Ada begitu banyak pengertian atau makna yang dapat diketahui terkait
dengan kata kepribadian. Pada pemakaian pertama, istilah kepribadian ini
menggambarkan mengenai kemampuan atau kecakapan sosial individu.
Allport menjelaskan dalam penelitian kepustakaan yang dilakukannya, bahwa
terdapat hampir definisi yang berbeda mengenai istilah kepribadian ini
(Hall & Lindzey, 2009). Allport sendiri mendefinisikan kepribadian sebagai
organisasi dinamis yang dalam sistem psikofisiknya individu dapat
menentukan penyesuaian yang unik sesuai dengan lingkungannya (Alwisol,
2011). Prinsip dasar dari definisi dan teori Allport mengenai kepribadian
adalah bahwa tingkah laku akan terus bergerak, mengalir dan diatur oleh
tujuan utama kesadaran yang bersumber dari masa kini dan masa yang akan
datang bukan masa lalu. Hal ini sangat berbeda dengan definisi yang
disampaikan oleh Freud bahwa ketidaksadaran beserta insting – insting seks
serta agresi yang terdapat didalamnya memiliki peran penting untuk
menentukan tingkah laku individu. Selain itu, Freud juga mengatakan bahwa
apa yang terjadi dimasa lalu individu juga menentukan bagaimana individu
tersebut akan berperilaku (Alwisol, 2011).
Menurut Jung, tingkah laku manusia tidak hanya ditentukan oleh sejarah
individu dan ras (kausalitas) tetapi juga oleh tujuan dan aspirasi (teleologi).
Jung juga melihat kepribadian dari dua sisi yaitu prospektif dan retrospektif yang artinya memperhatikan masa depan sebagai garis atau arah
perkembangan individu dan masa lalu sebagai bahan evaluasi bagi diri
individu (Hall & Lindzey, 2009). Prinsip dasar teori yang dikemukakan oleh
Freud dan Jung melibatkan proses dari kesadaran dan ketidaksadaran. Prinsip
dasar ini yang kurang disetujui oleh aliran tipologi biologis. Salah satu
tokohnya, Eysenck mengatakan bahwa kepribadian merupakan keseluruhan
pola tingkah laku aktual maupun potensial dari organisme yang ditentukan
oleh keturunan dan lingkungan. Pola tingkah laku ini berasal dan
dikembangkan melalui interaksi dari empat sektor utama yaitu sektor kognitif
(intelligence), konatif (character), afektif (temperament), dan somatik
(constitution) (Alwisol, 2011).
Selain itu, Maslow juga mengatakan bahwa manusia merupakan
makhluk sadar yang menentukan tingkah laku dan pengalamannya sendiri.
Tingkah laku yang dilakukan oleh individu ini didasari oleh adanya tuntutan
akan pemenuhan kebutuhan – kebutuhan tertentu, sehingga tingkah laku
bergerak kearah pengungkapan potensi yang dimiliki oleh individu
(eksistensi) (Hall & Lindzey, 2009). Skinner (Alwisol, 2011) juga mengatakan
bahwa tingkah laku mengikuti hukum tertentu, dapat diramalkan dan dapat
dikontrol sehingga tidak ada kaitannya dengan kehidupan internal individu
seperi insting, motif, drives, aktualisasi diri ataupun aktivitas lain yang
berkaitan dengan ketidaksadaran. Kepribadian merupakan bagian yang cukup besar pengaruhnya dalam
kehidupan individu sehari – hari, sehingga menjadi salah satu indikator untuk
melakukan identifikasi pada individu tersebut. Hal ini disebabkan oleh adanya
faktor – faktor unik dan khas sebagai salah satu faktor pembentuk perilaku
individu tersebut. Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa kepribadian
merupakan sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan
banyak aspek, baik itu internal (conscious, unconscious, kebutuhan fisik
maupun psikis, kognisi, afeksi, dan sebagainya) maupun eksternal (norma,
kondisi lingkungan, kesempatan dan sebagainya). Proses interaksi yang terjadi
terhadap kedua aspek ini akhirnya yang membentuk pola tingkah laku, pola
berpikir yang berbeda pada masing – masing individu sehingga menjadikan
individu tersebut unik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar