Minggu, 07 Juni 2020

Dampak dari Ketidakpuasan Kerja (skripsi dan tesis)

Greenberg dan Baron (2003: 156) menyatakan ketika karyawan tidak puas dengan pekerjaan mereka, mereka berusaha menemukan cara untuk mengurangi keterpaparan mereka terhadap pekerjaan mereka. Artinya, mereka menjauh dari pekerjaan mereka, sebuah fenomena yang dikenal sebagai penarikan karyawan. Dua bentuk utama penarikan karyawan adalah ketidakhadiran dan pemberhentian kerja yang disengaja. Dengan tidak tampil bekerja dan/atau berhenti bekerja, orang mungkin mengungkapkan ketidakpuasan mereka terhadap pekerjaan mereka atau mencoba melepaskan diri dari aspek-aspek yang tidak menyenangkan yang mungkin mereka alami. Pengertian employee withdrawal (penarikan karyawan) menurut Greenberg dan Baron (2003: 156) adalah tindakan seperti absensi kronis dan pemberhentian kerja secara sengaja (yaitu berhenti dari pekerjaan) yang memungkinkan karyawan melarikan diri dari situasi organisasi yang merugikan. Menurut Roobins dan Judge (2008: 112) konsekuensi karyawan tidak menyukai pekerjaan mereka adalah sebagai berikut:
 1. Keluar (exit): Ketidakpuasan yang diungkapkan melalui perilaku yang ditujukan untuk meninggalkan perusahaan, termasuk mencari posisi baru dan mengundurkan diri. 
2. Aspirasi (voice): Ketidakpuasan yang diungkapkan melalui usaha-usaha yang aktif dan konstruktif untuk memperbaiki kondisi dan beberapa bentuk aktivitas serikat kerja. 
3. Kesetiaan (loyalty): Ketidakpuasan yang diungkapkan dengan secara aktif menunggu membaiknya kondisi, termasuk membela organisasi ketika berhadapan dengan kecemasan eksternal dan mempercayai organisasi dan “manajemennya untuk melakukan hal yang benar”. 
4. Pengabaian (neglect): Ketidakpuasan yang diungkapkan dengan membiarkan kondisi menjadi lebih buruk, termasuk ketidakhadiran atau keterlambatan yang terus-menerus, kurangnya usaha, dan meningkatkan angka kesalahan. 
Menurut Munandar dan Suhendi (2008) mejelaskan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan kerja telah banyak diteliti. Berikut ini merupakan hasil penelitian tentang dampak kepuasan terhadap produktivitas, kehadiran, dan keluarnya pekerja, serta dampak terhadap unjuk kerja:
 1. Dampak terhadap produktivitas 
Hubungan antara produktivitas dan kepuasan kerja sangat kecil. Kepuasan kerja mungkin merupakan akibat, dan bukan merupakan sebab dari produktivitas. Lawler dan Porter mengharapkan produktivitas yang tinggi akan menyebabkan peningkatan dari kepuasan kerja hanya jika karena mempersepsikan bahwa ganjaran ekstrinsik (misalnya gaji) yang diterima terasa adil dan wajar, serta diasosiasikan dengan unjuk kerja yang unggul. Jika karyawan tidak dapat mempersepsikan ganjaran intrinsik dan ekstrinsik berasosiasi dengan baik dan unjuk kerja, kenaikan dalam unjuk kerja tidak akan berkorelasi dengan kenaikan dalam kepuasan kerja. 
2. Dampak terhadap ketidakhadiran (absenteeism) dan keluarnya tenaga kerja (turn over) 
Porter dan Streers berkesimpulan bahwa ketidakhadiran lebih spontan sifatnya sehingga bisa saja mencerminkan ketidakpuasan kerja. Lain halnya dengan 26 berhenti atau keluar. Karena memiliki akibat-akibat ekonomis yang besar, lebih besar kemungkinannya perilaku ini berhubungan dengan ketidakpuasan kerja.
 Sedangkan menurut Munandar (2008) dampak atau konsekuensi dari kepuasan kerja, yaitu:
 1. Dampak terhadap produktivitas 
Awalnya orang berpendapat bahwa produktivitas dapat dinaikkan dengan menaikkan kepuasan kerja. Lawler dan Porter dalam Munandar (2008) mengharapkan produktivitas yang tinggi menyebabkan peningkatan dari kepuasan kerja hanya jika tenaga kerja mempersepsikan bahwa ganjaran intrinsik dan ganjaran ekstrinsik yang diterima keduanya adil dam wajar dan diasosiasikan dengan job performance yang unggul.
 2. Dampak terhadap ketidakhadiran dan keluarnya tenaga kerja 
Steers & Rhodes dalam Munandar (2008) mengembangkan model dari pengaruh terhadap ketidakhadiran. Mereka melihat adanya dua faktor pada perilaku hadir, yaitu motivasi untuk hadir dan kemampuan untuk hadir. Mereka percaya bahwa motivasi untuk hadir dipengaruhi oleh kepuasan kerja dalam kombinasi dengan tekanan-tekanan internal dan eksternal untuk datang pada pekerjaan. Menurut Robbins dalam Munadar (2008) ketidakpuasan kerja pada karyawan dapat diungkapkan ke dalam berbagai cara. Misalnya, selain meninggalkan pekerjaan, karyawan dapat mengeluh, membangkan, mencuri barang milik organisasi, menghindari sebagian dari tanggung jawab mereka. 
3. Dampak terhadap kesehatan 
Ada beberapa bukti tentang adanya hubungan antara kepuasan kerja dengan kesehatan fisik dan mental. Salah satu temuan yang penting dari kajian yang dilakukan oleh Kornhauser dalam Munandar (2008) tentang kesehatan mental dan kepuasan kerja ialah untuk semua tingkatan jabatan, persepsi dari tenaga kerja bahwa pekerjaan mereka menuntut penggunaan efektif dari kecakapan mereka berkitan dengan skor kesehatan mental yang tinggi. Skor - skor ini juga berkaitan dengan tingkat dari kepuasan kerja dan tingkat dari jabatan.

Tidak ada komentar: