Selasa, 21 April 2020

Teori Daya Dukung Lingkungan (skripsi dan tesis)

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang pengelolaan lingkungan hidup, daya dukung lingkungan kemudian dibedakan menjadi daya dukung alam, daya tampung lingkungan binaan, dan daya tampung lingkungan sosial yang secara harfiah didefinisikan sebagai berikut.  a. Daya dukung alam adalah kemampuan lingkungan alam beserta segenap unsur dan sumberdaya untuk menunjang perikehidupan manusia serta makhluk lain secara berkelanjutan. b. Daya tampung lingkungan binaan adalah kemampuan lingkungan hidup buatan manusia untuk memenuhi perikehidupan penduduk. c. Daya tampung lingkungan sosial adalah kemampuan manusia dan kelompok penduduk yang berbeda – beda untuk hidup bersama – sama sebagai satu masyarakat secara serasi, selaras, seimbang, rukun, tertib dan aman. Pengertian di atas masih mengacu pada arti secara umum, akibatnya dalam operasional sulit dimanfaatkan atau dipergunakan. Dasman (1992) mendefinisikan daya dukung secara lebih operasional sebagai jumlah penduduk yang dapat ditunjang per satuan daerah pada tingkat teknologi dan kebudayaan tertentu. Menurut Lenzen (2003), ia berpendapat bahwa kebutuhan hidup manusia dari lingkungan dapat dinyatakan dalam luas area yang dibutuhkan untuk mendukung kehidupan manusia. Luas area untuk mendukung kehidupan manusia ini disebut jejak ekologi (ecological footprint). Lenzen juga menjelaskan bahwa untuk mengetahui tingkat keberlanjutan sumberdaya alam dan lingkungan, kebutuhan hidup manusia kemudian dibandingkan dengan luas aktual lahan produktif. Perbandingan antara jejak ekologi dengan luas aktual lahan produktif ini kemudian dihitung sebagai bandingan antara lahan tersedia dan lahan yang dibutuhkan. 
Carrying Capacity atau daya dukung lingkungan mengandung pengertian kemampuan suatu tempat dalam menunjang kehidupan makhluk hidup secara optimum dalam periode waktu yang panjang. Daya dukung lingkungan dapat pula diartikan kemampuan lingkungan memberikan kehidupan organisme secara sejahtera dan lestari bagi penduduk yang mendiami suatu kawasan. Daya dukung lingkungan meliputi daya dukung biofisik dan daya dukung sosial dimana keduanya mempunyai keterkaitan. Daya dukung biofisik dipengaruhi oleh daya dukung sosial. Daya dukung dipengaruhi oleh faktor sumberdaya, faktor sosial, faktor ekonomi, faktor teknologi, budaya, dan kebijakan (Lang dan Armour, 1991). 
Daya dukung biofisik adalah jumlah penduduk maksimum yang dapat didukung oleh sumberdaya dengan tingkat teknologi tertentu. Tingkat keberlanjutan daya dukung biofisik yang ditentukan oleh organisasi sosial termaksuk tingkat konsumsi dan kegiatan perdagangan (Lang dan Armour, 1991). Sifat daya dukung pada suatu wilayah tidaklah tetap. Daya dukung dapat berubah oleh perkembangan teknologi, tetapi yang paling sering terjadi adalah perubahan ke arah kondisi yang lebih buruk akibat tekanan penduduk yang terus meningkat. Sejalan dengan penurunan kualitas lingkungan, daya dukung aktual juga mengalami penyusutan sehingga tidak mampu lagi mendukung jumlah penduduk yang ada untuk hidup sejahtera (Huisman, 1991). Pada suatu periode, daya dukung wilayah memang dapat berada pada posisi yang rendah akibat kerusakan dan degradasi sumberdaya, namun dapat meningkat lagi oleh 17 faktor perubahan sosial dan intervensi (McConnel dan Abel, 22007 dalam JCN et al., 2007). Pertumbuhan penduduk pada suatu wilayah mempunyai hubungan dengan daya dukung wilayah yang bersangkutan. Jumlah penduduk yang terus meningkat berpotensi mencapai suatu kondisi dimana daya dukung wilayah sudah tidak lagi mampu mendukung jumlah penduduk yang ada. Dampaknya adalah adanya penderitaan dan kemerosotan kesehjateraan (McConnel dan Abel, 22007 dalam JCN et al., 2007). Selain faktor pertumbuhan penduduk, dinamika daya dukung dipengaruhi pula oleh dinamika spasial dan temporal sumberdaya yang tersedia. Oleh sebab itu, model pengembangan wilayah yang berbasis daya dukung perlu memperhatikandua aspek tersebut.

Tidak ada komentar: