
Beberapa faktor individual yang menyebabkan cyberloafing ialah sebagai berikut:
 a) Persepsi dan Sikap Individu dengan persepsi dan sikap yang positif terhadap komputer cenderung menggunakan komputer untuk kepentingan pribadi (Liberman et al, 2011). Selain itu, persepsi pegawai mengenai perilaku cyberloafing di organisasi membuat pegawai yang terlibat cyberloafing merasa bahwa itu bukan perilaku menyimpang (Henle dan Blanchard, 2008). 
 b) Kepribadian Kepribadian seseorang mempengaruhi cara penggunaan internet. Individu dengan kepribadian yang pemalu cenderung melakukan cyberloafing sedangkan individu dengan kepercayaan diri rendah dan individu dengan orientasi eksternal kurang dapat mengontrol penggunaan internet (Ozler dan Polat, 2012). 
c) Kebiasaan dan Kecanduan Internet Pegawai yang terbiasa menggunakan internet atau mengalami kecanduan menggunakan internet lebih besar peluangnya melakukan penyalahgunaan internet (Vitak et al., 2011).
 2) Faktor Demografis 
Beberapa faktor demografis seperti status pekerjaan, persepsi otonomi di dalam tempat kerja, tingkat gaji, pendidikan, dan jenis kelamin merupakan prediktor penting dari cyberloafing (Garrett dan Danziger, 2008). 
3) Faktor Organisasional Beberapa faktor organisasional yang menyebabkan cyberloafing adalah: 
a) Larangan Penggunaan Internet Peraturan instansi terkait atas penggunaan internet atau mekanisme monitoring yang digunakan untuk menghalangi pegawai melakukan cyberloafing seperti pembatasan akses internet dapat mempengaruhi aktifitas itu sendiri (Garrett dan Danziger, 2008). Sanksi yang diberikan pada pegawai yang melakukan perilaku menyimpang dapat mengurangi kecenderungan cyberloafing (Vitak et al, 2011).
 b) Hasil yang Diharapkan Pegawai Dalam melakukan cyberloafing akan membandingkan antara kepuasan pemenuhan kebutuhan individu dan konsekuensi yang didapatkan. 
c) Dukungan Manajerial Belief
 Rasa percaya pegawai mengenai penggunaan teknologi dapat dipengaruhi oleh dukungan dari manajer (Liberman et al, 2011). Tanpa adanya spesifikasi penggunaan internet dapat membuat pegawai salah paham terhadap dukungan manajerial sehingga pegawai menggunakan internet untuk keperluan bisnis dan pribadi yang termasuk cyberloafing (Vitak et al., 2011).
 d) Persepsi Rekan Kerja Mengenai Norma Cyberloafing
 Cyberloafing dapat dipelajari dengan meniru perilaku individu lain dalam lingkungan kerja (Liberman et al, 2011). Pegawai yang menyelahgunakan internet karena meniru rekan kerja mengganggap hal tersebut sebagai bentuk keadilan dalam organisasi (Lim dan Teo, 2005). e) Sikap Kerja Pegawai Sikap kerja seseorang terhadap pekerjaan berhubungan dengan ketidakpuasan di tempat kerja. Liberman et al. (2011) menyatakan bahwa sikap kerja mungkin mempengaruhi cyberloafing sebagai respon emosional seseorang terhadap pekerjaannya. Pegawai cenderung melakukan cyberloafing atau perilaku menyimpang bila memiliki sikap kerja yang tidak baik (Garrett dan Danziger, 2008).
 Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap kerja pegawai meliputi
 (1) Ketidakadilan Lim (2002) menemukan bahwa ketika pegawai merasakan ketidakadilan dalam pekerjaan mereka, salah satu cara untuk mengembalikan keseimbangan adalah dengan melakukan cyberloafing. 
(2) Kepuasan Kerja Individu yang puas dengan pekerjaannya menganggap penggunaan internet untuk hal pribadi sebagai suatu keuntungan yang dapat meredakan stres. Penelitian Garrett dan Danziger (2008) tidak ditemukan hubungan antara kepuasan pekerjaan dan cyberloafing, hasilnya menyatakan bahwa pegawai yang terlibat dalam penggunaan internet untuk hal pribadi belum tentu orang-orang yang kurang puas dengan pekerjaan mereka.
 (3) Karakteristik Pekerjaan Karakteristik pekerjaan spesifik dapat memengaruhi munculnya perilaku cyberloafing untuk meningkatkan kreatifitas atau mengurangi kebosanan. Di sisi lain, pekerjaan yang kreatif memiliki banyak tuntutan tidak terasa membosankan sehingga pegawai tidak termotivasi untuk melakukan cyberloafing (Vitak et al, 2011). 
 4) Faktor Situasional Kondisi organisasi misalnya ketersediaan fasilitas internet menjadi salah satu sumber yang biasanya memicu terjadinya cyberdeviant behavior (Weatherbee, 2010). Jarak fisik antara pegawai dan atasan mempengaruhi cyberloafing melalui persepsi mengenai kontrol organisasi. Selain itu, terdapat delapan faktor situasional yang berkontribusi pada penggunaan internet yang tidak berhubungan dengan pekerjaan (Kay et al, 2009) yaitu kesempatan dan akses, kemampuan, kenyamanan, pelarian, rasa malu, penerimaan sosial, dan durasi kerja

Tidak ada komentar: