Ozler dan Polat (2012) mengklasifikasikan faktor pemicu
munculnya perilaku cyberloafing terbagi menjadi tiga, yaitu:
1) Faktor individual
Beberapa faktor individual yang menyebabkan cyberloafing
ialah sebagai berikut:
a) Persepsi dan Sikap
Individu dengan persepsi dan sikap yang positif terhadap komputer
cenderung menggunakan komputer untuk kepentingan pribadi
(Liberman et al, 2011). Selain itu, persepsi pegawai mengenai
perilaku cyberloafing di organisasi membuat pegawai yang terlibat
cyberloafing merasa bahwa itu bukan perilaku menyimpang (Henle
dan Blanchard, 2008).
b) Kepribadian
Kepribadian seseorang mempengaruhi cara penggunaan internet.
Individu dengan kepribadian yang pemalu cenderung melakukan
cyberloafing sedangkan individu dengan kepercayaan diri rendah
dan individu dengan orientasi eksternal kurang dapat mengontrol
penggunaan internet (Ozler dan Polat, 2012).
c) Kebiasaan dan Kecanduan Internet
Pegawai yang terbiasa menggunakan internet atau mengalami
kecanduan menggunakan internet lebih besar peluangnya
melakukan penyalahgunaan internet (Vitak et al., 2011).
2) Faktor Demografis
Beberapa faktor demografis seperti status pekerjaan, persepsi otonomi di
dalam tempat kerja, tingkat gaji, pendidikan, dan jenis kelamin merupakan
prediktor penting dari cyberloafing (Garrett dan Danziger, 2008).
3) Faktor Organisasional
Beberapa faktor organisasional yang menyebabkan
cyberloafing adalah:
a) Larangan Penggunaan Internet
Peraturan instansi terkait atas penggunaan internet atau mekanisme
monitoring yang digunakan untuk menghalangi pegawai melakukan
cyberloafing seperti pembatasan akses internet dapat mempengaruhi
aktifitas itu sendiri (Garrett dan Danziger, 2008). Sanksi yang diberikan
pada pegawai yang melakukan perilaku menyimpang dapat mengurangi
kecenderungan cyberloafing (Vitak et al, 2011).
b) Hasil yang Diharapkan Pegawai
Dalam melakukan cyberloafing akan membandingkan antara
kepuasan pemenuhan kebutuhan individu dan konsekuensi yang
didapatkan.
c) Dukungan Manajerial Belief
Rasa percaya pegawai mengenai penggunaan teknologi dapat
dipengaruhi oleh dukungan dari manajer (Liberman et al, 2011).
Tanpa adanya spesifikasi penggunaan internet dapat membuat
pegawai salah paham terhadap dukungan manajerial sehingga
pegawai menggunakan internet untuk keperluan bisnis dan pribadi
yang termasuk cyberloafing (Vitak et al., 2011).
d) Persepsi Rekan Kerja Mengenai Norma Cyberloafing
Cyberloafing dapat dipelajari dengan meniru perilaku individu lain
dalam lingkungan kerja (Liberman et al, 2011). Pegawai yang
menyelahgunakan internet karena meniru rekan kerja mengganggap
hal tersebut sebagai bentuk keadilan dalam organisasi (Lim dan
Teo, 2005).
e) Sikap Kerja Pegawai
Sikap kerja seseorang terhadap pekerjaan berhubungan dengan
ketidakpuasan di tempat kerja. Liberman et al. (2011) menyatakan
bahwa sikap kerja mungkin mempengaruhi cyberloafing sebagai
respon emosional seseorang terhadap pekerjaannya. Pegawai
cenderung melakukan cyberloafing atau perilaku menyimpang bila
memiliki sikap kerja yang tidak baik (Garrett dan Danziger, 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap kerja pegawai
meliputi
(1) Ketidakadilan
Lim (2002) menemukan bahwa ketika pegawai merasakan
ketidakadilan dalam pekerjaan mereka, salah satu cara untuk
mengembalikan keseimbangan adalah dengan melakukan
cyberloafing.
(2) Kepuasan Kerja
Individu yang puas dengan pekerjaannya menganggap
penggunaan internet untuk hal pribadi sebagai suatu
keuntungan yang dapat meredakan stres. Penelitian Garrett dan
Danziger (2008) tidak ditemukan hubungan antara kepuasan
pekerjaan dan cyberloafing, hasilnya menyatakan bahwa
pegawai yang terlibat dalam penggunaan internet untuk hal
pribadi belum tentu orang-orang yang kurang puas dengan
pekerjaan mereka.
(3) Karakteristik Pekerjaan
Karakteristik pekerjaan spesifik dapat memengaruhi
munculnya perilaku cyberloafing untuk meningkatkan
kreatifitas atau mengurangi kebosanan. Di sisi lain, pekerjaan
yang kreatif memiliki banyak tuntutan tidak terasa
membosankan sehingga pegawai tidak termotivasi untuk
melakukan cyberloafing (Vitak et al, 2011).
4) Faktor Situasional
Kondisi organisasi misalnya ketersediaan fasilitas internet menjadi salah
satu sumber yang biasanya memicu terjadinya cyberdeviant behavior
(Weatherbee, 2010). Jarak fisik antara pegawai dan atasan
mempengaruhi cyberloafing melalui persepsi mengenai kontrol
organisasi. Selain itu, terdapat delapan faktor situasional yang
berkontribusi pada penggunaan internet yang tidak berhubungan dengan
pekerjaan (Kay et al, 2009) yaitu kesempatan dan akses, kemampuan,
kenyamanan, pelarian, rasa malu, penerimaan sosial, dan durasi kerja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar