Kata resiliensi berasal dari bahasa latin yang dalam bahasa inggris
bermakna to jump (or bounce) back, artinya melompat atau melenting
kembali (Resiliency Center, 2004). Menurut VanBreda (2013) resiliensi
merupakan sebuah kekuatan dan sebuah sistem yang memungkinkan individu
untuk terus kuat berada di sebuah keterpurukan. Resiliensi merupakan sebuah
kapasitas bagi individu untuk bangun lagi dari kejatuhan serta bangkit
kembali dari kesulitan (Setyoso, 2013).
Walsh (Lestari, 2016) memaparkan bahwa resiliensi sebuah
kemampuan individu untuk bangkit dari penderitaan, dengan keadaan
tersebut mental akan menjadi lebih kuat dan lebih memiliki sumber daya.
Resiliensi lebih dari sekedar kemampuan untuk bertahan (survive), karena
resiliensi membuat individu untuk bisa sembuh dari luka menyakitkan,
mengendalikan kehidupannya dan melanjutkan hidupnya dengan penuh cinta
dan kasih sayang (Lestari, 2016). Individu yang memiliki resiliensi akan
mampu untuk secara cepat kembali kepada kondisi sebelum trauma, terlihat
kebal dari berbagai peristiwa-peristiwa kehidupan yang negatif, serta mampu
beradaptasi terhadap stres yang ekstrim dan kesengsaraan (Holaday, dalam
Widuri 2012). Individu yang resiliens akan mampu menanggulangi kesulitan hidup serta membangun kembali kehidupannya, dalam hal ini yaitu individu
mentransformasi permasalahannya secara positif, dengan adanya resiliensi
akan membantu individu untuk terbantu mengatasi kesulitannya (Winarsih
dalam Ekasari, 2013).
Reivich dan Shatte (2002) memamparkan bahwa resiliensi merupakan
kemampuan individu untuk beradaptasi terhadap situasi-situasi yang sulit,
individu dapat dikatakan memiliki resiliensi jika individu mampu untuk
secara cepat kembali kepada kondisi sebelum trauma dan terlihat kebal dari
berbagai peristiwa-peristiwa kehidupan yang negatif serta individu yang
resiliens adalah individu yang merespon setiap permasalahan dengan cara
yang sehat dan cara produktif, yaitu menjaga dirinya untuk tetap sehat dan
tidak melukai dirinya serta orang lain, dalam kemampuan resiliensi ini hal
yang terutama adalah mengelola stress secara baik (Reivich & Shatte, 2002).
Berdasarkan beberapa teori dan penjelasan resiliensi di atas, dapat
disimpulkan bahwa inti dari resiliensi adalah kemampuan individu untuk
bangkit, kuat serta mampu untuk mengelola diri dalam menghadapi
permasalahan dalam hidup sehingga dengan menghadapi permasalahan
individu menjadi pribadi yang lebih baik. Individu dapat dikatakan resiliens
apabila cepat pulih kembali kepada kondisi sebelum terjadi sebuah
permasalahan serta dalam menghadapi permasalahan individu meresponnya
dengan cara sehat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar