Pengetahuan terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan adalah hasil dari tahu.
Penginderaan dapat terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket untuk menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo,
2012). Pengetahuan dapat diperoleh dengan cara tradisional atau
non ilmiah dan cara modern atau cara ilmiah. Cara tradisional
terbagi menjadi empat cara, yaitu:
1. Trial dan error (coba-salah), cara ini digunakan dengan cara
percobaan sampai berhasil, jika belum berhasil maka akan terus
diulang kembali.
2. Kekuasaan (otoritas), orang-orang yang memiliki kekuasaan
dijadikan sebagai sumber pengalaman, seperti pemimpin
agama, pemerintah, atau ahli pengetahuan.
3. Berdasarkan pengalaman pribadi.
4. Jalan pikiran, yang nantinya akan menghasilkan sebuah induksi
ataupun deduksi sebagai kesimpulan dari pikiran manusia.
Cara yang modern atau cara ilmiah menggunakan cara yang
lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode ilmiah
atau yang lebih dikenal dengan sebutan metodologi penelitian
(research methodology) (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan bisa
diperoleh secara alami atau diintervensi langsung maupun tidak langsung (Budiman dan Riyanto, 2013).
Pengetahuan merupakan
faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku atau tindakan
seseorang.
Sumber yang dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan
dapat dikelompokan ke dalam empat kategori, yaitu:
1. Perorangan di luar kendali pelayanan kesehatan, seperti
keluarga, teman, ahli agama, tokoh masyarakat, dan lainnya.
2. Perorangan dalam kendali pelayanan kesehatan, seperti petugas
kesehatan.
3. Nonperorangan di luar kendali pelayanan kesehatan, seperti
media massa dan media elektronik.
4. Nonperorangan dalam kendali pelayanan kesehatan, seperti
iklan dan brosur yang dibuat oleh pelayanan kesehatan
(Hartono, 2010 dalam Kanta, 2013).
Pengetahuan yang ada pada seseorang diterima melalui
indera. Pengetahuan disalurkan ke otak paling banyak melaui
indera pandang. Pengetahuan manusia sebanyak 75 % sampai 87 %
diperoleh melaui indera pandang, 13 % melalui indera pendengaran
dan 12 % melalui indera yang lain ( Arsyad, 2006 dalam Wirawan,
2014).
Pengetahuan gizi merupakan prasayarat terjadinya
perubahan sikap dan perilaku (Khomsan dkk, 2009). Pengetahuan
gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi,
sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman
dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara
mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak
hilang serta bagaimana hidup sehat.
Pengetahuan gizi yang tidak memadai, kurangnya
pengertian tentang kebiasaan makan yang baik, serta pengertian
yang kurang tentang kontribusi gizi dari berbagai jenis makanan
akan menimbulkan masalah kecerdasan dan produktifitas.
Tingkat pengetahuan gizi seseorang memiliki pengaruh
yang besar pada perubahan perilaku dan sikap dalam pemilihan
bahan makanan, yang selanjutnya akan berpengaruh pada keadaan
gizi individu.
Hasil penelitian Fitri Nur Anto (2012) menyebutkan bahwa
ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang pemberian nutrisi
terhadap status gizi anak toddler.
Ibu memainkan peranan penting dalam memilih dan
mempersiapkan pangan untuk dikonsumsi anggota keluarganya,
walaupun para ibu bekerja di luar, mereka tetap mempunyai peran
besar dalam kegiatan pemilihan dan penyiapan makanan. Orang tua
memegang peranan penting dalam pemilihan pangan untuk anggota
keluarganya, maka pengetahuan gizi orang tua akan mempengaruhi
jenis pangan dan dan mutu gizi makanan yang dikonsumsi anggota
keluarga.
Pengetahuan gizi yang dimiliki ibu akan mempengaruhi
pemilihan pangan bagi keluarganya, terutama ibu yang memiliki
balita. Pengetahuan ibu tentang gizi yang baik akan mendorong ibu
mempraktekkan pemberian makan yang baik bagi anak- anaknya.
Ibu yang kurang tepat dalam memberikan asupan makanan
biasanya dikarenakan kurangnya pengetahuan gizi ibu. Asupan
makan balita yang tidak bergizi akan mempengaruhi tumbuh
kembang balita tersebut. Pemilihan asupan makanan juga
mempengaruhi status gizi balita. Hal ini menyebabkan status gizi
balita tersebut bisa menjadi gizi kurang bahkan gizi buruk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar