Ada berbagai jenis kepribadian dengan karakteristiknya masing –
masing. Oleh karena itu, beberapa ahli melakukan klasifikasi berdasarkan
karakteristiknya sehingga mempermudah individu untuk mengenali jenis
kepribadiannya. Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) dan Big Five
Personality merupakan salah satu bentuk klasifikasi kepribadian yang telah
dilakukan oleh para ahli. Myers-Briggs Type Indicator mencoba
mengklasifikasikan kepribadian kedalam 16 tipe kepribadian yang terbagi atas
empat karakteristik, yaitu ekstravert – introvert, sensitif – intuitif, pemikir –
perasa, dan memahami – menilai. Berbeda dengan MBTI, Big Five Personality mengklasifikasikan kepribadian kedalam lima besar dimensi
kepribadian yang saling mendasari dan mecakup sebagian besar variasi yang
signifikan. Faktor – faktor kelima model ini mencakup ekstraversi, mudah
akur dan bersepakat, berhati – hati, stabilitas emosi, serta terbuka terhadap hal
– hal baru (http://id.m.wikipedia.org)
Eysenck (Alwisol, 2011) mengkonsepkan ekstraversi dan introversi
sebagai kepribadian yang dipengaruhi oleh kondisi fisiologis yang bersifat
keturunan. Individu dengan kepribadian ekstraversi cenderung memilih
kegiatan yang berbaur dengan banyak orang, demikian sebaliknya dimana
individu intraversi lebih memiih kegiatan yang tidak melibatkan banyak
orang. Carl Jung juga membagi orientasi kepribadian kedalam dua sikap yaitu
ekstraversi dan intraversi, dimana sikap ekstraversi mengarahkan individu
kedunia luar, dunia objektif sedangkan sikap intraversi mengarahkan individu
kedunia dalam, dunia subjektif (Hall & Lindzey, 2009). Kedua sikap ini yang
berlawanan ini dimiliki oleh setiap kepribadian. Artinya dalam kepribadian
yang dimiliki individu terdapat sikap ektstraversi dan introversi, tetapi
biasanya salah satunya dalam keadaan dominan dan sadar sementara yang
lainnya kurang dominan dan tak sadar.
a. Karakteristik Kepribadian Ekstravert
Setiap kepribadian menjadi unik dan berbeda serta mudah dibedakan
antara satu dengan yang lainnya disebabkan oleh adanya sifat atau karakteristik tertentu. Eysenck (Alwisol, 2011) juga menggambarkan individu
dengan kepribadian tipe ekstravert sebagai individu yang sosiabel, lincah,
aktif, asertif, suka mencari sensasi riang, dominan, bersemangat dan berani.
Hal ini menunjukkan bahwa individu dengan kepribadian tipe ekstravert
menyukai kegiatan yang berhubungan dengan orang lain serta tidak diam di
satu tempat. Karakteristik ini akan semakin tampak nyata ketika individu
tersebut berada dalam situasi sulit atau memiliki permasalahan terntentu.
Individu dengan kepribadian tipe ekstravert cenderung terburu – buru
dan tidak bisa berpikir dengan benar ketika menghadapi permasalahan
tertentu, sehingga solusi untuk permasalahannya cenderung diambil tanpa
memikirkan konsekuensinya. Selain itu, individu ekstravert cenderung
melibatkan orang lain dalam permasalahan yang dihadapinya. Hal ini terjadi
karena individu ekstravert akan mengalami stress yang berlebihan ketika
harus menghadapi permasalahannya sendiri. Bagi individu ekstravert,
kehadiran dan dukungan dari orang lain sangat penting dalam kehidupan
ataupun permasalahannya. Ketika dukungan yang diharapkannya tidak
terpenuhi maka individu dengan tipe kepribadian ekstravert ini akan
cenderung melampiaskan stress yang dirasakannya pada hal – hal yang
bersifat negatif dan merusak dirinya sendiri. Mereka akan melakukan hal – hal
yang tidak disukai oleh orang lain dengan harapan orang lain dapat mengerti
apa yang diinginkannya (Chen, 2002).
b. Karakteristik Kepribadian Introvert
Individu dengan tipe kepribadian introverst memiliki ciri kepribadian
yang berbanding terbalik dengan tipe ekstraverst. Eysenck mengatakan bahwa
ciri kepribadian introvert merupakan kebalikannya. Eysenck menggambarkan
individu introvert sebagai makhluk yang individual, pasif, tertutup, tenang,
dan berhati – hati sehingga individu introvert lebih menyukai kegiatan yang
tidak berkaitan dengan keramaian serta berhubungan dengan banyak orang
.
Berbeda dengan individu ekstravert yang membutuhkan dukungan
orang lain dalam menghadapi masalahnya, individu dengan kepribadian
introvert cenderung berusaha dengan kemampuannya sendiri sampai batas
maksimalnya. Ketika menghadapi permasalahan maka akan dipikirkan dengan
hati – hati dan mempertimbangkan segala kemungkinan yang ada. Individu
introvert jarang sekali membagi permasalahannya kepada orang lain, kecuali
orang lain tersebut memiliki attachment yang sangat lekat dengannya. Tidak
jauh berbeda dengan yang dialami oleh individu ekstravert, individu introvert
juga akan mengalami rasa stress bahkan bisa menjadi depresi ketika usaha
mengandalkan kemampuan diri sendiri ini gagal. Selain itu, kesulitan untuk
menyampaikan apa yang dirasakannya pada orang lain juga akan menambah
beban psikisnya (Chen, 2002)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar